Studi Taksonomi Pandanus (Pandanaceae) Di Kawasan Rawa Aceh Singkil

(1)

STUDI TAKSONOMI PANDANUS (PANDANACEAE)

DI KAWASAN RAWA ACEH SINGKIL

TESIS

Oleh

DWI RATNA ANJANING KUSUMA MARPAUNG

117030037/ BIO

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

STUDI TAKSONOMI PANDANUS (PANDANACEAE)

DI KAWASAN RAWA ACEH SINGKIL

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Biologi pada Program Pascasarjana

Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara

Oleh

DWI RATNA ANJANING KUSUMA MARPAUNG

117030037/ BIO

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(3)

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

STUDI TAKSONOMI PANDANUS (PANDANACEAE) DI KAWASAN RAWA ACEH SINGKIL

TESIS

Dengan ini saya nyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah dijelaskan sumbernya dengan benar.

Medan, 28 Agustus 2013

Dwi Ratna Anjaning Kusuma Marpaung NIM. 117030037


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Dwi Ratna Anjaning Kusuma Marpaung NIM : 117030037 Program Studi : Magister Biologi Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas Tesis saya yang berjudul:

Studi Taksonomi Pandanus (Pandanaceae) Di Kawasan Rawa Aceh Singkil

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk data-base, merawat dan mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta iz in d ar i sa ya s e la ma t et ap me nca nt u mka n na ma sa ya se ba ga i p e nu lis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan, 28 Agustus 2013

Dwi Ratna Anjaning Kusuma Marpaung NIM. 117030037


(6)

Telah diuji pada

Tanggal : 28 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc. Anggota : 1. Dr. T. Alief Aththorick, M.Si.

: 2. Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS. : 3. Dr. Suci Rahayu, M.Si.


(7)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama lengkap berikut gelar : Dwi Ratna Anjaning Kusuma Marpaung, S.Si, M.Si Tempat dan Tanggal lahir : Semarang, 29 Oktober 1987

Alamat Rumah : Jl. Camar III No. 210 Medan – 20371 Telepon/Faks/HP : +6261-7324354/ +6285296143540

e-mail :

Instansi Tempat Bekerja

dwira_akm@yahoo.com : -

DATA PENDIDIKAN

SD : Negeri 066053 Medan Tamat : 1999

SMP : Swasta Islam Azizi Medan Tamat : 2002

SMA : Negeri 18 Medan Tamat : 2005

Strata-1 : FMIPA USU Tamat : 2009

Strata-2 : FMIPA USU Tamat : 2013


(8)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Studi Taksonomi Pandanus (Pandanaceae) Di Kawasan Rawa Aceh Singkil”. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berperan dalam penelitian ini, yaitu :

1 Ayahanda Mohammad Risyad Marpaung, Ibunda tercinta Rr. Purwani Rahayu Ningsih, BA., Kakanda Basania PKM, Adinda Hapsari TKM dan Keponakan Ayunda Sofia Ningsih serta Dwi Sartika atas segala do’a, dukungan, perhatian serta kasih sayang yang tak terhingga yang telah diberikan kepada penulis. 2 Ibu Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc dan Bapak Dr. T. Alief Aththorick, M.Si

selaku Dosen Pembimbing I dan II yang banyak memberikan bimbingan, motivasi arahan dan waktunya kepada penulis dalam penyusunan tesis ini. 3 Ibu Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS dan Dr. Suci Rahayu, M.Si selaku Dosen

Penguji yang telah memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan tesis ini.

4 Bapak Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed dan Dr. Suci Rahayu, M.Si sebagai Ketua dan Sekretaris Program Magister Biologi yang telah banyak membantu dalam proses perkuliahan.

5 Bapak Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA Universitas Sumatera Utara 6 Seluruh Staf Dosen dan Staf Pegawai Program Magister Biologi FMIPA USU

yang telah mendidik dan membantu penulis selama masa studi.

7 Sekretaris Jenderal Pendidikan Tinggi (Sekjen DIKTI) tahun 2011 yang telah memberikan beasiswa unggulan sehingga penulis dapat melanjutkan studi pascasarjana pada Program Magister Biologi 2011.

8 Bapak Sutikno dan Bapak Jafar selaku Kepala dan staf KSDA Singkil; Bapak Dzulkifli, Bapak Herni dan Ibu Masdiana di Badan Lingkungan Hidup (BLH) Singkil; Bapak Nizar di Yayasan Leuser Internasional (YLI); Bapak Mistar di Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) serta Bapak Yasin dan staf BKSDA Banda Aceh yang telah membantu penulis dalam pemberian informasi serta kemudahan memasuki kawasan Aceh SIngkil.

9 Bapak Rusli, Yuliana, Bapak Jafar serta Bapak Wardi sebagai tim peneliti yang telah sangat banyak membantu selama masa proses penelitian. 10 Rekan-rekan mahasiswa di Program Pascasarjana Biologi USU 2011 (kak

Ana, kak Tetty, kak Ummi, kak Netti, Rivo, Aini) dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendukung selama masa studi. Para Sahabat (Patimah, Santi, Yanti, Verta, Seneng dan Wahyu. A) dan para asisten di laboratorium Sistematika Tumbuhan terima kasih atas semangat dan bantuannya kepada penulis.

Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, 28 Agustus 2013 Dwi Ratna Anjaning Kusuma Marpaung


(9)

STUDI TAKSONOMI PANDANUS (PANDANACEAE) DI KAWASAN RAWA ACEH SINGKIL

ABSTRAK

Studi taksonomi Pandanus (Pandanaceae) di kawasan rawa Aceh Singkil telah dilaksanakan pada bulan Nopember 2012 hingga Juni 2013. Lokasi ditentukan dengan Metode Purposive Sampling dan pengamatan penelitian menggunakan Metode survei serta dilakukan pengkoleksian spesimen. Berdasarkan ciri-ciri morfologi diperoleh 5 jenis Pandanus di kawasan tersebut yaitu Pandanus atrocarpus, Pandanus labyrinthicus, Pandanus militaris, Pandanus odoratissimus dan Pandanus tectorius. Berdasarkan morfologi dan habit, Pandanus dapat digolongkan kedalam habit berperawakan sedang (Pandanus labyrinthicus, Pandanus militaris) dan habit berperawakan besar (Pandanus atrocarpus, Pandanus odoratissimus dan Pandanus tectorius). Karakter anatomi meliputi stomata, papilla dan sel epidermis memperkuat karakter morfologi. Jenis-jenis Pandanus di Aceh Singkil dibagi ke dalam dua kelompok utama dengan nilai kemiripan berkisar antara 55 % sampai 84 %.

Kata kunci: Aceh Singkil, Pandanus, Pandanaceae


(10)

TAXONOMIC STUDY OF PANDANUS (PANDANACEAE) AT SWAMP AREA ACEH SINGKIL

ABSTRACT

Taxonomic study on Pandanus (Pandanaceae) at swamp area of Singkil was conducted from November 2012 until June 2013. The location determined by purposive sampling method and observational studies conducted using the survey method and collecting specimens. Based on morphological characters, 5 species of Pandanus identified in the area that are Pandanus atrocarpus, Pandanus labyrinthicus, Pandanus militaris, Pandanus odoratissimus and Pandanus tectorius. The morphology and life form of species are categorized into two types that are medium arborescent pandan (Pandanus labyrinthicus, Pandanus militaris) and large arborescent pandan (Pandanus atrocarpus, Pandanus odoratissimus and Pandanus tectorius). Anatomical characters of Pandanus such as stomata, papilla and epidermal cells supported the morphological characters. Pandanus species in Aceh Singkil are divided into two main groups with similarity varies from 55 % to 84%.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

ABSTRAK ii

ABSTRACT iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 2

1.3 Tujuan Penelitian 2

1.4 Manfaat Penelitian 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1 Keanekaragaman dan Persebaran Pandanus 4

2.2 Ciri Morfologi Pandanus 5

2.3 Ciri Anatomi (Stomata) 8

2.4 Kegunaan Pandanus 10

BAB III BAHAN DAN METODE 12

3.1 Deskripsi Area 12

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 14

3.3 Alat dan Bahan 14

3.4 Pelaksanaan Penelitian 15

3.5 Analisis Data 18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20

4.1 Keanekaragaman Jenis dari Marga Pandanus di Kawasan Rawa Aceh Singkil

20 4.2 Persebaran Jenis-Jenis dari Marga Pandanus di

Kawasan Rawa Aceh Singkil

21

4.3 Karakterisasi Morfologi 22

4.4 Karakterisasi Anatomi 28

4.5 Frekuensi, Indeks dan Ukuran Stomata 29

4.6 Ciri-Ciri Morfologi dan Anatomi 31

4.7 Analisis Kemiripan Morfologi dan Anatomi Menggunakan NTSYS

31

4.8 Kunci Identifikasi 33

4.9 Deskripsi Jenis dari Marga Pandanus 33 4.10 Struktur Sel Epidermis dan Stomata 37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 40

5.1 Kesimpulan 40

5.2 Saran 40


(12)

DAFTAR GAMBAR Nomor

Gambar

Judul Halaman

1 Bentuk hidup Pandanus 6

2 Peta Persebaran Jenis-Jenis Pandanus di Kawasan Rawa Aceh Singkil

21

3 Habitat pada Jenis Pandanus 23

4 Perawakan dan Proproots pada Jenis Pandanus 24

5 Permukaan Batang Pandanus 25

6 Bentuk dan Duri pada Daun Pandanus 26

7 Perbungaan Jantan pada Jenis Pandanus 27

8 Perbuahan Jenis Pandanus 28

9 Tipe Stomata Anomositik pada Pandanus tectorius 29

10 Phenogram Jenis Pandanus Berdasarkan Karakter Morfologi dan Anatomi


(13)

DAFTAR TABEL Nomor

Tabel

Judul Halaman

1 Keanekaragaman Jenis Pandanus Sebagai Bahan Pangan 11

2 Frekuensi, Indeks dan Ukuran Stomata pada Daun Pandanus di Kawasan Rawa Aceh Singkil

29


(14)

DAFTAR LAMPIRAN Nomor

Lampiran

Judul Halaman

A Peta Kawasan Rawa Aceh Singkil L-1

B Faktor Fisik Lingkungan dan Peralatan Faktor Fisik L-2

C Gambar Morfologi Jenis-Jenis dari Marga Pandanus L-3

D Gambar Anatomi Jenis-Jenis dari Marga Pandanus L-4

E Matriks Data Karakter Morfologi dan Anatomi Pandanus di Kawasan Rawa Aceh Singkil

L-5

F Titik Ordinat dari Keberadaan Marga Pandanus di Kawasan Rawa Aceh Singkil

L-6


(15)

STUDI TAKSONOMI PANDANUS (PANDANACEAE) DI KAWASAN RAWA ACEH SINGKIL

ABSTRAK

Studi taksonomi Pandanus (Pandanaceae) di kawasan rawa Aceh Singkil telah dilaksanakan pada bulan Nopember 2012 hingga Juni 2013. Lokasi ditentukan dengan Metode Purposive Sampling dan pengamatan penelitian menggunakan Metode survei serta dilakukan pengkoleksian spesimen. Berdasarkan ciri-ciri morfologi diperoleh 5 jenis Pandanus di kawasan tersebut yaitu Pandanus atrocarpus, Pandanus labyrinthicus, Pandanus militaris, Pandanus odoratissimus dan Pandanus tectorius. Berdasarkan morfologi dan habit, Pandanus dapat digolongkan kedalam habit berperawakan sedang (Pandanus labyrinthicus, Pandanus militaris) dan habit berperawakan besar (Pandanus atrocarpus, Pandanus odoratissimus dan Pandanus tectorius). Karakter anatomi meliputi stomata, papilla dan sel epidermis memperkuat karakter morfologi. Jenis-jenis Pandanus di Aceh Singkil dibagi ke dalam dua kelompok utama dengan nilai kemiripan berkisar antara 55 % sampai 84 %.

