Analisis posisi tangkapan layang Analisis spasial

Adapun tahapan-tahapan yang akan dilaksanakan dalam kegiatan ini adalah: 1 Pembuatan event theme, dimaksudkan untuk menyajikan tabel klasifikasi posisi tangkapan ke bentuk tema lokasi kelas posisi tangkapan ikan layang dengan menggunakan fasilitas add event theme. Sebelum posisi tangkapan dimasukkan ke dalam basis data SIG, satuan posisi yang semula menggunakan sistem degree, minute, second DMS terlebih dahulu dirubah ke dalam sistem decimal degree DD menggunakan persamaan : DD = D1 + M0,016667 + S0,0001 ........................................ 13 dengan: DD = decimal degree atau nilai derajat desimal D = degree atau nilai derajat M = minute atau nilai menit S = second atau nilai detik 2 Digitasi, dimaksudkan untuk merubah peta yang tadinya berbentuk analog ke dalam bentuk digital vektor yang memiliki koordinat. Kegiatan ini ditujukan terhadap peta analog salinitas, kecepatan arus dan peta dasar Laut Jawa dengan memanfaatkan fasilitas digitize on screen 3 Retifikasi citra, dimaksudkan untuk menyesuaikan koordinat citra hasil olahan dengan digital vektor peta dasar Laut Jawa agar nantinya dapat dianalisis dengan baik dengan menggunakan fasilitas image analysis 4 Pembuatan garis kontur ditujukan kepada semua tema informasi oseanografi yang telah dimiliki baik yang berasal dari citra dan digital vektor dengan menggunakan fasilitas add area jenis polyline.

3.5 Analisis Data

3.5.1 Analisis posisi tangkapan layang

Posisi tangkapan ikan layang dianalisis mengacu pada aturan yang diberikan oleh Putro 2002 yaitu: 1 Jika nilai CPUE berada dalam kelas tangkapan tinggi, maka posisi tangkapan tersebut sangat baik dijadikan target operasi berikutnya, karena posisi ini diperkirakan sebagai tempat gerombolan schooling atau bahkan berada pada jalur ruaya sumber daya ikan 2 Jika nilai CPUE berada dalam kelas tangkapan sedang maka posisi tersebut masih layak sebagai dijadikan posisi penangkapan berikutnya atau potensial 3 Jika nilai CPUE berada dalam kelas rendah maka posisi tersebut bukan merupakan target operasi berikutnya karena diperkirakan sumber daya ikan hanya kebetulan tertangkap pada posisi tersebut.

3.5.2 Analisis spasial

Analisis spasial dimaksudkan untuk mendapatkan keluaran informasi- informasi penting dari berbagai tema sebagai data masukan yang dilakukan berdasarkan teknik SIG dengan memanfaatkan metode analisis spasial pada Arc-view. Adapun analisis-analisis spasial yang dipergunakan adalah: 1 Diagram Voronoi Prahasta, 2004 ditujukan untuk membangun model spasial sebaran ikan layang yang tersaji dalam bentuk poligon area berdasarkan sekumpulan posisi penangkapan ikan layang yang tersebar secara acak dengan mempergunakan program tambahan Thiessen polygon analysis. Berikut ini tampilan dari hasil analisis diagram Voronoi dalam bentuk poligon dari sejumlah titik-titik yang tersebar secara acak: Gambar 6 Hasil dari analisis diagram Voronoi. UNSUR TITIK POLYGON 2 Analisis jalur tracking analysis, dimaksudkan untuk membangun jalur berbentuk unsur spasial garis yang dapat memperkirakan ruaya ikan layang berdasarkan posisi dari kelas tangkapan tinggi dengan mempergunakan sub fasilitas make one polyline from points pada program tambahan X-Tools Prahasta, 2004. Berikut ini contoh tampilan pembentukan jalur suatu objek berdasarkan analisis jalur tracking analysis: Gambar 7 Tampilan hasil analisis jalur pada sekumpulan titik. UNSUR TITIK JALUR GARIS 3 Penambahan luasan buffering area, dimaksudkan untuk menambah luasan area yang diinginkan dari suatu objek dengan menggunakan fasilitas create buffer Prahasta, 2004. Pembuatan buffer pada titik-titik potensial tangkapan dan perkiraan jalur ruaya dengan radius 3 mil, 5 mil dan 7 mil dimaksudkan untuk membentuk suatu zona potensial penangkapan ikan ZPPI yang akan mempermudah operasi penangkapan jika pada titik-titik tangkapan potensial dan ruaya yang telah diperkirakan tidak memperoleh hasil tangkapan yang diinginkan, hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nath 1993 yang mengindikasikan masih adanya keberadaan sumberdaya ikan pada radius 3, 5 dan 7 mil di sebelah kiri dan kanan dari area yang diduga sebagai tempat keberadaan ikan. Gambar berikut ini menjelaskan bentuk-bentuk hasil buffer pada unsur spasial titik dan garis: Gambar 8 Hasil buffer pada unsur titik dan garis. UNSUR TITIK BUFFER TITIK UNSUR GARIS BUFFER GARIS 4 Analisa tumpang-susun overlay analysis, dimaksudkan untuk mendukung kegiatan interpretasi secara spasial terhadap hubungan antar tiap tema yang telah dibuat Prahasta, 2004. Overlay pada penelitian ini dilakukan untuk menghubungkan antara tema poligon model daerah sebaran layang dengan tiap tema kontur parameter oseanografi sehingga dapat diketahui informasi oseanografi apa saja yang mendukung terjadinya penyebaran ikan layang di lokasi penelitian tersebut. Secara matematis analisa tumpang susun diberikan sebagai suatu fungsi Prahasta, 2004 yaitu: ........................................................... 13 atau secara teknis persamaan fungsi ini dapat dibuat sebagai sebuah penjumlahan dari beberapa tema Prahasta, 2004: Y = x 1 + x 2 + … + x i ........................................................... 14 dengan: Yf dan Y = sebagai sebuah produk peta yang berisikan berbagai informasi x 1 = tema pertama atau dasar x 2 = tema kedua x i = tema ke-i secara tampilan ditunjukkan pada gambar berikut ini: Gambar 9 Tampilan analisis tumpang-susun overlay. ,..., , 2 1 i x x x f f Y = x 1 x 2 x i Y 5 Interpretasi Interpretation, merupakan analisis yang dilakukan secara visual atau kenampakan atas unsur-unsur spasial yang telah dibuat agar dapat diketahui informasi-informasi yang berguna bagi stakeholder seperti: arah ruaya migrasi ikan layang, sebaran ditribusi ikan layang dan kisaran- kisaran parameter oseanografi yang telah diperoleh dari pengolahan data yaitu: SPL, konsentrasi klorofil-a, salinitas dan kecepatan arus pada daerah ruaya migrasi dan sebaran distribusi ikan layang itu sendiri. Selain itu, kenampakan spasial sebaran SPL dan konsentrasi klorofil-a juga dapat diintepretasi untuk memberikan informasi perkiraan kondisi oseanografi pada lokasi penelitian. 6 Adanya salah satu sifat ikan layang yaitu schooling bergerombol pada jarak 20-30 mil dari perairan lepas pantai seperti dikemukakan oleh Asikin 1971 dan Saanin 1984 dapat dicari hubungannya secara spasial terhadap posisi- posisi kelas hasil tangkapan tinggi yang telah diperoleh dengan menggunakan fasilitas measure tools pada Arc-view.

3.6 Diagram Alir Penelitian