pasar. Sedangkan, nilai intrinsik atau dikenal sebagai nilai teoritis adalah nilai saham yang sebenarnya atau seharusnya terjadi.
Investor berkepentingan untuk mengetahui ketiga nilai tersebut sebagai informasi penting dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat. Dalam analisis
saham untuk memutuskan apakah membeli atau menjual saham, investor membandingkan nilai intrinsik suatu saham dengan nilai pasar saham yang
bersangkutan Tandelilin, 2001:183. Nilai intrinsik suatu saham menunjukkan Present Value
arus kas yang diharapkan dari saham tersebut. Jika nilai intrinsik lebih besar dari nilai pasar saat ini, maka saham tersebut tergolong murah sehingga layak dibeli.
Sebaliknya, jika nilai intrinsik lebih kecil dari nilai pasar saat ini, maka saham tersebut tergolong mahal dan karenanya layak dijual.
Penentuan harga saham dapat dilakukan melalui analisis teknikal dan analisis fundamental. Pada analisis teknikal, harga saham menggunakan data pasar dari saham
misalnya harga dan volume transaksi saham, sedangkan dalam analisis fundamental menggunakan data fundamental, yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan
misalnya laba, dividen yang dibayar dan sebagainya Jogiyanto, 2000:88.
1. Analisis Teknikal
Menurut Halim 2005:29, analisis teknikal dimulai dengan cara memperhatikan perubahan harga saham itu sendiri dari waktu ke waktu. Analisis ini beranggapan bahwa
harga suatu saham akan ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap saham tersebut. Sehingga asumsi dasar yang berlaku dalam analisis ini adalah :
a Harga pasar saham ditentukan oleh interaksi penawaran dan permintaan.
Universitas Sumatera Utara
b Penawaran dan permintaan itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang rasional maupun irasional.
c Perubahan harga saham cenderung bergerak mengikuti tren tertentu. d Tren tersebut dapat berubah karena bergesernya penawaran dan permintaan.
e Pergeseran penawaran dan permintaan dapat dideteksi dengan mempelajari diagram dari perilaku pasar.
f Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali di masa mendatang.
2. Analisis Fundamental
Berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan, analisis fundamental diharapkan dapat membantu calon investor untuk mengetahui bagaimana operasional
dari perusahaan yang nantinya menjadi milik investor. Karena biasanya nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja dari perusahaan yang bersangkutan. Hal ini
penting karena nantinya akan berhubungan dengan hasil yang akan diperoleh dari investasi dan juga risiko yang harus ditanggung Anoraga dan Pakarti, 2006:109.
Sedangkan, menurut Bodie et al 2006:217, analisis fundamental adalah analisis yang menggunakan informasi seputar profitabilitas sekarang dan masa depan dari sebuah
perusahaan untuk menentukan nilai pasar wajarnya. Analisis fundamental memiliki dua model penilaian saham yang sering
digunakan para analisis sekuritas Jogiyanto, 2000:89, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a Pendekatan Nilai Sekarang Present Value Approach Pendekatan nilai sekarang juga disebut dengan metode kapitalisasi laba
capitalization of income method karena melibatkan proses kapitalisasi nilai-nilai masa depan yang didiskontokan menjadi nilai sekarang. Jika investor percaya bahwa
nilai dari perusahaan tergantung dari prospek perusahaan tersebut di masa mendatang dan prospek ini merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan aliran kas di
masa depan, maka nilai perusahaan tersebut dapat ditentukan dengan mendiskontokan nilai-nilai arus kas cash flow di masa depan menjadi nilai sekarang sebagai berikut
Jogiyanto, 2000:90 :
dimana: P
= nilai sekarang dari perusahaan value of the firm t
= periode waktu ke-t dari t=1 sampai dengan ∞.