Kata kunci: Aceh Singkil, Pandanus, Pandanaceae


(16)

TAXONOMIC STUDY OF PANDANUS (PANDANACEAE) AT SWAMP AREA ACEH SINGKIL

ABSTRACT

Taxonomic study on Pandanus (Pandanaceae) at swamp area of Singkil was conducted from November 2012 until June 2013. The location determined by purposive sampling method and observational studies conducted using the survey method and collecting specimens. Based on morphological characters, 5 species of Pandanus identified in the area that are Pandanus atrocarpus, Pandanus labyrinthicus, Pandanus militaris, Pandanus odoratissimus and Pandanus tectorius. The morphology and life form of species are categorized into two types that are medium arborescent pandan (Pandanus labyrinthicus, Pandanus militaris) and large arborescent pandan (Pandanus atrocarpus, Pandanus odoratissimus and Pandanus tectorius). Anatomical characters of Pandanus such as stomata, papilla and epidermal cells supported the morphological characters. Pandanus species in Aceh Singkil are divided into two main groups with similarity varies from 55 % to 84%.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pandanaceae adalah kelompok tumbuhan yang persebaran geografisnya mulai dari tepi laut hingga ke pegunungan tinggi. Pandanaceae terdiri dari 3 genus diantaranya Sararanga Hemsl. (2 spp.), Freycinetia Gaudich. (175 spp.) dan Pandanus L. Stickman. (600 spp.) (Stone 1976). Daerah persebaran genus Freycinetia spp. meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Maluku dan Papua; Pandanus spp. di Sumatera, Jawa, Bali, pulau Sunda, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua; sedangkan Sararanga spp. saat ini telah ditemukan di Indonesia bagian timur (Sulawesi). Kekayaan akan Pandanaceae menambah daftar penggunaan tumbuhan yang berpotensi untuk dimanfaatkan masyarakat Indonesia (Wardah & Setyowati 2009).

Pandanus merupakan salah satu marga Pandanaceae yang daerah persebarannya paling luas. Menurut Stone (1982), marga Pandanus tercatat memiliki anggota sekitar 700 jenis. Pada kawasan Sumatera diperkirakan terdapat sekitar 15-20 jenis dan hasil eksplorasi terbaru di kabupaten Pakpak Barat, Sumatera Utara tercatat 4 jenis Pandanus (Sahwalita 2007).

Nanggroe Aceh Darussalam merupakan salah satu provinsi di pulau Sumatera dengan tiga lokasi rawa yaitu rawa Singkil di Aceh Singkil, rawa Kluet di Aceh Selatan dan rawa Tripa di Nagan raya dan Aceh barat daya. Rawa Singkil merupakan istilah umum yang digunakan dan lebih familiar oleh masyarakat setempat bila dibandingkan dengan istilah suaka margasatwa rawa Singkil.

Berdasarkan studi dari berbagai sumber tentang kawasan rawa di pantai barat Aceh dan pengamatan langsung di sekitar kawasan, diketahui bahwa nilai keanekaragaman hayati di kawasan rawa Aceh Singkil cukup tinggi khususnya Pandanus yang mendominasi pada suatu wilayah. Diperkirakan keberadaan tumbuhan Pandanus semakin menurun karena terjadinya degradasi lingkungan,


(18)

tingginya gangguan oleh manusia serta karena kurangnya pengetahuan tentang manfaat dari Pandanus yang dikhawatirkan akan dapat menjadi penyebab erosi sumber daya genetik Pandanus. Rawa ini perlu segera mendapat perhatian yang serius dalam eksplorasi tumbuhan terutama Pandanus. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian eksplorasi guna mengetahui jenis-jenis, kemiripan berdasarkan ciri morfologi dan anatomi, persebaran dan perkiraan habitat Pandanus di kawasan tersebut.

1.2Permasalahan

Rawa Singkil adalah salah satu kawasan hutan rawa yang masih tersisa di pantai barat Sumatera dan merupakan salah satu warisan kekayaan alam kabupaten Aceh Singkil yang sangat unik dan bernilai tinggi. Rawa ini merupakan salah satu habitat yang banyak didiami oleh jenis-jenis Pandanus diantaranya P. tectorius dan P. atrocarpus. Hingga saat ini belum banyak studi mengenai keanekaragaman hayati yang terdapat di kawasan rawa Aceh Singkil. Dikhawatirkan seiring dengan terjadinya degradasi habitat seperti kegiatan pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit secara besar-besaran maka terjadi pula degradasi sumber daya hayati khususnya Pandanus. Untuk itu perlu dilakukan penggalian informasi plasma nutfah Pandanus di kawasan rawa Aceh Singkil.

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah, sebagai berikut:

a) Mengetahui keanekaragaman jenis Pandanus di kawasan rawa Aceh Singkil b) Menganalisis kemiripan jenis-jenis Pandanus di kawasan rawa Aceh Singkil

berdasarkan ciri morfologi dan anatomi


(19)

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan di kawasan rawa Singkil, kabupaten Aceh Singkil diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keanekaragaman jenis Pandanus, persebaran dan perkiraan habitatnya, memberikan data dasar yang dapat digunakan oleh peneliti, pemerintah dan instansi/ lembaga terkait dalam upaya penyelamatan keanekaragaman hayati dan pengembangan berkelanjutan khususnya.


(20)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

George Eberhard Rumpf atau yang lebih dikenal Rumphius (1743) adalah yang pertama kali menyebutkan dengan jelas nama “pandan” dan “tingkatan taksonomi/ taxonomic rank yang sepadan dengan marga” untuk jenis-jenis pandan. Sepanjang hidup Rumphius di Ambon (mulai dari tibanya di Ambon pada tahun 1652 hingga wafatnya di tahun 1702), ia menulis banyak manuskrip tentang flora dan fauna di Maluku. Setelah 39 tahun Rumphius wafat, kumpulan manuskrip tersebut diterbitkan secara berseri mulai tahun 1741 hingga 1745 dengan judul Herbarium Amboinense sebanyak 6 jilid dan dalam bahasa Latin dan Belanda (Keim 2007). Kata “pandan” itu sendiri berasal dari bahasa Melayu yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai “Pandanus”. Pandan merupakan tumbuhan yang membutuhkan curah hujan yang tinggi dengan kondisi tanah yang baik. Pandan tidak dapat tumbuh di daerah tanah liat yang kering dengan curah hujan yang sedikit (Lemmens & Buyan 2003).

2.1 Keanekaragaman dan Persebaran Pandanus Pandanus merupakan salah satu marga dari suku Pandanaceae selain Freycinetia dan Sararanga. Marga ini mempunyai jumlah jenis yang terbesar (sekitar 600 jenis) dengan daerah persebaran paling luas meliputi bagian barat dan timur Afrika, Madagaskar, India, Asia termasuk China dan Malesia (Malaysia, Indonesia, Filipina, New Guinea), Australia hingga Pasifik (Stone 1975). Pandanus dapat ditemukan hampir pada semua habitat mulai tepi laut sampai puncak pegunungan tertinggi, di daerah berpasir atau wilayah pantai berbatu, rawa-sungai dan rawa-mangrove. Di rawa, lebih banyak ditemukan pada daerah yang terbuka. Pandanus juga ditemukan di hutan Dipterocarpus, kapur, rawa


(21)

gambut hingga tanah berpasir yang relatif kering dan miskin zat-zat hara (Stone 1966, Stone 1982).

Beberapa habitat dan jenis Pandanus yang digambarkan oleh Stone (1966) adalah sebagai berikut:

A. Daerah perairan seperti rawa, perairan air tawar atau perairan air laut a. Mangrove, pinggiran mangrove, pasang surut rawa dan air payau Contoh : P. odoratissimus; P. corneri.

b. Hutan rawa air tawar dan muara rawa, kadang-kadang juga sedikit payau Contoh: P. aurantiacus; P. atrocarpus; P. helicopus; P. brevicornutus;

P. inundatus dan P. immersus.

c. Daerah berbukit, dataran rendah dan di sepanjang sungai. Contoh: P. yvanii; P. militaris.

B. Daerah daratan, tidak pada sungai ataupun rawa yang permanen. a. Hutan kering dataran rendah sampai hutan pegunungan cukup basah. Contoh: P. recurvatus; P. houlletii; P. penangensis dan P. klossii. b. Hutan pegunungan basah dengan ketinggian di bawah 1500 kaki.

Contoh: P. longicaudatus; P. ovatus dan P. stelliger.

c. Daerah bukit berkapur. Contoh: P. irregularis; P. calcicola; P. piniformis. d. Daerah perbukitan hingga pegunungan dari ketinggian sedang hingga dengan ketinggian tertinggi (3000-7000 kaki). Contoh: P. bidens.

e. Daerah berpasir dan daerah pantai berbatu. Contoh: P. odoratissimus dan P. polycephalus.

.

2.2 Ciri Morfologi Pandanus

2.2.1 Perawakan

Pandanus umumnya merupakan pohon atau semak yang tegak, tinggi 3-7 m, bercabang, kadang-kadang batang berduri, dengan akar penopang sekitar pangkal batang (Keim 2007). Pandanus ada yang berupa tumbuhan epifit dan ada juga berupa teresterial (Gambar 1). Selain P. alticola di Malaya, ada 2 jenis Pandanus


(22)

lain yang bersifat epifit ditemukan di Borneo yaitu P. pumilus St. John. dan P. epiphyticusMartelli..

Gambar 1 Bentuk Hidup Pandanus. 1. Epifit (P. alticola); Teresterial berperawakan besar 2. (P. atrocarpus) dan 4 (P. odoratissimus); 3. Pandan berperawakan sedang (P. yvanii); 5. Pandan bersifat monopodial (P. stelliger); 6. Pandan dengan karangan kecil (P. bidens); 7. Pandan dengan rhizome (P. dumetorum) (Figure model dengan tinggi 5-6 kaki) (Sumber: Stone 1966).

Stone (1966) membagi Pandanus atas:

1. Batang berada di bawah tanah, mempunyai rhizome, mempunyai rumpun

daun, memiliki akar penopang dan arah tumbuh batang ke atas. Contoh: P. dumetorum; P. saint-johnii.

2. Batang berada di atas permukaan tanah yang dibagi atas berperawakan kecil,

sedang dan besar.

a. Pandanus berperawakan kecil; batang pendek jarang tingginya mencapai 1 m, arah tumbuh ke atas, tidak bercabang atau sedikit yang memiliki percabangan, memiliki akar penopang. Contoh: P. bidens; P. scortechinii; P.ovatus dan P. herbaceous.

b. Pandanus berperawakan sedang; biasanya mempunyai percabangan pada tumbuhan yang sudah tua dengan diameter 2-9 cm dan akar penopang yang mencolok. Contoh: P. yvanii; P. aurantiacus; P. recurvatus dan P. stelliger.


