Distribusi Pendapatan Rumahtangga dan Institusi Lainnya

antara tenaga kerja dan modal menjadi 2.05, hal ini menunjukkan bahwa pertambahan pendapatan tenaga kerja HTI relatif lebih tinggi dari tambahan pendapatan yang didapat oleh faktor produksi modal, demikian pula halnya dengan kebijakan lain juga menurunkan kesenjangan pendapatan tenaga kerja terhadap pendapatan faktor produksi modal walau tidak sebesar kebijakan HTI, kecuali kebijakan investasi untuk pembangunan industri kertas tulis cetak Simulasi 3, kertas tisu Simulasi 4, MDF Simulasi 5 dan industri kertas dan ikutannya Simulasi 7 yang ternyata meningkatkan kesenjangan pendapatan tenaga kerja terhadap pendapatan modal. Dalam hal ini keempat kebijakan tersebut ternyata tenaga kerjanya memperoleh tambahan pendapatan yang relatif lebih kecil dari yang didapatkan modal. Fakta tersebut menegaskan bahwa kebijakan pembangunan kehutanan baik hulu maupun hilir simulasi 6 secara terintegrasi serta pembangunan HTI simulasi 1, industri pulp simulasi 2, industri kehutanan berbasis kertas simulasi 9, industri kehutanan berbasis industri MDF simulasi 10, industri berbasis bahan baku simulasi 8 akan memberikan kenaikan pendapatan kepada tenagakerja dengan persentase kenaikan lebih besar dari yang didapat oleh faktor produksi modal atau dengan kata lain akan memperbaiki distribusi pendapatan antara pekerja dan pemodal.

7.2. Distribusi Pendapatan Rumahtangga dan Institusi Lainnya

Sesuai dalam struktur SNSE provinsi Jambi tahun 2005 yang digunakan dalam penelitian ini, terdapat 19 institusi yang menjadi bahan kajian dalam analisis kebijakan pembangunan kehutanan dalam studi ini, 16 diantaranya adalah merupakan institusi rumahtangga sedangkan sisanya adalah institusi lainnya di luar rumahtangga yakni perusahaan pengolahan hasil hutan, perusahaan lainnya dan pemerintah. Rumahtangga terdiri dari dua kelompok besar yakni rumahtangga desa dan rumahtangga kota. Masing-masing dipecah lagi menjadi empat kelompok yakni 1 rumahtangga kehutanan, 2 rumahtangga industri kehutanan, 3 rumahtangga pertanian non kehutanan, dan 4 rumahtangga lainnya. Dan masing-masing kelompok kemudian dibagi lagi menurut status buruh atau pengusaha. Jika fokus pembahasan diarahkan kepada kelompok rumahtangga menurut sektor, pada Tabel 33 dapat dilihat bahwa kebijakan tunggal pembangunan kehutanan yang mampu meningkatkan pendapatan rumahtangga paling tinggi pada seluruh rumahtangga adalah kebijakan peningkatan produksi pulp Simulasi 2. Dimana rumahtangga yang paling tinggi persentase kenaikan pendapatannya adalah rumahtangga kehutanan RT6, RT14, RT7 dan RT15. Secara merata pendapatan rumahtangga kehutanan diperkirakan akan meningkat rata-rata sebesar 73.09 persen dari pendapatan base, ketika terjadi injeksi di neraca eksogen industri pulp berupa investasi industri pulp simulasi 2. Rumahtangga kehutanan yang paling tinggi peningkatan pendapatannya adalah rumahtangga buruh kehutanan yang tinggal di perdesaan RT6, yakni sebesar 87.82 persen dari nilai base sebesar Rp. 62 726 10 juta dan rumahtangga pengusaha sektor kehutanan di desa sebesar 71.17 persen. Kebijakan pembangunan atau perluasan industri pulp tersebut Simulasi 2 ternyata juga dapat mendorong kenaikan pendapatan rumahtangga pertanian di luar sektor kehutanan RT8, RT16, RT9 dan RT17 lebih besar