k = suku bunga diskonto discount rate atau tingkat pengembalian yang
diinginkan required rate of return. Dalam penentuan nilai teoritis suatu saham, investor perlu menentukan berapa
besarnya tingkat pengembalian yang diinginkan atas saham sebagai kompensasi atas risiko yang ditanggung. Tingkat pengembalian yang diinginkan merupakan tingkat
pengembalian minimum yang diinginkan atas pembelian suatu saham. Tingkat pengembalian yang diinginkan menggambarkan besarnya biaya kesempatan yaitu
hilangnya kesempatan memperoleh return dari alternatif investasi lain akibat keputusan untuk berinvestasi pada saham. Arus kas yang merupakan komponen
lainnya dalam penentuan nilai perusahaan merupakan kas yang diterima oleh
n 1
t t
k 1
Kas Arus
Po
Universitas Sumatera Utara
perusahaan emiten. Sebagai alternatif dari arus kas, laba perusahaan dapat juga digunakan untuk menghitung nilai perusahaan. Laba perusahaan yang diperoleh
dapat ditahan sebagai sumber internal atau dibagikan dalam bentuk dividen. Arus dividen dapat dianggap sebagai arus kas yang diterima oleh investor. Dengan alasan
bahwa dividen merupakan satu-satunya arus pendapatan yang diterima oleh investor, model diskonto dividen dapat digunakan sebagai pengganti model diskonto arus kas
untuk menghitung nilai intrinsik saham. Model diskonto dividen dividen discount model
untuk menghitung nilai intrinsik saham adalah sebagai berikut Jogiyanto, 2000:91 :
Dt = dividen yang dibayarkan untuk periode ke t
2
. Dari rumus di atas, dapat dilihat bahwa aliran dividen yang diterima investor
merupakan aliran dividen yang tidak terbatas disimbolkan dengan ∞ dan konstan.
Meskipun dalam kenyataannya, perusahaan membayarkan dividen secara tidak teratur, dividen dengan jumlah yang tidak konstan atau pembayarannya mengalami
pertumbuhan. Dalam situasi dividen konstan dan tidak mengalami pertumbuhan kita bisa menggunakan model pertumbuhan nol. Untuk kasus aliran dividen yang
bertumbuh secara konstan, model yang bisa dipakai adalah model pertumbuhan konstan. Sedangkan, untuk saham yang mengalami pertumbuhan yang tidak konstan,
kita bisa menggunakan model pertumbuhan tidak konstan. b Pendekatan Price Earning Ratio PE Ratio Approach
1 t
t
k 1
Dt Po
Universitas Sumatera Utara
Pendekatan Price Earning Ratio atau disebut juga dengan pendekatan earning multiplier
merupakan salah satu pendekatan yang lebih populer digunakan dalam analisis fundamental di kalangan analis saham dan para praktisi. Pendekatan ini
menggunakan nilai earnings untuk mengestimasi nilai intrinsik suatu saham Jogiyanto, 2000:104. Price Earning Ratio dapat digunakan sebagai dasar untuk
menghitung prospek perusahaan serta sebagai ukuran relatif nilai saham perusahaan Tandelilin, 2001:232. Makin besar Price Earning Ratio suatu saham maka harga
saham tersebut akan semakin mahal terhadap earning per sahamnya. Sentimen pasar sangat menentukan kenaikan harga saham yang mengakibatkan kenaikan Price
Earning Ratio . Semakin rendah harga Price Earning Ratio suatu saham maka
semakin murah harganya untuk diinvestasikan. Price Earning Ratio menjadi rendah nilainya bisa karena harga saham cenderung semakin turun atau karena meningkatnya
kinerja per lembar saham dalam menghasilan laba bagi perusahaan Manurung, 2004:27.
