BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Ketatnya persaingan yang dilakukan perbankan sebagai lembaga intermediasi keuangan financial intermedier antara pihak yang kelebihan dana surplus unit
dengan pihak yang kekurangan atau membutuhkan dana deficit unit semakin meningkat sejak dikeluarkannya keputusan pemerintah mengenai deregulasi perbankan
pada tahun 1988. Deregulasi ini bertujuan untuk memodernisasi perbankan agar sesuai dengan tuntutan masyarakat, dunia usaha, dan kehidupan ekonomi yang pada akhirnya
mendorong perbankan ke arah persaingan yang semakin ketat. Semakin ketatnya persaingan tersebut, terutama disebabkan karena bertambahnya jumlah bank baru
dengan adanya kemudahan pendirian suatu bank disertai dengan penawaran keuntungan yang lebih baik pada layanan dan jasa produk bank. Pada tahun 2010 saja, persaingan
ini ditandai dengan tren penurunan suku bunga kredit sehingga perbankan semakin agresif dalam persaingan suku bunga kredit dan terjadi perebutan dana murah yang
mengedepankan teknologi dan layanan, sebagai salah satu strategi perbankan untuk meningkatkan efisiensi dalam kegiatan operasional bank, yang akan menguntungkan
nasabah dalam kemudahan bertransaksi. Dalam menjalankan perannya sebagai lembaga intermediasi keuangan, dana
yang diperoleh bank merupakan salah satu faktor penting untuk mendukung kegiatan usahanya sehingga sangat diperlukan upaya bank untuk mendapatkannya. Salah satu
upaya yang dilakukan untuk mendapatkan dana adalah melalui penjualan saham perusahaan di pasar modal. Pasar modal telah menjadi salah satu sasaran untuk
Universitas Sumatera Utara
memperoleh dana masyarakat yang dibutuhkan bagi kegiatan usaha bank. Ini ditandai dengan berkembangnya jumlah bank yang ikut serta memperdagangkan sahamnya di
pasar modal. Untuk berhasil menarik minat para investor, bank harus mampu menunjukkan
kinerja usahanya dalam memperoleh laba melalui harga saham yang merupakan pencerminan yang relevan dari kondisi perusahaan. Apabila laba yang diperoleh
perusahaan relatif tinggi, maka kemungkinan besar bahwa dividen yang dibayarkan relatif tinggi. Apabila dividen yang dibayarkan relatif tinggi, akan berpengaruh positif
terhadap harga saham di bursa, dan investor akan tertarik untuk membelinya. Akibatnya permintaan akan saham tersebut menjadi meningkat, sehingga akhirnya
harga juga akan meningkat. Peningkatan harga saham ini akan menimbulkan capital gain
bagi para pemegangnya Halim, 2005:12. Untuk itu, bagi investor diperlukan analisis yang cermat, teliti dan didukung dengan data-data yang akurat dalam
mengambil keputusan investasi untuk mendapatkan keuntungan yang optimal dan mengurangi risiko dalam berinvestasi.
Salah satu teknik analisis dalam penilaian investasi saham adalah analisis fundamental yang membandingkan antara nilai intrinsik suatu saham dengan harga
sahamnya untuk menentukan apakah harga saham tersebut sudah mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum Halim, 2005:21. Nilai intrinsik suatu saham ditentukan oleh
faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya. Salah satu pendekatan yang lebih populer digunakan dalam analisis fundamental di kalangan analis saham dan para
praktisi adalah pendekatan harga terhadap laba bersih Price Earning Ratio yang
Universitas Sumatera Utara
menggunakan nilai earnings untuk mengestimasi nilai intrinsik suatu saham atau disebut juga dengan pendekatan earning multiplier. Jogiyanto, 2000:104.
Pendekatan Price Earning Ratio yang memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan
keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu dan menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan
dapat dijadikan sebagai dasar untuk menghitung prospek perusahaan serta sebagai ukuran relatif nilai saham perusahaan Tandelilin, 2001:232. Dengan Price Earning
Ratio , investor dapat menaksir nilai wajar dengan membandingkan nilai intrinsik suatu
saham dengan harga sahamnya. Jika harga saham lebih rendah dari nilai intrinsik, maka saham tersebut termasuk kategori saham yang undervalued sehingga layak dibeli.
Sebaliknya, jika harga saham lebih tinggi dari nilai intrinsik, maka saham tersebut termasuk kategori saham yang overvalued sehingga layak dijual.