(23)

c. Pandanus berperawakan besar; diameter batang 10-20 cm, arah tumbuh ke atas, seringkali tinggi mencapai 5-6 m, ada atau tidak akar penopang. Contoh: P. atrocarpus; P. penangensis; P. odoratissimus dan P. klossii.

2.2.2 Daun

Daun pandan selalu berupa daun tunggal, keras dan dapat berduri halus pada tepi yang umumnya besar dengan panjang 2-3 m, lebar 8-12 cm, tekstur daun berlilin dan berwarna hijau muda sampai hijau tua. Daun-daun pandan mengelompok sangat rapat dan melekat pada batang dalam tiga atau empat putaran (tristichous atau tetratichous). Pada sebagian besar pandan, dedaunan mengelompok sangat rapat di ujung batang membentuk karangan (rosette) (Keim 2007).

Menurut Stone (1966), ada beberapa catatan penting yang harus diperhatikan dalam pengkoleksian daun pandan, yaitu:

1. Panjang dan lebar daun. Pada daun, terdapat duri mencolok yang berada jauh atau dekat dari pertulangan daun, dan apakah sejajar dengan pertulangan daun.

2. Warna daun. Pada tumbuhan muda, warna dekat pangkal daun yaitu berwarna merah kecokelatan, merah muda, oranye, krem dan lavender. Keseluruhan warna daun terutama pada bagian permukaan bawah daun (berlilin, biru keabu-abuan) atau hijau, warna lebih terang atau lebih gelap daripada bagian atas permukaan daun, kusut atau mengkilap, dll.

3. Warna duri yaitu hijau, coklat, keunguan, kemerahan atau kemerahan.

4. Koleksi daun secara lengkap dengan ujung daun yang utuh itu sangat penting karena sifatnya tidak keras dan mudah patah. Banyak jenis dengan ujung daun yang memanjang.

5. Organ tambahan pada daun apakah duri pada pertulangan daun melengkung ke depan atau berada dekat pangkal daun.


(24)

2.2.3 Perbungaan

Perbungaan berbentuk malai (panicles) atau tongkol (spadices). Perbungaan pada pandan hanya terdiri dari satu kelamin saja (unisexual). Berumah dua, perbungaan jantan dan perbungaan betina terdapat pada individu yang berbeda. Perbungaan baik jantan maupun betina adalah terminal (di ujung batang). Tidak ada perbedaan antara mahkota (corolla) dan kelopak (calyx) bunga atau bunga pandan hanya tersusun atas perhiasan bunga (perianth). Jumlah benang sari sangat banyak. Bakal biji (ovule) satu hingga banyak. Perbungaan jantan pada pandan amat jarang ditemui. Hal ini disebabkan masa mekarnya (anthesis) bunga jantan yang sangat singkat yaitu 1-3 hari. Sebaliknya, masa perkembangan dari perbungaan ke perbuahan pada individu betina sangat panjang dan dapat mencapai waktu berbulan-bulan. Oleh karena itu klasifikasi pandan lebih didasarkan atas alat kelamin betinanya (Keim 2007).

2.2.4 Perbuahan

Buah dapat berupa buah majemuk yang menyatu (syncarp). Buah majemuknya dapat berupa buah majemuk satu tingkat artinya buah majemuk selalu tersusun atas buah tunggal (drupe) yang kemudian bersama-sama membentuk buah majemuk. Sebagian yang lain berupa buah majemuk dua tingkat artinya beberapa buah tunggal ada yang menyatu membentuk kelompok-kelompok majemuk yang disebut phalange, beberapa phalange ini kemudian bersama-sama membentuk buah majemuk tingkat berikutnya. Oleh karena itu, secara umum buah majemuk pada pandan mempunyai istilahnya sendiri, “kepala” atau cephalium (Keim 2007).

2.3 Ciri Anatomi (Stomata)

Stomata berasal dari kata Yunani, stoma yang mempunyai arti lubang atau porus. Esau mengartikannya sebagai sel-sel penutup dan porus yang ada diantaranya. Jadi stomata adalah porus atau lubang-lubang yang terdapat pada epidermis yang


(25)

masing-masing dibatasi oleh dua buah “guard cell” atau sel-sel penutup (Sutrian 1992). Stomata adalah celah diantara epidermis yang diapit oleh 2 sel epidermis khusus yang disebut sel penutup. Di dekat sel penutup terdapat sel-sel yang mengelilinginya disebut sel tetangga. Sel penutup dapat membuka dan menutup sesuai dengan kebutuhan tanaman akan transpirasinya, sedangkan sel-sel tetangga turut serta dalam perubahan osmotik yang berhubungan dengan pergerakan sel-sel penutup (Pandey 1982).

Stomata biasanya ditemukan pada bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara terutama di daun, batang dan rhizome (Fahn 1991). Stomata umumnya terdapat pada permukaan bawah daun, tetapi ada beberapa spesies tumbuhan dengan stomata pada permukaan atas dan bawah daun. Ada pula tumbuhan yang hanya mempunyai stomata pada permukaan atas daun, misalnya pada bunga lili air. Bentuk atau tipe stomata dibedakan atas 4 yaitu anomositik,

anisositik, parasitik dan diasitik (Lakitan 1993). Menurut fungsi, bentuk, ukuran dan susunan sel-sel epidermis tidaklah

sama atau berbeda pada berbagai jenis tumbuhan, demikian juga dengan bentuk atau tipe stomata (Fahn 1991). Walaupun berbeda epidermisnya, semua epidermis tersusun rapat satu sama lain dan membentuk bangunan padat tanpa ruang antar sel (Woelaningsih 2001). Setiap jenis tumbuhan mempunyai struktur sel epidermis yang berbeda. Perbedaan struktur sel epidermis yang dimaksud dapat berupa bentuk dan susunan sel epidermis, letak atau kedudukan stomata terhadap sel tetangga, arah membukanya stomata, bentuk stomata, jumlah sel epidermis dan stomata, jarak antara stomata dan panjang sel epidermis dan stomata

(Rompas et al. 2011). Dalam hal penelitian taksonomi, pendekatan dengan penanda morfologi

sangat umum dilakukan. Namun, sering juga penanda morfologi ini menghasilkan sejumlah problem karena plastisitasnya cukup tinggi sehingga diperlukan analisis tambahan yaitu pendekatan secara anatomi (stomata). Pendekatan anatomi mempunyai peran penting yang digunakan untuk menguatkan batasan-batasan takson, terutama bukti taksonomi untuk memperkuat karakter morfologi yang


(26)

masih meragukan. Selain itu juga mempunyai kegunaan yang besar pada takson infragenetik. Karakter anatomi baik digunakan untuk mengidentifikasi maupun untuk menentukan hubungan filogenetik. Pendekatan taksonomi dengan penanda morfologi dan anatomi hingga saat ini masih merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan karena secara umum pendekatan ini membutuhkan biaya yang tidak terlalu besar dan lebih efisien dalam waktu jika dibandingkan dengan pendekatan secara molekuler (Pasaribu 2010).

2.4 Kegunaan Pandanus

Pandanus adalah kelompok tumbuhan yang anggotanya memiliki manfaat yang besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pandan hutan termasuk tumbuhan yang multiguna dimana semua bagian pohonnya dapat dimanfaatkan (Tabel 1). Akar digunakan sebagai tali; batang sebagai bahan pembuatan kapak kecil atau nani; tongkol bunga sebagai obat, makanan dan pengharum; tongkol buah sebagai obat, sumber minyak, penyedap nasi; tunas muda sebagai lalap, obat; serta daun sebagai bahan anyaman, bahan pulp, obat dan bahan minyak wangi (Sahwalita 2007). Pemanfaatan tumbuhan khususnya Pandanus yang berdaya guna memerlukan pencegahan terhadap dampak negatif yang mengancam kelestarian jenis tumbuhan itu sendiri. Oleh sebab itu, perlu adanya upaya pengenalan, pengembangan dan peningkatan sumber daya tumbuhan tersebut yang di dukung dengan pemahaman yang mendalam tentang arti dan peranannya bagi kehidupan dan kesejahteraan umat manusia sehingga pembangunan yang dijalankan lebih bijaksana, terutama dalam mengelola kekayaan sumber daya alam hayati tersebut (Yuliana & Lekitoo 2006).


(27)

Tabel 1 Keanekaragaman Jenis Pandanus sebagai bahan pangan (Sumber: Purwanto & Munawaroh. 2010)

No Nama Lokal Nama Ilmiah Potensi dan wilayah persebarannya

1 Buah merah P. conoideus Telah dibudidayakan secara tradisional, memiliki potensi sebagai bahan ramuan obat, bahan pangan tambahan dan bahan adat

2 Kelapa hutan P. julianettii dan P. iwen

Telah dibudidayakan oleh masyarakat Papua di kawasan pegunungan Tengah (Lembah Baliem dan sekitarnya) sebagai bahan pangan

3 Kelapa hutan P. brosimos Telah dibudidayakan oleh masyarakat Papua di

kawasan pegunungan Tengah (Lembah Baliem dan sekitarnya) sebagai bahan pangan

4 Pandan

raintui

P. krauelianus Secara terbatas dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan daunnya sebagai bahan kerajinan

5 - P. dubius dan

P. tectorius

Melimpah di kawasan Pantai; berpotensi sebagai jenis tanaman pangan dan kerajinan


(28)

BAB III BAHAN DAN METODE

3.1 Deskripsi Area 3.1.1 Letak dan Luas

Kabupaten Aceh Singkil merupakan salah satu kabupaten yang berada di ujung selatan provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang dimekarkan dari kabupaten Aceh Selatan dan berbatasan langsung dengan provinsi Sumatera Utara. Letak geografis kabupaten Aceh Singkil berada pada posisi 2°02’-2°027’30’’ LU dan 97°04’-97°45’00’’ BT dengan luas daerah 2.187 km2

Rawa Singkil merupakan kawasan hutan rawa pantai yang terletak di daerah pantai barat Aceh dengan luas 102.500 Ha. Kawasan ini memiliki bentuk seperti botol di mana lehernya berujung pada bagian utara. Bagian baratnya dibatasi oleh pantai pasir putih yang berbatasan dengan laut Hindia yang merupakan tempat perlindungan penyu. Sebelah timur dan selatan berbatasan dengan sungai Alas, sementara di sebelah utara dibatasi oleh sungai Trumon (Leuser Development Programme 1995).

atau 218.700 Ha (BPS Aceh Singkil 2012).

Kawasan rawa Singkil merupakan perwakilan ekosistem lahan basah di hutan hujan tropis dataran rendah dan bagian dari kawasan ekosistem Leuser berdasarkan Keppres No. 33 tahun 1998. Kawasan ini memiliki fungsi konservasi yang sangat penting karena kawasan ini menjadi habitat utama bagi satwa liar yang dilindungi dan terancam punah secara global. Tingginya nilai konservasi di kawasan tersebut, menjadikan kawasan ini telah disepakati oleh para pakar sebagai salah satu kawasan kunci keanekaragaman hayati (key biodiversity area) di pulau Sumatera (Conservation International 2007).