dengan rata-rata pertambahan sekitar 72.09 persen dari nilai base. Dimana sekali lagi terlihat perubahan yang lebih besar tampak pada rumahtangga yang tinggal di perdesaan baik itu yang berstatus buruh maupun pengusaha, kondisi seperti ini juga terlihat pada kelompok rumahtangga lainnya. Dari Tabel 33 juga dapat dilihat bahwa investasi pembangunan kehutanan kecuali pembangunan MDF Simulasi 5 memberikan dampak pertambahan pendapatan yang lebih besar kepada rumahtangga desa dibanding kelompok rumahtangga kota. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan kehutanan cocok dijadikan salah satu pilihan program untuk meningkatkan pendapatan masyarakat desa. Sebaliknya kebijakan pembangunan industri MDF Simulasi 5 ternyata memberikan tambahan pendapatan kepada kelompok rumahtangga buruh desa lebih kecil dari kelompok rumahtangga buruh kehutanan kota. Hal ini terjadi antara lain karena industri yang sudah ada secara geografis berada dekat dengan kota, sehingga sebagian besar rumahtangga yang terkait langsung maupun tidak langsung berada di kota, disamping secara rata-rata industri memerlukan pekerja yang mempunyai ketrampilan dan pendidikan yang lebih tinggi dari yang diperlukan HTI dan pada umumnya berada dan tinggal di kota. Kebijakan lain dimana investasi industri atau investasi kombinasi HTI dan industri tetapi industrinya dominan Simulasi 2, 3, 4 , 6, 7, 8 dan 9, memiliki persentase pertambahan pendapatan rumahtangga buruh industri kehutanan di desa lebih rendah dari persentase pertambahan pendapatan rumahtangga buruh industri kehutanan di kota, sedangkan persentase pertambahan pendapatan pengusaha industri kehutanan di desa lebih tinggi dari persentase pertambahan pendapatan pengusaha industri kehutanan di kota. Tabel 33. Dampak Pembangunan Ekonomi Berbasis Kehutanan Terhadap Total Pendapatan Institusi di Provinsi Jambi Kelompok Rumahtangga BASE SIM 1 SIM 2 SIM 3 SIM 4 SIM 5 SIM 6 SIM 7 SIM 8 SIM 9 SIM 10 Kehutanan Buruh Desa RT6 62 726.10 33.96 87.82 20.85 5.43 3.88 151.94 26.28 125.66 148.06 37.83 Kota RT14 70 258.60 20.60 64.00 16.67 4.34 4.02 109.62 21.00 88.61 105.60 24.62 Pengusaha Desa RT7 31 868.14 18.04 71.17 19.25 5.01 5.26 118.72 24.26 94.47 113.47 23.30 Kota RT15 23 205.31 18.08 69.36 18.61 4.84 4.97 115.87 23.45 92.42 110.90 23.05 Industri Kehutanan Buruh Desa RT10 933 103.23 19.60 59.16 15.60 4.06 4.00 102.41 19.65 82.75 98.41 23.60 Kota RT18 695 388.39 25.01 70.36 17.76 4.62 3.73 121.48 22.39 99.09 117.76 28.74 Pengusaha Desa RT11 1 486 630.54 16.96 67.17 18.15 4.72 4.96 111.97 22.88 89.10 107.01 21.93 Kota RT19 1 555 933.98 15.79 63.75 17.42 4.53 4.97 106.45 21.95 84.50 101.49 20.75 Pertanian Selain Kehutanan Buruh Desa RT8 2 611 031.75 29.69 82.58 20.43 5.31 4.46 142.47 25.74 116.73 138.01 34.15 Kota RT16 312 546.38 24.49 74.53 19.07 4.96 3.94 127.00 24.04 102.96 123.06 28.43 Pengusaha Desa RT9 1 681 608.35 15.70 67.68 18.62 4.84 5.48 112.31 23.46 88.85 106.84 21.18 Kota RT17 180 183.47 15.86 63.57 17.27 4.49 4.89 106.08 21.76 84.32 101.19 20.74 Rumahtang ga Lainnya Buruh Desa RT12 1 240 624.70 19.56 62.44 16.39 4.26 4.06 106.71 20.65 86.06 102.64 23.62 Kota RT20 1 328 990.62 20.06 63.10 16.48 4.29 3.86 107.79 20.76 87.02 103.92 23.92 Pengusaha Desa RT13 2 512 307.72 15.81 68.76 18.90 4.92 5.49 113.88 23.82 90.06 108.39 21.30 Kota