Ada 4 empat perusahaan perbankan terbuka milik negara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang masuk ke dalam indeks LQ-45 yaitu PT Bank Mandiri,
Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk, PT Bank Negara Indonesia, Tbk dan PT Bank Tabungan Negara, Tbk. Perusahaan-perusahaan ini memiliki reputasi tinggi di industri
perbankan karena sejarah pertumbuhan yang baik, memiliki pendapatan stabil, konsisten dalam membayar dividen, memiliki nilai pasar dan likuiditas tinggi, saham-
sahamnya yang masih tetap menarik dalam jangka panjang, serta merupakan jenis saham yang paling aktif dan diminati oleh para investor maupun calon investor. Karena
dalam penelitian ini ingin diteliti kewajaran harga saham sejak periode 2006-2009, maka PT Bank Tabungan Negara, Tbk yang listing di Bursa Efek Indonesia sejak tahun
Universitas Sumatera Utara
2009 tidak termasuk ke dalam sampel karena tidak memiliki data laporan keuangan yang lengkap periode 2006-2009.
Berikut ini adalah aktifitas perdagangan saham 3 tiga perusahaan yaitu PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk dan PT Bank Negara Indonesia,
Tbk periode 2006-2009.
Tabel 1.1 Aktivitas Perdagangan Saham PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank Rakyat
Indonesia, Tbk dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk Periode 2006-2009
Keterangan Tahun Volume
Perdagangan jutaan
lembar saham
Nilai Kapitalisasi
Pasar Miliar Rp
Frekuensi Perdagangan
x Jumlah Hari
Perdagangan Harga
Saham Rp
PT Bank Mandiri,
Tbk
2006 17,871 36,176 256,800 242 2.063,14
2007 17,757 55,784 308,998 246 3.129.28
2008 10,620 27,774 274,325 240 2.652,24
2009 9,725 31,737 321,250 241 3.334,91
PT Bank Rakyat
Indonesia, Tbk
2006 5,115 21,594 114,338 242 4.320,65
2007 4,170 25,356 105,881 246 6.141,05
2008 5,569 28,597 233,403 240 5.536,72
2009 5,146 32,540 290,727 241 6.247,91
PT Bank Negara
Indonesia, Tbk
2006 221 441 23,968
236 1.489,27 2007 11,955 23,791 115,544
243 2.067,43 2008 8,699
9,568 165,434 240 1.168,46
2009 8,398 12,753 219,769 241 1.499,78
Sumber : www.idx.co.id dan www.yahoofinance.com Januari 2011, Data Diolah
Tabel 1.1 menunjukkan aktivitas perdagangan saham dari masing-masing perusahaan periode 2006-2009 yang mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu. Di
antara ketiga perusahaan tersebut, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk merupakan perusahaan yang memiliki harga saham tertinggi selama periode 2006-2009, khususnya
Universitas Sumatera Utara
tahun 2009, yaitu Rp 6.247,91 ataupun kenaikan sekitar 12,84 dari harga saham sebelumnya. Sedangkan, untuk PT Bank Mandiri, Tbk memiliki aktivitas perdagangan
yang tergolong agresif karena selalu diikuti dengan nilai saham yang meningkat dan volume perdagangan saham beredar dengan frekuensi perdagangan yang tinggi.
Kenaikan tertinggi harga saham PT Bank Mandiri, Tbk pada tahun 2009 mencapai 25,74 di mana sebelumnya sempat turun akibat krisis moneter pada tahun 2008 yang
menandakan perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang kuat dan dapat mempertahankan kepercayaan investor pada bank.
Dalam empat tahun berturut-turut, PT Bank Negara Indonesia, Tbk memiliki harga saham terendah selama periode 2006-2009 di antara ketiga perusahaan tersebut.
Perusahaan selalu mengalami pertumbuhan tiap tahun, baik dari volume perdagangan, nilai dan harga saham. Walaupun pada tahun 2008, perusahaan mengalami harga saham
terendah, yaitu Rp 1.168,46, namun harga saham dapat naik kembali sebesar Rp. 1.499,78 atau sekitar 28,355 dari harga saham sebelumnya.
Harga saham yang tinggi tidak berarti harga saham itu overvalued karena salah satu cara untuk menentukan apakah saham tersebut overvalued ataupun undervalued
adalah dengan Price Earning Ratio Tandelilin, 2001:244. Berdasarkan fenomena yang terjadi pada Tabel 1.1, maka penulis memutuskan untuk melakukan penelitian
mengenai ”Penilaian Harga Wajar Saham dengan Price Earning Ratio PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk dan PT Bank Negara Indonesia,
Tbk”
Universitas Sumatera Utara
1.2. Perumusan Masalah