(29)

3.1.2 Topografi

Berdasarkan peta topografi, sebagian besar wilayah kabupaten Aceh Singkil adalah dataran. Bentuk wilayah yang datar ini umumnya terletak di bagian selatan. Pada bagian selatan, fisiografi terdiri atas dataran alluvial sungai dan endapan pasir laut yang sebagian besar merupakan ekosistem rawa yang unik. Disamping itu, terdapat juga bahan induk tanah berupa bahan organik yang sebagiannya telah terdekomposisi membentuk gambut. Sedangkan daerah berbukit berada di bagian utara. Diantara bukit terdapat sungai dan anak sungai yang bermuara ke Samudera Hindia. Elevasi permukaan lahan dari permukaan laut di kabupaten Aceh Singkil bervariasi mulai 0-1000 meter di atas permukaan laut (dpl) (BLH Aceh Singkil 2005).

3.1.3 Iklim

Menurut Schmidt dan Ferguson, wilayah kabupaten Aceh Singkil tergolong ke dalam tipe iklim B (basah). Curah hujan rata-rata tahunan di wilayah kabupaten Aceh Singkil sebagai berikut: a. Bagian Utara berkisar 2.900-3700 mm/tahun;

b. Bagian Barat berkisar 2.300-3.000 mm/tahun; c. Bagian Selatan termasuk Kepulauan Banyak berkisar 2.850-3.600 mm/tahun; d. Bagian Timur berkisar 2.700-3.700 mm/tahun; dan e. Bagian Tengah berkisar 2.850-3.350 mm/tahun. Selain itu, wilayah-wilayah yang termasuk dalam kabupaten ini juga memiliki tingkat kelembaban udara yang juga cukup tinggi. Implikasi dari letak geografis yang berdekatan dengan pantai, maka kota Singkil mempunyai rata-rata suhu harian yang agak panas yaitu antara 27-33°C (BLH Aceh Singkil 2011).


(30)

3.1.4 Keanekaragaman Hayati Rawa Singkil memiliki kekayaan flora yang bernilai biologis dan ekonomis tinggi. Data Dirjen PHKA (2004) menunjukkan bahwa jenis kayu meranti, damar laut, kapur, kerwing, lesi-lesi/ medang adalah jenis-jenis kayu yang bernilai ekonomis tinggi dan sebagian besar kayu ini berasal dari hutan di sekitar rawa Singkil. Hal ini diperkuat juga oleh hasil diskusi Focus Group Discussion (FGD) dengan staff Pemda yang menyatakan bahwa Singkil dahulu dikenal sebagai penyuplai kayu bernilai ekonomis tinggi dan kini saat luasan hutan di daerah ini semakin berkurang, suplai kayu yang bisa diharapkan adalah dari rawa Singkil. Jenis-jenis fauna yang terdapat di kawasan rawa Singkil cukup beragam. Setidaknya tiga spesies satwa Sumatra endemik dan terancam punah dapat ditemukan di kawasan ini yaitu, Orangutan Sumatera (Pongo abelii), Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) (Ariantiningsih 2007).

3.2Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember 2012 sampai dengan Juni 2013 di kawasan rawa Singkil, kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

3.3 Alat dan Bahan

3.3.1 Eksplorasi dan Karakterisasi Morfologi

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera (dokumentasi), parang, cutter, gunting tanaman, tali rafia, label spesimen, lakban, spidol, meteran, plastik ukuran 60x40 cm, alat tulis dan buku lapangan, buku identifikasi, peta rawa Singkil, higrometer, termometer, soil termometer, soil pH, lux meter, altimeter dan GPS (Global Positioning System) dan sasak kayu (alat press).


(31)

3.3.2 Karakterisasi Anatomi

Alat-alat yang digunakan adalah cawan petri, gelas objek dan cover glass, gunting kecil, backer glass, pinset, hot plate, mikroskop, kamera digital, tissue gulung Sedangkan bahan yang digunakan adalah potongan daun koleksi spesimen herbarium, alkohol 70%, HNO3 50%, safranin 1% dan gliserin.

3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Di Lapangan

3.4.1.1 Pemilihan lokasi

Dalam pemilihan lokasi penelitian ditentukan dengan Metode Purposive Sampling sesuai dengan keberadaan Pandanus dengan bantuan masyarakat lokal. Berdasarkan informasi yang diperoleh maka dilakukan survei lokasi yang telah dilakukan pada bulan Nopember 2012 untuk menentukan wilayah studi. Dari survei yang telah dilakukan diperoleh hasil sementara yaitu ditemukan dua jenis Pandanus seperti P. labyrinthicus dan P. tectorius.

3.4.1.2Inventarisasi dan Koleksi Spesimen

Potensi keberadaan Pandanus diidentifikasi dengan melakukan pengamatan dengan Metode survei. Keadaan rawa Singkil yang sebagian besar dibatasi oleh sungai maka eksplorasi dilakukan dengan menggunakan Robin (istilah perahu tradisional oleh masyarakat setempat) dan sebagian daerah berupa dataran

sehingga eksplorasi dilakukan dengan metode jelajah di sepanjang jalur yang ada. Metode identifikasi spesies dengan mengambil contoh material setiap

tumbuhan pandan hutan yang terbaik dengan ciri-ciri yang masih lengkap kemudian dilakukan pengkoleksian spesimen. Koleksi dapat dilakukan baik dalam bentuk basah maupun koleksi kering. Bagian vegetatif tumbuhan yang berperawakan kecil dapat dikoleksi seluruhnya. Untuk tumbuhan yang berperawakan besar, dianjurkan untuk memisahkan daun dengan pangkal, tengah,


(32)

ujung dan masing-masing bagian diberi penomoran pada label spesimen kemudian disusun di antara lipatan koran serta diikat dengan tali plastik, dimasukkan ke dalam kantung plastik yang berukuran 60x40 cm, kemudian disiram dengan alkohol 70% sampai basah agar spesimen tidak berjamur, diusahakan sebelum kantung plastik ditutup rapat dikosongkan terlebih dahulu udara yang terdapat di dalam kantung plastik tersebut seminimal mungkin, kemudian kantung plastik ditutup rapat dengan lakban.

3.4.1.2 Parameter Pengamatan

Adapun parameter pengamatan yang dilakukan dalam penelitian Pandanus adalah sebagai berikut:

1) Parameter Morfologi

Parameter morfologi yang digunakan untuk mengidentifikasi jenis Pandanus meliputi habit, habitat, proproots (akar penopang), batang, daun, perbungaan, dan perbuahan.

2) Parameter Ekologi

Aspek lainnya adalah Parameter Ekologis meliput i daerah persebaran, kelembaban udara dengan higrometer, suhu udara dengan termometer, suhu tanah dengan soil termometer, pH tanah dengan soil pH, intensitas cahaya dengan lux meter, ketinggian dan titik ordinat dengan GPS (Global Positioning System) dari setiap jenis Pandanus yang ditemukan.

3.4.2 Di Laboratorium 3.4.2.1 Identifikasi karakter morfologi

Spesimen dari lapangan dibuka, koran diganti dengan yang baru, kemudian spesimen dikeringkan dalam oven pengering dengan suhu ± 60°C sampai spesimen kering. Spesimen yang telah kering dilakukan pengamatan morfologinya dan diidentifikasi dengan buku-buku acuan antara lain:


(33)

a. Flora Malesiana (Steenis, 1976)

b. Malayan Wild Flowers (Monocotyledons) (Henderson, 1954)

c. Revision of the Genus Pandanus Stickman Part 1: Key to the Sections (St. John, 1960)

d. Kumpulan jurnal-jurnal Pandanus Jenis-jenis yang tidak dapat diidentifikasi di Herbarium Medanense (MEDA), Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Departemen Biologi, FMIPA, Universitas Sumatera Utara dikirim ke Herbarium Bogoriense untuk diidentifikasi lebih lanjut.

3.4.2.2 Identifikasi karakter anatomi (Stomata dan Sel epidermis)

Pengamatan stomata dilakukan dengan membuat sayatan paradermal semi-permanent dengan metode gabungan Simple Scraping Technique dari

Metcalfe (1960) yang dimodifikasi. Bahan yang digunakan diambil dari daun koleksi spesimen herbarium yang direbus dengan air selama 5-10 menit (perebusan tergantung pada tebal tipisnya daun) dan setelah itu direndam menggunakan alkohol 70 % selama ± 1 minggu hingga daun lunak. Kemudian

dilakukan perebusan dengan menggunakan HNO3 50 % selama lebih kurang

5-10 menit sampai lapisan epidermis dapat dengan mudah dilepaskan dari jaringan mesofil. Lapisan epidermis tersebut direndam dalam 1% safranin selama 5 menit; setelah diwarnai diletakkan pada gelas objek dengan gliserin, kemudian ditutup dengan gelas penutup. Dioleskan cutex transparan pada pinggiran gelas penutup. Preparat diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 40 kali. Karakter anatomi yang diamati adalah bentuk dan susunan dari stomata dan sel epidermis pada bagian adaxial (atas) dan abaxial (bawah) daun Pandanus kemudian dilakukan pengukuran stomata, penghitungan jumlah sel epidermis dan stomata yang dihitung dalam satu bidang pandang mikroskop dan dilakukan sebanyak 10 kali yang dipilih secara acak untuk setiap potongan daun Pandanus.


(34)

33.5 Analisis Data 3.5.1 Ukuran stomata

Ukuran stomata merupakan gabungan dari area sel penutup (guard cells) dengan celah yang dapat ditentukan dengan menggunakan rumus Franco (1939) yaitu:

a x b x 0,7854

dimana, a = panjang stomata,

b = lebar stomata

3.5.2 Indeks Stomata (IS)

Indeks stomata merupakan rasio sel-sel epidermis dan stomata yang dapat di determinasi dengan rumus Salisbury (1927) yaitu:

�= �

�+� ����

dimana,

Data indeks stomata yang diperoleh merupakan nilai rata-rata dari pengukuran 10 bidang pandang yang dipilih secara acak.

3.5.3 Kemiripan Jenis-jenis Pandanus

Berdasarkan karakter-karakter hasil pengamatan morfologi dan anatomi, dilakukan analisis kemiripan untuk melihat kecenderungan pengelompokkan jenis-jenis Pandanus dengan menggunakan program NTSYSpc (Numerical Taxonomy and Multivariate System) version 2.11a oleh Rohlf (2002).

I = Indeks stomata;

S = Jumlah stomata dalam unit area;


(35)

3.5.4 Persebaran Jenis-jenis Pandanus

Untuk mengetahui persebaran jenis-jenis Pandanus yang terdapat di kawasan rawa Aceh Singkil dapat digambarkan dengan peta persebaran dengan menggunakan software MapInfo Profesional version 10.0 (Pitney 2009).