RT21 2 790 303.19 15.47 63.93 17.57 4.57 5.12 106.66 22.14 84.52 101.54 20.59 Perusahaan Pengolahan hasil Hutan INS22 2 182 498.73 9.64 45.02 12.52 3.26 3.77 74.21 15.78 58.43 70.44 13.41 Perusahaan Lainnya INS23 4 087 692.79 8.78 41.01 11.40 2.97 3.43 67.59 14.37 53.22 64.16 12.21 Pemerintah INS24 10 771 172.28 2.26 10.45 2.90 0.75 0.87 17.24 3.66 13.58 16.37 3.13 203 Tabel 34. Dampak Pembangunan Ekonomi Berbasis Kehutanan Persatuan Investasi Terhadap Total Pendapatan Institusi di Provinsi Jambi Kelompok Rumahtangga SIM 1 SIM 2 SIM 3 SIM 4 SIM 5 SIM 6 SIM 7 SIM 8 SIM 9 SIM 10 Kehutanan Buruh Desa RT6 0.65 0.42 0.33 0.33 0.17 0.42 0.33 0.44 0.43 0.51 Kota RT14 0.18 0.17 0.16 0.16 0.12 0.17 0.16 0.17 0.17 0.16 Pengusaha Desa RT7 23.69 16.36 13.58 13.58 8.35 16.32 13.58 17.08 16.84 19.11 Kota RT15 8.07 8.63 7.97 7.97 6.60 8.28 7.97 8.37 8.39 7.63 Industri Kehutanan Buruh Desa RT10 5.59 4.19 3.71 3.71 2.68 4.19 3.71 4.33 4.29 4.72 Kota RT18 7.71 7.58 6.87 6.87 5.29 7.30 6.87 7.42 7.43 6.98 Pengusaha Desa RT11 7.41 5.88 5.18 5.18 3.61 5.81 5.18 5.98 5.95 6.28 Kota RT19 12.14 13.11 12.09 12.09 9.89 12.55 12.09 12.68 12.72 11.47 Pertanian Selain Kehutanan Buruh Desa RT8 0.44 0.34 0.30 0.30 0.20 0.34 0.30 0.35 0.35 0.37 Kota RT16 0.13 0.12 0.11 0.11 0.08 0.12 0.11 0.12 0.12 0.11 Pengusaha Desa RT9 2.34 1.77 1.52 1.52 0.88 1.74 1.52 1.80 1.80 1.90 Kota RT17 0.87 0.87 0.79 0.79 0.63 0.84 0.79 0.85 0.85 0.80 Rumahtangga Lainnya Buruh Desa RT12 5.32 3.71 3.14 3.14 1.86 3.71 3.14 3.86 3.83 4.28 Kota RT20 7.51 7.53 6.90 6.90 5.54 7.27 6.90 7.37 7.38 6.92 Pengusaha Desa RT13 8.15 6.36 5.57 5.57 3.68 6.28 5.57 6.48 6.45 6.81 Kota RT21 13.19 13.53 12.48 12.48 10.25 13.05 12.48 13.21 13.24 12.31 Perusahaan Pengolahan hasil Hutan INS22 6.43 7.45 6.96 6.96 5.90 7.10 6.96 7.15 7.18 6.27 Perusahaan Lainnya INS23 10.97 12.72 11.87 11.87 10.06 12.12 11.87 12.19 12.25 10.70 Pemerintah INS24 7.45 8.54 7.95 7.95 6.71 8.14 7.95 8.20 8.24 7.23 204 Apabila dilihat dari persentase dampak pertambahan pendapatan yang diperoleh rumahtangga per satuan investasi, maka dengan Tabel 34 secara umum dapat dijelaskan bahwa 1 yang paling besar menikmati pertambahan pendapatan adalah rumahtangga pengusaha kehutanan di desa RT7, 2 buruh kehutanan di desa RT6 memperoleh pertambahan pendapatan per satuan investasi lebih besar dari buruh kehutanan kota RT14, 3 pengusaha kehutanan di desa RT7 memperoleh pertambahan pendapatan per satuan investasi lebih besar dari pengusaha kehutanan di kota RT15, 4 rumahtangga buruh dan pengusaha industri kehutanan di kota RT18, RT19 memperoleh pertambahan pendapatan persatuan investasi yang lebih besar dari rumahtangga buruh dan pengusaha industri kehutanan di desa RT10, RT11, 5 rumahtangga buruh dan pengusaha pertanian non kehutanan didesa RT8, RT9 memperoleh pertambahan pendapatan persatuan investasi yang lebih besar dari rumahtangga buruh dan pengusaha pertanian non kehutanan di kota RT16, RT17, 6 rumahtangga buruh dan pengusaha bidang lain di kota RT20, RT21 memperoleh pertambahan pendapatan persatuan investasi yang lebih besar rumahtangga buruh pengusaha bidang lain di desa RT12, RT13, dan 7 pemerintah INS24 memperoleh pertambahan pendapatan per satuan investasi lebih besar dari industri pengolahan hasil hutan INS22.

7.3. Kesenjangan Pendapatan Antarrumahtangga