Tabel 19. Struktur Ekspor Provinsi Jambi Berdasarkan Sistem Neraca Sosial Ekonomi Jambi Tahun 2005
No. Sektor
Ekspor Rp Persentas
1. Pertanian, Perkebunan dan Perikanan
1 115 217.96 8.61
− Padi 0.00
− Tanaman Pangan Lainnya 90 424.73
0.70 − Perkebunan
1 009 518.68 7.79
− Peternakan 734.38
0.01 − Perikanan
14 540.17 0.11
2. Kehutanan
149 364.41 1.15
− Kayu HTI 149 364.41
1.15 − Kayu Rimba
0.00 − Hasil Hutan Lainnya
0.00 − Jasa Lingkungan
0.00
3. Pertambangan
3 049 779.52 23.52
4. Industri Kehutanan
7 792 759.47 60.11
− Industri Penggergajian Pengolahan Kayu 1 891 734.05
14.59 − Industri Kayu Lapis dan Sejenisnya
2 038 653.49 15.72
− Industri Kayu Lainnya 1 086 392.02
8.38 − Industri Pulp
2 710 231.74 20.90
− Industri Kertas 65 748.17
0.51
5. Industri Lainnya
573 426.68 4.42
6. Listrik dan Air Minum
0.00 0.00
7. Bangunan
0.00 0.00
8. Perdagangan, Hotel dan Restoran
58 508.06 0.45
9. Angkutan dan Komunikasi
187 671.62 1.45
− Angkutan Jalan Raya 145 140.50
1.12 − Angkutan Air
19 109.30 0.15
− Angkutan Lainnya dan Komunikasi 23 421.82
0.18
10. Bank, Lem Keu Non Bank dan U Bangunan 19 060.69
0.15 11. Jasa Perusahaan
0.00 0.00
12. Jasa-Jasa Lainnya 18 788.02
0.14
Total
12 964 576.41 100.00
Jika struktur pendapatan regional tersebut dilihat berdasarkan komposisi ekspor, tampak jelas bahwa seluruh sektor industri kehutanan mendominasi
struktur pendapatan regional provinsi Jambi dengan kontribusinya sekitar 60.11 persen . Dimana yang paling besar andilnya di dalam menciptakan penerimaan
ekspor regional adalah industri pulp yaitu sebesar 20.90 persen , sedangkan di luar industri sektor ekspor yang menjadi tumpuan juga dalam perekonomian wilayah
Jambi adalah sektor pertambangan yang mempunyai kontribusi terhadap penciptaan ekspor regional sebesar 23.52 persen . Adapun untuk sektor pertanian,
perkebunan dan perikanan kontribusinya berkisar 0 persen sampai 8.61 persen . Struktur ekspor yang ditopang oleh sedikit sektor ekonomi yang dominan
dapat menyebabkan pondasi perekonomian wilayah menjadi goyah dan rentan terhadap perubahan-perubahan drastis dari sektor yang dominan tersebut. Terlebih
lagi jika perkembangan harga untuk sektor yang dominan sangat berfluktuasi, contohnya untuk komoditi pertambangan. Akibatnya produsen menjadi sangat
hati-hati untuk meningkatkan produksi ekspornya. Hal ini berbeda dengan kayu lapis, di pasar dunia kayu lapis Indonesia
dihargai lebih murah dibandingkan negara-negara lain, hal ini disebabkan beberapa negara mengganggap kayu lapis yang diproduksi Indonesia belum
memperhatikan aspek lingkungan. Contoh ini perlu menjadi perhatian pemerintah daerah provinsi Jambi agar sesegera mungkin mengubah struktur ekspornya tidak
lagi bertumpu hanya pada sektor kehutanan dan pertambangan saja. Diversifikasi ekspor perlu diupayakan lebih banyak terutama pada komoditi yang lebih stabil
harganya seperti pada industri meubel, industri pertanian dan perkebunan serta industri jasa pariwisata.
Tabel 20. Struktur Impor Berdasarkan Sistem Neraca Sosial Ekonomi Jambi Tahun 2005
No. Sektor
Impor Rp juta
Persentas e
1. Pertanian, Perkebunan dan Perikanan
293 076.33 4.81
− Padi 42 468.66
0.70 − Tanaman Pangan Lainnya
23 272.70 0.38
− Perkebunan 190 818.92
3.13 − Peternakan
3 330.54 0.05
− Perikanan 33 185.53
0.54
2. Kehutanan