(36)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keanekaragaman Jenis dari Marga Pandanus di Kawasan Rawa Aceh Singkil

Dari eksplorasi dan karakterisasi morfologi yang dilakukan di kawasan rawa Aceh Singkil diperoleh 5 jenis Pandanus yaitu Pandanus atrocarpus, Pandanus labyrinthicus, Pandanus militaris, Pandanus odoratissimus dan Pandanus tectorius. Pandanus yang ditemukan ini tergolong banyak bila dibandingkan dengan kawasan hutan lain di Sumatera. Penelitian sejenis yang dilakukan oleh Sahwalita (2007) memperoleh 4 jenis Pandanus di desa Pardukapan kecamatan Kerajaan, kabupaten Pakpak barat, provinsi Sumatera Utara dan Stone (1970) menyatakan bahwa jumlah jenis Pandanus di Sumatera berkisar 15-20 jenis. Perkiraan jenis Pandanus yang ditemukan ini suatu saat bisa saja berubah mengingat belum banyak penelitian yang dilakukan di kawasan hutan lain di Sumatera. Jumlah jenis Pandanus yang ditemukan tersebut diduga karena daerah ini memiliki kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan Pandanus Aceh Singkil merupakan wilayah yang dikategorikan beriklim tropis dan cenderung memiliki curah hujan yang cukup tinggi yaitu mencapai 2847 mm per tahun (BLH Aceh Singkil 2011). Selain itu, memiliki tingkat kelembaban udara yang cukup tinggi dan mempunyai suhu rata-rata agak panas yaitu 27-33°C. Menurut Norwegia (1994), Pandanus merupakan tumbuhan yang membutuhkan curah hujan yang tinggi dengan kondisi tanah yang baik. Pandanus tidak dapat tumbuh di daerah tanah liat yang kering dengan curah hujan yang sedikit.


(37)

4.2 Persebaran Jenis-Jenis dari Marga Pandanus di Kawasan Rawa Aceh Singkil

Jenis-jenis Pandanus yang ditemukan di kawasan rawa Aceh Singkil terdiri atas beberapa habitat. P. odoratissimus dan P. tectorius ditemuka n pada daerah pantai berupa daratan yang relatif kering dengan tekstur tanah berpasir namun masih terpengaruh pasang-surut air laut. Sementara P. atrocarpus ditemukan pada rawa pesisir berupa daratan yang relatif basah yang juga dipengaruhi pasang-surut air laut, sedangkan P. labyrinthicus dan P. militaris selain terdapat pada rawa pesisir juga ditemukan pada daerah perairan yaitu rawa pedalaman yang tidak dipengaruhi pasang-surut air laut (Gambar 2).

Gambar 2 Peta Persebaran Jenis-Jenis Pandanus di Kawasan Rawa Aceh Singkil Gambar diatas memperlihatkan jenis-jenis Pandanus yang ditemukan mendiami beberapa habitat yaitu daratan relatif kering (pantai), daratan relatif basah (rawa pesisir) serta daerah perairan (rawa pedalaman). Hal ini menunjukkan bahwa Pandanus mampu hidup pada habitat yang berbeda. Sesuai dengan pendapat Stone (1966) yang menyatakan bahwa Pandanus dapat ditemuka n hampir pada semua habitat mulai tepi laut sampai puncak pegunungan


(38)

rawa-mangrove. Kehadiran suatu jenis tumbuhan di tempat tertentu, berkaitan erat dengan

faktor-faktor lingkungan yaitu iklim, edafik (tanah), topografi dan biotik antara satu dengan yang lain, namun cukup sulit untuk mencari penyebab terjadinya kaitan yang erat tersebut (Syafei 1994). Beragamnya jumlah jenis yang diperoleh

mungkin disebabkan oleh kondisi lingkungan yang sangat khas pada masing-masing habitat. Hasil di lapangan menunjukkan jenis Pandanus lebih

banyak ditemukan pada daratan yang relatif basah dengan suhu berkisar 26-27°C dengan kelembaban antara 80-90% dan intensitas cahaya 1070-1319 Lux meter (Lampiran B) dengan jenis tanah berupa tanah alluvial yang berasal dari hasil pengendapan lumpur sungai yang tanahnya lebih subur karena adanya masukan air sungai yang membawa unsur-unsur hara bila dibandingkan dengan daratan yang relatif kering dengan suhu udara 29-31°C, suhu tanah 32-33 °C, kelembaban

udara berkisar 50-80 %, intensitas cahaya 1666-1816 Lux meter, pH tanah 6,1-6,2 serta dengan jenis tanah berpasir yang berasal dari pelapukan batuan yang

tidak dapat mengikat air serta daerah perairan berupa rawa pedalaman yang tidak dipengaruhi pasang-surut air laut dimana sumber hara hanya berasal dari masukan air hujan.

4.3 Karakterisasi Morfologi 4.3.1 Habitat

Jenis-jenis Pandanus di kawasan rawa Aceh Singkil terdapat pada daratan dan daerah perairan (Gambar 3). P. odoratissimus dan P. tectorius ditemukan di daratan yang relatif kering berupa daerah pantai berpasir yang relatif landai dengan vegetasi pes-caprae (Ipomea pes-caprae) dan cemara pantai (Casuarina equisetifolia), sedangkan P. atrocarpus, P. militaris dan P. labyrinthicus ditemukan pada daratan relatif basah dengan rawa pesisir yang dipengaruhi pasang-surut air laut. P. labyrinthicus dan P. militaris selain terdapat pada daratan yang relatif basah juga ditemukan pada daerah perairan yaitu rawa pedalaman


(39)

Stone (1966) yang menggambarkan beberapa habitat beserta jenis Pandanus yaitu

daratan relatif kering (daerah berpasir dan pantai berbatu) dengan jenis P. odoratissimus; daratan relatif basah (hutan rawa air tawar) dengan jenis P. atrocarpus; daerah berbukit, dataran rendah dan di sepanjang sungai dengan

jenisP. militaris.

Gambar 3 Habitat Pandanus. (A) Daerah pantai; (B) Rawa pesisir; (C) Rawa pedalaman.

4.3.2 Perawakan

Jenis Pandanus yang ditemukan tergolong tumbuhan dengan perawakan sedang yaitu P. labyrinthicus dan P. militaris dan tumbuhan dengan perawakan besar yaitu P. tectorius, P. odoratissimus dan P. atrocarpus. Hal ini sesuai dengan pendapat Stone (1966) yang membagi Pandanus atas perawakan kecil,sedang dan besar. Pandanus berperawakan sedang biasanya mempunyai percabangan pada tumbuhan yang sudah tua dengan diameter 2-9 cm dan akar

penopang yang mencolok, sedangkan Pandanus berperawakan besar batang 10-20 cm, arah tumbuh ke atas, tinggi mencapai 5-6 m, ada atau tidak akar penopang (Proproots). Contoh: P. atrocarpus dan P. odoratissimus.


(40)

Gambar 4 Perawakan dan Proproots Pandanus. (A) Perawakan sedang P. labyrinthicus, (B) Perawakan besar P. atrocarpus, (C) Proproots P. labyrinthicus, (D) Proproots P. atrocarpus.

4.3.3 Batang

Jenis Pandanus yang ditemukan memiliki karakter morfologi permukaan batang yang berbeda-beda (Gambar 5). Permukaan batang dengan tonjolan seperti duri (lentisel) meliputi P. atrocarpus, P. labyrinthicus, P. odoratissimus, P. tectorius

dan permukaan seperti beruas dan tidak memiliki duri (lentisel) pada jenis P. militaris.


(41)

Gambar 5 Permukaan Batang Pandanus. (A) Permukaan dengan lentisel P. tectorius, (B) Permukaan seperti beruas tanpa lentisel P. militaris.

4.3.4 Daun

Jenis Pandanus yang ditemukan memiliki karakter morfologi daun yang berbeda. Bentuk daun berupa bangun pita pada jenis P. labyrinthicus, P. militaris dan bangun lidah pada jenis P. atrocarpus, P. odoratissimus dan P. tectorius. Pada

Pandanus terdapat duri pada tepi daun (margin) berwarna gelap yaitu jenis P. labyrinthicus, P. militaris dan P. atrocarpus sedangkan berwarna terang yaitu

jenis P. odoratissimus dan P. tectorius. Selain itu, terdapat juga duri membalik

(recurved spines) di bagian permukaan bawah daun kecuali jenis P. militaris dengan permukaan bawah daun licin. Recurved spines pada jenis P. labyrinthicus berwarna gelap sedangkan P. atrocarpus, P. odoratissimus dan P. tectorius berwarna terang. Stone (1966) berpendapat ada beberapa catatan penting yang harus diperhatikan dalam pengkoleksian daun pandan, yaitu warna duri bagian tepi yaitu hijau, coklat, keunguan, kemerahan atau kehitaman dan organ tambahan pada daun apakah duri pada pertulangan daun (recurved spines) melengkung ke arah keluar atau mengarah ke dalam.


(42)

Gambar 6 Bentuk dan Duri Pandanus. (A) Bangun pita P. labyrinthicus; (B) Bangun lidah P. tectorius; (C) Permukaan bawah daun licin tanpa recurved spines P. militaris;(D) Permukaan bawah dengan recurved spines berwarna gelap P. labyrinthicus; (E) Duri tepi daun berwarna gelap P. labyrinthicus; (F) Permukaan bawah dengan recurved spines dan duri tepi daun berwarna terang P. tectorius.

4.3.5 Perbungaan

Jenis P. labyrinthicus merupakan satu-satunya jenis Pandanus yang ditemukan di kawasan rawa Aceh Singkil dengan perbungaan jantan. Perbungaan berbentuk malai (panicles) dan terletak terminal (di ujung batang). Tidak ada perbedaan antara mahkota (corolla) dan kelopak (calyx) bunga atau bunga pandan hanya tersusun atas perhiasan bunga (perianth). Jumlah benang sari sangat banyak. Keim (2007) menyatakan bahwa perbungaan jantan pada pandan amat jarang


(43)

singkat yaitu 1 hingga 3 hari. Sebaliknya, masa perkembangan dari perbungaan ke perbuahan pada individu betina sangat panjang dan dapat mencapai waktu berbulan-bulan.

Gambar 7 Perbungaan Jantan P. labyrinthicus

4.3.6 Perbuahan

Beberapa jenis Pandanus di kawasan rawa Aceh Singkil ditemukan lengkap dengan buah kecuali pada P. atrocarpus, ada yang berupa seperti tandan

(cephalia) pada P. labyrinthicus dan jenis lainnya berupa cephalium pada P. odoratissimus, P. tectorius dan P. militaris. Keim (2007) berpendapat bahwa

sebagian anggota Pandanaceae, buah majemuknya dapat berupa buah majemuk satu tingkat artinya buah majemuk selalu tersusun atas buah tunggal (drupe) yang kemudian bergabung membentuk buah majemuk. Sebagian yang lain berupa buah majemuk dua tingkat artinya beberapa buah tunggal ada yang menyatu membentuk kelompok-kelompok majemuk yang disebut phalange, beberapa phalange ini kemudian bersama-sama membentuk buah majemuk tingkat berikutnya yang disebut “kepala” atau cephalium.


(44)

Gambar 8 Perbuahan Pandanus. (A) Cephalia P. labyrinthicus; Cephalium (B) P. tectorius, (C) P. odoratissimus, (D) P. militaris dan (E) P. labyrinthicus; (F) Phalange P. tectorius; (G) Drupa P. labyrinthicus

4.4 Karakterisasi Anatomi

Pengamatan stomata pada sayatan paradermal semi-permanent dengan perbesaran 40 kali menunjukkan bahwa tipe stomata pada Pandanus adalah anomositik yaitu memiliki sel epidermis dan sel penjaga yang tidak mudah dibedakan. Selain itu, stomata pada daun Pandanus terdapat di permukaan atas (adaxial) dan bawah (abaxial) daun. Sutrian (1992) berpendapat bahwa umumnya stomata terdapat pada kedua permukaan atau hanya terdapat pada satu permukaan saja yaitu pada


(45)

Gambar 9 Tipe Stomata Anomositik P. tectorius (A) Adaxial, (B) Abaxial, (1) Porus, (2) Sel penutup, (3) Sel tetangga, (4) Sel epidermis dan (5) Papilla (Perbesaran 40x).

