Asumsi Analisis METODE PENELITIAN

perluasan industri MDF 5 atau disebut pembangunan ekonomi wilayah berbasis kehutanan dengan nilai investasi Rp.22.021 triliun. 7. Kombinasi kebijakan perluasan industri kertas fotocopy 3 dan perluasan industri kertas tisu 4 atau disebut pembangunan industri kertas dan ikutannya dengan nilai investasi Rp 2.417 triliun. 8. Kombinasi kebijakan antara perluasan HTI 1, perluasan industri pulp 2, dan perluasan industri MDF 5 pembangunan sektor produksi bahan baku berbasis kehutanan dengan nilai investasi Rp 17.858 triliun. 9. Kombinasi kebijakan antara perluasan HTI 1, perluasan industri pulp 2, perluasan industri kertas tulis cetak 3, dan perluasan industri kertas tisu 4 atau disebut pembangunan kehutanan berbasis industri kertas dengan nilai investasi Rp 20.626 triliun. 10. Kombinasi kebijakan perluasan HTI 1 dan perluasan industri MDF 5 atau disebut pembangunan kehutanan berbasis industri MDF dengan nilai investasi Rp 4.667 triliun.

5.7. Asumsi Analisis

Asumsi analisis ditujukan agar model SNSE dapat menggambarkan dan meramalkan kinerja perekonomian provinsi Jambi secara valid. Klasifikasi sektor dalam SNSE dirancang sebagaimana klasifikasi sektor ekonomi dalam. Adapun beberapa asumsi yang dipergunakan adalah sebagai berikut : 1. Keseragaman homogenity, yang mensyaratkan bahwa tiap sektor memproduksi suatu output tunggal dengan struktur input tunggal dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input dari output sektor yang berbeda-beda. 2. Kesebandingan proportionality, yang menyatakan hubungan antara input dan output di dalam tiap sektor merupakan fungsi linier yaitu jumlah tiap jenis input yang diserap oleh sektor tertentu naik atau turun sebanding dengan kenaikan atau penurunan output sekot-sektor tersebut. 3. Penjumlahan additivity yaitu bahwa efek total dari kegiatan produksi diberbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek masing-masing kegiatan. 4. Ekses kapasitas atau kapasitas sumberdaya berlebih, artinya sisi penawaran selalu dapat merespon perubahan sisi permintaan sehingga interaksi permintaan dan penawaran tidak pernah menimbulkan kesenjangan antara keduanya. Konsekuensinya, harga-harga tidak pernah berubah atau harga tetap fixed price dan bersifat eksogen tidak muncul dalam persamaan SNSE.

VI. STRUKTUR PEREKONOMIAN BERDASARKAN KAJIAN NERACA SOSIAL EKONOMI

6.1. Struktur Perekonomian Struktur perekonomian provinsi Jambi jika diperhatikan berdasarkan komposisi nilai tambah SNSE terlihat cukup berimbang. Sebagaimana disajikan pada Tabel 17 kontribusi sektor pertanian, pertambangan, industri dan jasa terhadap perekonomian wilayah menyebar cukup merata antara 13.69 persen hingga 20.62 persen. Dimana andil terbesar sektor pertanian terhadap penciptaan nilai tambah provinsi Jambi didapat dari sektor perkebunan yakni sebesar 9.44 persen , sedangkan dari sektor industri, kontribusinya yang paling tinggi diberikan oleh industri pulp sebesar 6.27 persen , sementara dari sektor jasa yang terbesar adalah sektor angkutan jalan raya yaitu sebesar 13.69 persen . Kondisi struktur ekonomi yang menyebar cukup merata menyebabkan secara sektoral perekonomian Jambi tidak banyak mengalami kesenjangan. Hal ini menandakan pondasi perekonomian yang terbangun cukup kokoh yang ditopang oleh beberapa sektor andalan Jambi yaitu perkebunan, industri pulp, sektor angkutan jalan raya, pertambangan dan jasa. Selain berhasil menjaga keseimbangan struktur ekonominya provinsi Jambi juga berhasil melampaui wilayah non industri menjadi wilayah menuju industri. Sebagai indikatornya dapat diperhatikan dari besaran proporsi sektor industri dalam perekonomian wilayah yang mencapai 16.51 persen yang melebihi batasan tertinggi dari wilayah non industri sebesar 10 persen . Ada empat sektor industri yang paling berperan terhadap perkembangan industri regional provinsi Jambi selama ini, yaitu industri penggergajian dan