Secara teknis, rumus untuk menghitung Price Earning Ratio suatu saham adalah dengan membagi harga saham perusahaan terhadap earning per lembar saham. Harga
saham di pasar merupakan harga yang berlaku. Sedangkan, earning adalah earning per saham tahun berjalan Manurung, 2004:26. Secara matematis, rumus untuk
meghitung PER adalah sebagai berikut:
Rumus ini mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earnings perusahaan ataupun besarnya harga setiap
satu rupiah earnings perusahaan. Di samping, itu Price Earning Ratio juga
Saham Lembar
per Laba
Saham Lembar
per Harga
PER
Universitas Sumatera Utara
merupakan ukuran harga relatif dari sebuah saham perusahaan. Rumus untuk menghitung Price Earning Ratio yang diderivasi dengan model diskonto dividen
pertumbuhan yang konstan adalah sebagai berikut Tandelilin, 2001:243 :
di mana: D
1
E
1
= rasio pembayaran dividen Dividend Payout Ratio k
= tingkat pengembalian yang diinginkan g
= tingkat pertumbuhan dividen Menurut Bodie et al 2006:243, Price Earning Ratio sebenarnya merupakan
cerminan dari sikap optimis pasar tentang prospek pertumbuhan perusahaan. Seorang investor harus memutuskan apakah ia lebih optimis atau lebih tidak optimis
dibandingkan pasar. Jika lebih optimis, maka mereka akan merekomendasikan untuk membeli saham. Dengan demikian melalui rumus Price Earning Ratio yang
diderivasi dengan model diskonto dividen pertumbuhan yang konstan, dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang faktor yang mempengaruhi Price Earning
Ratio yaitu tingkat dividend pay out ratio, tingkat pengembalian yang diharapkan
investor dan pertumbuhan dividen Manurung, 2004:28. Variabel pertama yaitu dividend pay out ratio
yang menunjukkan besarnya dividen yang akan dibayarkan perusahaan dari total earning yang diperoleh perusahaan. Bila dividend pay out ratio
mengalami peningkatan, Price Earning Ratio juga akan mengalami peningkatan. Jadi, investor yang berorientasi pada dividen mengharapkan dividend pay out ratio
yang tinggi sehingga harga saham mengalami peningkatan. Sedangkan, investor yang
g k
E D
E P
1 1
1 o
Universitas Sumatera Utara
tidak mengharapkan dividen menghendaki dividend pay out ratio yang rendah sehingga harga akan mengalami peningkatan yang tinggi karena murahnya harga
saham dengan Price Earning Ratio yang kecil sehingga capital gain akan diperoleh. Variabel kedua yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan investor atas suatu
saham sebagai kompensasi atas risiko yang harus ditanggung investor. Variabel ini memiliki hubungan negatif dengan Price Earning Ratio. Bila tingkat pengembalian
yang diminta makin besar, Price Earning Ratio saham saham yang bersangkutan semakin kecil dan tingkat pengembalian yang diminta kecil membuat Price Earning
Ratio semakin besar. Variabel berikutnya adalah pertumbuhan dividen g. Semakin
besar pertumbuhan dividen, maka semakin tinggi Price Earning Ratio dan semakin rendah pertumbuhan dividen maka Price Earning Ratio akan semakin rendah. Secara
matematis, rumus untuk menghitung pertumbuhan dividen adalah Tandelilin,
2001:244:
g = ROE x 1 – Dividend Payout Ratio Penilaian
saham-saham perusahaan
mana yang mampu menawarkan keuntungan bagi investor, baik saham-saham mana yang harga pasarnya lebih rendah dari nilai
intrinsik undervalued sehingga layak dibeli maupun saham-saham mana yang harga pasarnya lebih tinggi dari nilai intrinsik overvalued sehingga layak dijual, dapat
diketahui setelah kita mengestimasi nilai intrinsik saham perusahaan dengan memanfaatkan komponen informasi penting dari Price Earning Ratio yaitu Earning
per Share. Dengan kata lain, nilai intrinsik suatu saham merupakan fungsi dari
Earning per Share yang diharapkan dan besarnya Price Earning Ratio saham yang
Universitas Sumatera Utara
bersangkutan. Secara matematis, nilai intrinsik saham perusahaan adalah sebagai berikut Tandelilin, 2001:245 :
2.1.5. Strategi Berinvestasi di Bursa Efek