4.5Frekuensi, Indeks dan Ukuran Stomata

Hasil analisis dari frekuensi, indeks dan ukuran stomata pada Pandanus sangat bervariasi dimana pada bagian abaxial daun lebih tinggi bila dibandingkan dengan bagian adaxial (Tabel 2).

Tabel 2 Frekuensi, Indeks dan Ukuran Stomata Daun Pandanus di Kawasan Rawa Aceh Singkil

Pada adaxial, frekuensi dan indeks stomata tertinggi terdapat pada P. odoratissimus masing-masing sebesar 19,64 dan 1,21 diikuti oleh P. tectorius

No Jenis Frekuensi (mm2) Indeks (%) Ukuran (µm)

Adaxial

1 P. atrocarpus 13,1 0,80 68,46

2 P. labyrinthicus 14,73 0,90 58,85

3 P. militaris 11,46 0,70 71,10

4 P. odoratissimus 19,64 1,21 34,91

5 P. tectorius 14,73 0,90 17,46

Abaxial

1 P. atrocarpus 78,58 4,82 84,29

2 P. labyrinthicus 137,51 8,46 72,23

3 P. militaris 47,47 2,91 92,75

4 P. odoratissimus 152,24 9,34 26,78

5 P. tectorius 160,43 9,87 32,60


(46)

dan P. labyrinthicus sebesar 14,73 dan 0,90 serta frekuensi dan indeks stomata terendah pada P. militaris masing-masing sebesar 11,46 dan 0,70, sedangkan ukuran stomata tertinggi pada P. militaris sebesar 71,10 dan terendah pada P. tectorius sebesar 17,46.

Pada abaxial, frekuensi dan indeks stomata tertinggi terdapat pada P. tectorius masing-masing sebesar 160,43 dan 9,87 diikut i oleh P. odoratissimus

sebesar 152,24 dan 9,34 serta frekuensi dan indeks stomata terendah pada P. militaris masing-masing sebesar 47,47 dan 2,91, sedangkan ukuran stomata

tertinggi pada P. militaris sebesar 92,75 dan terendah pada P. odoratissimus sebesar 26,78. P. tectorius dan P. odoratissimus merupakan jenis Pandanus yang ditemukan pada habitat teresterial berupa daratan yang relatif kering dengan intensitas cahaya yang tinggi yaitu sebesar 1666-1816 Lux meter bila dibandingkan dengan habitat akuatik dengan intensitas cahaya sebesar 1070-1319 Lux meter. Kedua jenis Pandanus ini memiliki nilai frekuensi dan indeks yang tinggi serta ukuran yang terendah dibandingkan dengan jenis Pandanus lainnya yang ditemukan di kawasan rawa Aceh Singkil. Frekuensi stomata tiap-tiap tumbuhan beragam. Sama halnya dengan indeks stomata yaitu perbandingan antara jumlah stomata dengan jumlah total epidermis ditambah stomata yang

menunjukkan tingkat kerapatan stomata (Wallis 1965). Menurut Kimball (2006) intensitas cahaya merupakan salah satu faktor

lingkungan yang mempengaruhi kerapatan stomata. Willmer (1983) juga berpendapat bahwa semakin tinggi intensitas cahaya, frekuensi stomata di kedua permukaan daun juga semakin meningkat, meskipun peningkatan frekuensi tersebut tidak signifikan. Selain itu, Wahyuningsih et al (2006) menyatakan bahwa daun pada tumbuhan yang terpapar cahaya dengan intensitas tinggi mempunyai stomata lebih kecil dan jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan yang tumbuh ditempat naungan dan lembab.


(47)

4.6Ciri-Ciri Morfologi dan Anatomi

Berdasarkan pengamatan, diperoleh ciri-ciri morfologi dan anatomi yang dapat digunakan dalam pengelompokkan jenis-jenis Pandanus di kawasan rawa Singkil. Karakter pembeda yang digunakan sebanyak 19 karakter yang mencakup karakter morfologi dan anatomi (Tabel 3).

Tabel 3 Karakter Morfologi dan Anatomi Pandanus

NO KARAKTER KATEGORI

1 Habitat pantai (0) absent , (1) present

2 Habitat rawa pesisir-rawa pedalaman (0) absent , (1) present 3 Habitat rawa pesisir (0) absent , (1) present

4 Habit sedang (0) absent , (1) present

5 Habit besar (0) absent , (1) present

6 Proproots (0) absent , (1) present

7 Diameter batang (0) 9-12 cm , (1) 13-17 cm

8 Bangun lidah (0) absent , (1) present

9 Bangun pita (0) absent , (1) present

10 Ujung runcing (0) absent , (1) present

11 Ujung meruncing (0) absent , (1) present

12 Recurved spines (0) absent , (1) present

13 Perbungaan (0) absent , (1) present

14 Perbuahan (0) absent , (1) present

15 Cephalia (0) absent , (1) present

16 Cephalium (0) absent , (1) present

17 Permukaan atas phalange menonjol (0) absent , (1) present 18 Permukaan atas phalange rata (0) absent , (1) present

19 Papilla (0) absent , (1) present

4.7 Analisa Kemiripan Morfologi dan Anatomi Menggunakan NTSYS

Berdasarkan hasil pengamatan morfologi dan anatomi dilakukan analisis kemiripan dengan 19 karakter pembeda (Tabel 4) untuk melihat kecenderungan pengelompokkan jenis-jenis Pandanus dengan menggunakan program NTSYSpc (Numerical Taxonomy and Multivariate System) version 2.11a (Rohlf 2002) dan diperoleh pengelompokkan jenis Pandanus dalam bentuk Phenogram seperti berikut ini (Gambar 10).


(48)

Gambar 10 Phenogram Jenis Pandanus Berdasarkan Karakter Morfologi dan Anatomi

Dari phenogram tersebut maka jenis Pandanus yang ditemukan dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok I dan kelompok II dengan kisaran tingkat kemiripan 55%-84%. Kelompok I terdiri atas dua subkelompok yaitu C (jenis P. atrocarpus dengan kisaran kemiripan 55-84 %) dan D terdiri dari jenis P. odoratissimus dan P. tectorius dengan kisaran kemiripan

84 % sedangkan Kelompok II terdiri atas 2 subkelompok yaitu E (P. labyrinthicus) dan F (P. militaris) dengan kisaran kemiripan 73%-84 %. Pemisahan dua kelompok ini didasarkan pada perbedaan ciri morfologi

yang mencolok yaitu habit dan habitat dari masing-masing jenis Pandanus. Kelompok I merupakan Pandanus habit/ berperawakan besar. Selain habit, perbedaan habitat dari masing-masing jenis Pandanus juga mendasari pemisahan Pandanus menjadi subkelompok dimana subkelompok C (P. atrocarpus) ditemukan pada habitat rawa pesisir sedangkan subkelompok D (P. odoratissimus, P. tectorius) ditemukan pada habitat pantai dan memiliki kemiripan yang tinggi. Hal ini dikarenakan pada kedua jenis (P. odoratissimus, P. tectorius) memiliki banyak kesamaan ciri morfologi diantaranya memiliki habitat, habit, proproots,


(49)

meruncing dan adanya papilla pada sel penutup. Kelompok II merupakan Pandanus dengan habit sedang dan ditemukan

pada habitat rawa pesisir-rawa pedalaman yang dibedakan atas subkelompok E (P. labyrinthicus)dan F (P. militaris). Pemisahan Pandanus ini diasumsikan karena perbedaan morfologi diantaranya P. labyrinthicus memiliki proproots, permukaan bawah daun memiliki recurved spines, serta buah berupa cephalia (bentuk tandan), sedangkan pada P. militaris tidak memiliki proproots, permukaan batang memiliki seperti beruas, permukaan bawah daun licin atau tidak memiliki recurved spines, serta buah berupa cephalium.

4.8Kunci Identifikasi

Sebuah kunci identifikasi sederhana berdasarkan karakter morfologi dari jenis Pandanus yang ditemukan dapat disusun sebagai berikut:

1. a. Habit sedang………... 2 b. Habit besar………... 3 2. a. Memiiliki proproots sebagai penopang batang…... P. labyrinthicus

b. Hanya batang sebagai penopang tubuh…………..... P. militaris 3. a. Warna permukaan atas daun hijau dengan bercak

hitam……….... P. atrocarpus b. Warna permukaan atas daun hijau mengkilat…... 4 4. a. Permukaan phalange menonjol ………...... P. odoratissimus b. Permukaan phalange rata ………... P. tectorius

4.9 Deskripsi Jenis dari Marga Pandanus

4.9.1 Pandanus atrocarpus

Habitat; rawa pesisir. Habit; berperawakan besar, tumbuh tegak, tinggi total

1000-1100 cm. Proproots; besar, panjang 122-150 cm, berbintil, berwarna abu-abu kecoklatan. Batang;tinggi 800-900 cm, diameter 17-43,5 cm, permukaan


(50)

berdaging, bentuk bangun pita, ujung runcing, tepi berduri kecil, rapat, sangat tajam, berwarna coklat muda (gelap), ukuran duri 0,2 cm, jarak antar duri 0,4 cm,

permukaan atas berwarna hijau bercak hitam, permukaan bawah putih keabu-abuan, recurved spines ukuran 0,35 cm, jarak antar duri 2,8 cm, rerata

panjang 150-300 cm, lebar 6,5-7,2 cm.

Spesimen : DR 014; 18 Maret 2013 (MEDA-USU)

Distribusi : Terdapat di kawasan Malaya Peninsula, Sumatera

Habitat : Ditemukan pada rawa pesisir dengan ketinggian 29 mdpl.

4.9.2Pandanus labyrinthicus Habitat; rawa pesisir-rawa pedalaman. Habit; berperawakan sedang, tumbuh membentuk rumpun, tinggi total 150-500 cm. Proproots; panjang 100-150 cm, berduri tumpul, berwarna coklat. Batang; ramping, tinggi 100-380 cm, diameter batang 13-18,5 cm, berwarna coklat, permukaan berduri tumpul, jarang, tersebar secara acak. Daun; tipis, bentuk bangun pita, ujung runcing, tepi berduri, ukuran duri 0,4 cm, jarak antar duri ± 1,3 cm, permukaan atas licin, berwarna hijau kekuningan, permukaan bawah berwarna hijau kekuningan, recurved spines mengarah ke dalam, berwarna coklat kehitaman (gelap), ukuran duri 0,4 cm, jarak antar duri 1,5-2,4 cm, rerata panjang daun 112-160 cm, rerata lebar daun 3-4,5 cm. Inflorescence; terminal, panjang tangkai 20 cm, berwarna putih susu, daun braktea berwarna kuning muda, panjang 43 cm, lebar 5,5 cm, berbentuk oblong atau memanjang, terdiri dari 7-8 spikelet, kepala sari (anther) berwarna coklat tua, tangka i sari (filament) berwarna putih susu. Infrutescence; terminal, panjang tangkai 8 cm, memiliki daun braktea berwarna hijau. Buah; berupa tandan (cephalia). Cephalia; panjang 32 cm, terdiri dari 5-7 cephalium. Cephalium; panjang 12,5 cm, lebar 11,5 cm, warna hijau tua (muda), hijau kekuning-kuningan (buah tua), bentuk bulat lonjong. Drupa; berjumlah 70-150, panjang 2,5 cm (termasuk stigma), lebar 0,7 cm, berbentuk seperti setengah lingkaran, cembung, memiliki 5-6 sudut, stigma berbentuk kerucut, membelah dan mengembang pada


(51)

Spesimen : DR 015, 16-18 Maret 2013 (MEDA-USU) Distribusi : Terdapat di kawasan Malaya Peninsula

Habitat : Ditemuka n di kawasan rawa pesisir dan rawa pedalaman dengan ketinggian 4-11 mdpl.

4.9.3 Pandanus militaris

Habitat; rawa pesisir-rawa pedalaman. Habit; berperawakan sedang, tinggi total 130-200 cm. Proproots; tidak Ada. Batang; tinggi 92-100 cm, diameter sampai 9 cm, tegak, ramping, permukaan/ kulit seperti beruas, bewarna merah kehitaman.

Daun; tipis, bentuk bangun pita, ujungruncing, bagian basal tidak mengeras, tepi berduri halus, kecil, rapat, ukuran duri 0,2 cm, jarak antar duri 0,1 cm, berwarna merah kecoklatan (gelap), permukaan atas licin berwarna hijau muda, permukaan bawah daun licin, tidak memiliki recurved spines, berwarna hijau kekuningan, rerata panjang 55-116 cm, rerata lebar 2-3 cm. Infrutescence; terminal, panjang tangkai 28-35 cm, berwarna hijau, permukaan memperlihatkan bekas-bekas daun. Cephalium; bentuk lonjong-memanjang, panjang 10-15 cm, lebar 6,5-8 cm,

berwarna hijau muda (buah muda), kuning (buah tua). Drupa; terdiri dari 300-500, stigma berbentuk kerucut, runcing, berwarna merah kecoklatan.

Spesimen : DR 016; 17, 20, 21 Maret 2013 (MEDA-USU) Distribusi : -

Habitat : Ditemukan di kawasan rawa pesisir dan rawa pedalaman dengan ketinggian 6, 15 mdpl.

4.9.4 Pandanus odoratissimus Habitat; pantai. Habit; berperawakan besar, tumbuh tegak, memiliki percabangan seperti tempat lilin, tinggi total 400-800 cm. Proproots; tampak jelas, berasal dari pangkal batang, tebal, panjang 89 cm dari permukaan tanah, permukaan memiliki bintil (lentisel), berwarna abu-abu kecoklatan. Batang; tinggi 220-600 cm, diameter 12-25 cm, permukaan berduri, berwarna abu-abu kecoklatan. Daun; kaku, berdaging, berlilin, bentuk bangun lidah, spiral tersusun dalam tiga baris


(52)

dalam karangan rapat di ujung percabangan, ujung meruncing, panjang seperti flagella, dasar membulat, tepi berduri kaku dan sangat tajam, ukuran duri 0,7 cm, jarak antar duri 0,3 cm, berwarna putih kekuningan (terang), permukaan atas licin berwarna hijau mengkilat, permukaan bawah hijau muda, recurved spines terlihat jelas mengarah ke dalam, berwarna putih kekuningan (terang), rerata panjang 180-200 cm, rerata lebar 3-4 cm. Infrutescence; terminal, tunggal, bentuk gada seperti buah nenas, panjang tangkai 11 cm, berwarna hijau. Buah;terbentuk dari gabungan beberapa karpel berupa buah majemuk dua tingkat (cephalium). Cephalium; bentuk bulat telur, keras, berat mencapai 3 kg, panjang 18-22 cm, diameter 10-12 cm, berwarna hijau (buah muda), oranye kemerahan (buah tua), tersusun atas 38-200 buah majemuk tingkat satu (phalange) dimana satu tingkatan dengan tingkatan lainnya dipisahkan oleh relung. Phalange; bulat lonjong hingga bulat telur, menyempit pada bagian bawah, bagian atas berwarna hijau hingga oranye, bagian bawah berwarna kuning hingga oranye kemerahan, panjang 4,5-11 cm, lebar 1,5-6,5 cm, terdiri dari 4-15 buah tunggal (drupa) yang tersusun kompak, rapat. Drupa; bentuk, warna sama dengan phalange, kepala putik pendek, berwarna coklat hingga coklat kehitaman, menghadap ke dalam, pericarp berwarna hijau muda dan keras, mesocarp berwarna putih kecoklatan, berserat, endocarp berwarna merah kecoklatan. Biji berwarna putih kecoklatan.

Spesimen : DR 017, 16, 19 Maret 2013 (MEDA-USU) Distribusi : -

Habitat : Teresterial ditemuka n di pantai dengan ketinggian 3 mdpl.

4.9.5 Pandanus tectorius

Habitat; pantai. Habit; berperawakan besar, tinggi total 500-600 cm, seringkali memiliki batang yang banyak, bercabang dengan bentuk kanopi menyebar. Proproots;banyak, tebal, bercabang, diameter 15 cm, seringkali penuh bintil yang tajam, berwarna coklat keabu-abuan. Batang; tinggi 200-250 cm, diameter 15,5 cm, permukaan kulit memiliki bintil (lentisel), berwarna abu-abu kecoklatan.


(53)

Daun; tersusun spiral dalam tiga baris berkumpul di pucuk cabang; kaku, bentuk bangun lidah, ujung meruncing, bagian basal mengeras, duri bagian tepi berwarna hijau kekuningan, ukuran duri 0,7 cm, jarak antar duri 0,3 cm, permukaan atas berwarna hijau mengkilat, licin, permukaan bawah berwarna hijau muda, memiliki recurved spines yang mengarah ke dalam, rerata panjang 170-300 cm, lebar 3-4 cm. Infrutescence; terminal, tunggal. Buah; berbentuk bulat telur, lonjong, panjang 17-24 cm, diameter 9-13 cm, berwarna hijau (buah muda), oranye kekuningan (buah tua), tersusun atas 60-300 phalange. Phalange; bulat telur, menyempit pada bagian bawah, bagian atas berwarna hijau hingga oranye, bagian bawah berwarna kuning hingga oranye kekuningan, panjang 4-10 cm, lebar 1,5-6 cm, terdiri dari 7-14 buah tunggal (drupa) yang tersusun kompak, rapat. Drupa; bentuk, warna sama dengan phalange, kepala putik pendek, berwarna coklat kehitaman, menghadap ke dalam.

Spesimen : DR 018, 21 Maret 2013 (MEDA-USU)

Distribusi : Tumbuh secara alami di kawasan pesisir dan kawasan hutan pesisir di Asia Tenggara termasuk Indonesia dan Philipina, hingga di kawasan Papua (termasuk Papua New Guinea) dan Australia Utara.

Habitat : Teresterial ditemuka n di daerah pantai dengan ketinggian 4 mdpl.

4.10 Struktur Sel Epidermis dan Stomata 4.10.1 Pandanus atrocarpus

Secara keseluruhan sel epidermis adaxial merupakan jaringan yang seragam. Susunan sel epidermis beraturan, tersusun dari sel yang rapat satu sama lain. Bentuk sel epidermis persegi panjang. Dinding sel epidermis berlekuk. Stomata berbentuk ginjal, panjang stomata antara 11,12-15,68 µm, lebar antara 9,18-12,75 µm. Pada bagian abaxial, bentuk sel epidermis tidak beraturan, sel persegi panjang; dinding sel epidermis berlekuk; panjang stomata 7,45-14,51 µm, lebar 8,68-14,04 µm. Stomata ini teramati dalam posisi terbuka dan terlihat porus atau celah yang terbuka.


(54)

4.10.2 Pandanus labyrinthicus

Pada bagian adaxial, susunan sel epidermis beraturan, bentuk persegi panjang, dinding sel lurus. Panjang stomata 9,81-15,71 µm, lebar 4,14-17,76 µm. Pada bagian abaxial, susunan sel epidermis tidak beraturan, bentuk sel epidermis memanjang segi 4-5 dan pendek; dinding sel epidermis lurus; panjang stomata 9,26-14,53 µm, lebar 3,75-14,85 µ m. Stomata ini teramati dalam posisi terbuka dan terlihat porus atau celah yang terbuka dan terlihat adanya papilla pada sel penutup.

4.10.3Pandanus militaris

Pada bagian adaxial, bentuk sel epidermis persegi panjang dan pendek, susunan sel tidak beraturan, dinding sel epidermis berlekuk. Panjang stomata 10,43-14,31 µ m, lebar 11,8-14,78 µm. Pada bagian abaxial, bentuk sel epidermis tidak beraturan, sel memanjang segi 4-5 dan pendek; dinding sel epidermis lurus; panjang 9,28-15,37 µm, lebar 9,17-11,89 µm, penyebaran stomata tidak beraturan. Stomata ini teramati dalam posisi tertutup, tidak terlihat porus atau celah yang terbuka dan terlihat adanya papilla pada sel penutup.

4.10.4 Pandanus odoratissimus Pada bagian adaxial, susunan sel epidermis seragam, bentuk persegi panjang,

dinding sel epidermis lurus. Panjang stomata 8,31-11,57 µm, lebar antara 2,92-5,03 µm. Pada bagian abaxial, bentuk sel epidermis tidak seragam ada yang

memanjang segi 4-5 dan pendek. Susunan epidermis tersusun tidak beraturan. Dinding sel epidermis lurus. Panjang stomata 7,68-10,68 µm, lebar 2,59-4,3 µm. Stomata ini teramati dalam posisi terbuka dan terlihat porus atau celah yang terbuka serta terdapat papilla pada sel penutup. Arah membuka stomata sejajar terhadap sel tetangga.


(55)

4.10.5 Pandanus tectorius

Pada bagian adaxial, bentuk sel epidermis tidak beraturan, bentuk sel epidermis persegi panjang; dinding sel epidermis berlekuk; panjang stomata 7,38-9,53 µm, lebar 1,17-4,42 µm. Pada bagian abaxial, susunan epidermis tidak beraturan, bentuk sel epidermis memanjang segi 4-5. Dinding sel epidermis berlekuk. Panjang stomata 7,56-9,21 µm, lebar 2,62-6,05 µ m, penyebaran stomata tidak beraturan. Stomata ini teramati dalam posisi terbuka dan terlihat porus atau celah yang terbuka serta terdapat papilla pada sel penutup.


(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

a. Ditemukan keanekaragaman jenis Pandanus di kawasan rawa Aceh Singkil sebanyak 5 jenis yaitu Pandanus atrocarpus, Pandanus labyrinthicus, Pandanus militaris, Pandanus odoratissimus dan Pandanus tectorius.

b. Kemiripan morfologi dan anatomi dari jenis Pandanus yang ditemukan di kawasan rawa Aceh Singkil yang berdasarkan penggunaan 19 karakter pembeda morfologi dan anatomi dibagi kedalam dua kelompok besar yaitu

kelompok I dengan kisaran kemiripan sebesar 55%-84% terdiri dari jenis P. atrocarpus, P. odoratissimus dan P. tectorius serta kelompok II dengan

kisaran kemiripan 73-84 % terdiri dari jenis P. labyrinthicus dan P. militaris. c. Berdasarkan peta persebaran dapat diketahui habitat dari setiap jenis

Pandanus meliputi daratan relatif basah berupa rawa pesisir dengan jenis P. atrocarpus; daratan relatif kering berupa pantai dengan jenis P. odoratissimus danP. tectorius serta pada rawa pesisir dan rawa pedalaman

ditemukan jenis P. labyrinthicus dan P. militaris. 1.2 Saran

Rawa Singkil, selain terdapat di kabupaten Aceh Singkil juga terdapat pada kota Subulussalam dan kabupaten Aceh Selatan. Diharapkan adanya penelitian lanjutan khususnya mengenai keanekaragaman jenis Pandanus pada lokasi tersebut sehingga dapat diketahui keanekaragaman jenis Pandanus secara keseluruhan di


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Ariantiningsih F 2007. Rencana Kerja “Melindungi Hutan Rawa Singkil untuk Masa Depan Anak Cucu Kita”. Yayasan Ekosistem Lestari. Medan. Sumatera Utara.

Badan Pusat Statistik Aceh Singkil 2012. Aceh Singkil dalam Angka 2012. Kerjasama Badan Pusat Statistik dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Aceh Singkil.

BLH Aceh Singkil 2005. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Aceh (RPJP Aceh) Tahun 2005-2025 Provinsi Aceh. Aceh Singkil.

_______________ 2011. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Singkil. Aceh Singkil.

Conservation International Indonesia 2007. Priority sites for conservation in Sumatra: key biodiversity areas. Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Universitas Andalas. Universitas Syiah Kuala & Wildlife Conservation Society. Jakarta. Indonesia.

Dirjen PHKA 2004. Peraturan Perundang-undangan Bidang Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Fahn A 1991. Anatomi tumbuhan. Edisi ke-3. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Franco C 1939. Relation between chromosome number and stomata in Coffea. Bot. Gaz. 100: 817-827.

Henderson MR 1954. Malayan Wild Flowers (Monocotyledons). Published by Malayan Nature Society. Kuala Lumpur.

Heyne K 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid I. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Bogor.

Keim AP 2007. 300 tahun Linnaeus: Pandanaceae, Linnaeus dan Koneksi Swedia.Memperingati 300 tahun Carolus Linnaeus. Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Bogor. 24 Mei 2007.

Kimball J 2006. Gas Exchange in Plants. www.Jkimball.ultranet.


(58)

Leuser Development Programe 1995. Rawa Singkil: Mutiara di Ekosistem Leuser. Yayasan Leuser Internasional.

Lemmens RHMJ and N Buyan Praphatsara 2003. Plant Resources Of South-East Asia No. 12 (3) mefdicinal and Poisonous Plants 3. Prosea Foundation. Bogor. Indonesia.

Metcalfe CR 1960. Anatomy of Monocotyledons I Graminae. Clarendon Press. Oxford.

Norwegia 1994. Keanekaragaman Hayati Indonesia. Jakarta: Penerbit Kantor Menteri Lingkungan dan Konservasi Nasional Untuk Pelestarian Hutan dan Alam Indonesia. Hal: 42.

Pandey BP 1982. Palnt Anatomy. S Chand and Company. New Delhi

Pasaribu N 2010. Freycinetia (Pandanaceae) of Sumatera [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Pitney Bowes Business Insight 2009. MapInfo Profesional 10. Pitney Bowes Software Inc. New York.

Purwanto Y dan E Munawaroh 2010. Etnobotani Jenis-Jenis Pandanaceae Sebagai Bahan Pangan Di Indonesia. Berk. Penel. Hayati Edisi Khusus: 5A (97-108). Pusat Penelitian Biologi LIPI dan PKT Kebun Raya Bogor. LIPI

Rohlf F 2002. NTSYS (Numerical Taxonomy and Multivariate Analysis System). Version 2.11a. Exeter Software New York. New York.

Rompas Y. Henny L Rampe. Marhaenus J Rumondor 2011. Struktur Sel Epidermis dan Stomata Daun Beberapa Tumbuhan Suku Orchidaceae. Universitas Sam Ratulangi. Vol. I No.1. Manado.

Rumphius GE 1743. Herbarium Amboinense. Vol. 4. Franciscus Changulon. Amsterdam.

Sahwalita 2007. Inventarisasi Jenis-Jenis Pandan Hutan di Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara. Balai Penelitian Kehutanan Palembang. Vol. IV No. 6: 533-538. Palembang.

Salisbury EJ 1927. On the causes and ecological significance of stomatal frequency with especial reference to the woodland flora. Phil. Trans. R. Soc. 216:1-65


(59)

Stone BC 1966. Pandanus Stickm in the Malayan Peninsula, Singapore and lower Thailand Part 2. Nat. J. 19 (5): 291-301. Malay.

Stone BC 1970. Malayan climbing pandans to the genus Freycinetia in Malaya. Nat. J. 23: 64-91. Malay.

_______ 1975. The Pandanaceae of the New Hebrides, with an essay on intraspecific variation in Pandanus tectorius. Kew Bull. 31 (1): 47-70.

_______ 1976. The morphology and systematics of Pandanus today (Pandanaceae). Gard. Bull. Singapore 29: 137-142.

_______ 1982. New Guinea Pandanaceae. First approach to ecology and biogeography. Di dalam: Gressit JL, editor. Biogeography and Ecology of New Guinea. Volume 1. Monographiae Biologicae 42. The Hague: Dr.W. Junk Publ.

St. John H 1960. Revision of the Genus Pandanus Stickman. Part 1. Key to the Sections. Reprinted from Pacific Science.

Sutrian Y 1992. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan. Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta

Wahyuningsih I. Elimasni. R Sinaga 2006. Buku ajar “Inovasi Pembelajaran Melalui E-Learning Untuk Meningkatkan Belajar Mahasiswa Pada Matakuliah Fisiologi Tumbuhan”. Hibah Kompetisi Konten Matakuliah E-Learning. Departemen Biologi. FMIPA. Universitas Sumatera Utara.

Wallis TE 1965. Analytical Mycroscopy. Boston. Little Brown and Company.

Wardah dan FM Setyowati 2009. Ethnobotanical study of the Genus Pandanus L.f. in certain areas in Java, Indonesia. Biodiversitas. Vol. X No. 3: 146-150. Pusat Penelitian Biologi LIPI. Cibinong-Bogor.

Willmer CM 1983. Stomata. Longman Inc. London-New York.

Woelaningsih S 2001. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan II. Fakultas Biologi UGM. Yogyakarta

Yuliana S dan K Lekitoo 2005. Eksplorasi Genus Pandanus (Famili Pandanaceae) Di Pulau GAG Kabupaten Raja Empat. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Papua dan Maluku. Departemen Kehutanan. Manokwari.


(60)

(1)

3.

Pandanus militaris

(A) Perawakan sedang; (B) Daun; (C)

Cephalium

4.

Pandanus odoratissimus


(2)

5.

Pandanus tectorius

(A) Perawakan besar (1) Batang, (2) Daun; (B)

Proproots

; (C)

Cephalium


(3)

Lampiran D. Gambar Anatomi Jenis-Jenis dari Marga

Pandanus

1.

Pandanus atrocarpus

(A)

Adaxial, (B) Abaxial, (1) Porus, (2) Sel penutup, (3) Sel Penjaga, (4) Sel epidermis

(Perbesaran 100x)

2.

Pandanus labyrinthicus

(A)

Adaxial, (B) Abaxial, (1) Porus, (2) Sel penutup, (3) Sel penjaga, (4) Sel epidermis,

(5) Papilla (Perbesaran 100x)

3.

Pandanus militaris


(4)

4.

Pandanus odoratissimus

A) Adaxial, (B) Abaxial, (1) Porus, (2) Sel penutup, (3) Sel penjaga, (4) Sel epidermis,

(5) Papilla (Perbesaran 100x)

5.

Pandanus tectorius

(A) Adaxial, (B) Abaxial, (1) Porus, (2) Sel penutup, (3) Sel penjaga, (4) Sel epidermis,


(5)

Lampiran E. Matrik Data Karakter Morfologi dan Anatomi

Pandanus

di Kawasan Rawa Aceh Singkil

NO

JENIS

KARAKTER

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

1

P. atrocarpus

0 1 0 0 1 1 1 0 1

0

1

0

0

0

0

0

0

0

1

2

P. labyrinthicus

1 0 0 1 0 1 0 1 1

0

1

1

1

1

1

0

0

1

1

3

P. militaris

1 0 0 1 0 0 0 1 1

0

0

0

1

0

1

0

0

1

0

4

P. odoratissimus

0 1 1 0 0 1 1 0 0

1

1

0

1

0

1

1

0

1

0


(6)

Lampiran F. Titik Ordinat Keberadaan Marga Pandanus di Kawasan Rawa Aceh Singkil

No Spesies Lokasi Altitude

(mdpl) Latitude Longitude

1 P. atrocarpus

Ujung pasir perbatasan

29 02°39'42,2" 097°66'89,8"

Ujung pasir perbatasan

16 02°39'42,7" 097°66'90,3"

2 P. labyrinthicus

Suak merah 9 02°37'51,2" 097°68'66,9"

Kuala cangkul 5 02°38'05,4" 097°68'10,2"

Ujung pasir pesisir 6 02°39'32,7" 097°66'81,3"

Ujung pasir perbatasan

15 02°39'53,7" 097°67'32,1"

Camp. Prengek 10 02°40'01,6" 097°68'90,9"

I Tarik 10 02°40'11,1" 097°69'34,7"

Simpang suak bugak 6 02°41'15,6" 097°68'94,0"

Padang Malaka 3 02°38'02,2" 097°70'05,5"

Lae Trap 6 02°35'36,1" 097°78'74,8"

Ujung pasir pesisir 16 02°39'34,6" 097°66'81,0"

Ujung pasir perbatasan

16 02°39'42,7" 097°66'90,3"

Ujung pasir pesisir 14 02°39'37,8" 097°66'83,0"

Ujung pasir pesisir 12 02°37'58,3" 097°68'58,2"

Ujung pasir pesisir 15 02°36'43,1" 097°69'74,4"

3 P. militaris

Ujung pasir pesisir 6 02°39'23,3" 097°67'10,7"

Alue bubu 2 02°41'05,5" 097°69'06,4"

Padang Malaka 3 02°38'21,3" 097°81'31,4"

Ujung pasir perbatasan

15 02°39'44,5" 097°66'91,4"

4 P. odoratissimus

Suak merah 11 02°36'93,0" 097°69'04,5"

Pasar Tengah 3 02°34'75,8" 097°70'96,6"

Kuala baru 21 02°34'16,6" 097°71'48,9"

Kuala baru 19 02°34'14,0" 097°71'48,1"

Kuala baru 18 02°34'13,1" 097°71'51,9"

Pasar Tengah 16 02°34'76,9" 097°70'92,6"

5 P. tectorius

Kuala baru 15 02°34'12,3" 097°71'35,7"

Kuala baru 15 02°34'10,9" 097°71'41,0"

Kuala baru 18 02°34'04,7" 097°71'44,8"

Pantai Tulak bala 24 02°33'96,5" 097°71'49,6"

Pantai Tulak bala 21 02°33'92,1" 097°71'52,9"

Pantai Tulak bala 4 02°34'22,4" 097°71'34,7"