investasinya pada trend pasar. Seorang pemodal dikatakan melakukan strategi buying the market
apabila ia membagi dananya secara relatif proporsional ke dalam saham- saham yang ada di pasar. Pengertian pasar di sini tidak harus identik dengan seluruh
saham yang tercatat, tetapi dapat berupa saham yang tergabung dalam down average atau 500 Standar Poor dan sebagainya. Strategi seperti ini hasilnya gampang
dimonitor. Apabila trend pasar menunjukkan kenaikan, maka ia akan meperoleh laba pada tingkat rata-rata pasar. Sebaliknya, apabila trend pasar menunjukkan penurunan,
maka ia akan menderita kerugian juga pada tingkat rata-rata pasar. 7.
Mutual FundUnit Trust Strategi yang lebih aman bagi pemodal yang belum berpengalaman adalah
mempercayakan dananya kepada lembaga professional yang disebut investment trust. Investment trust
akan melakukan diversifikasi investasi untuk mencapai tujuan dari pembentukan dana. Intensitas tujuan dari suatu dana bisa berbeda, namun secara umum
setiap usaha pembentukan well diversified portfolio secara eksplisit bertujuan memaksimumkan keuntungan pada tingkat risiko tertentu atau meminimumkan risiko
dengan tingkat keuntungan yang relatif stabil.
2.2. Penelitian Terdahulu
Nazwirman 2008 melakukan penelitian dengan judul ” Penilaian Harga Saham Dengan Price Earning Ratio PER: Studi Kasus Pada Saham Industri Makanan dan
Minuman Di Bursa Efek Indonesia. Penelitian dengan metode Price Earning Ratio diharapkan dapat memudahkan investor dalam menganalisis saham. Metode Price
Earning Ratio dalam menganalisis saham perusahaan makanan dan minuman di Bursa
Universitas Sumatera Utara
Efek Indonesia menggunakan tiga alternatif k=11, k=16 dan k=21. Dari 15 perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
hingga 31 Juli 2007 diperoleh sampel sebanyak 6 perusahaan yang konsisten memberikan dividen kepada investornya setiap tahun. Saham perusahaan yang layak
dibeli hanya saham satu perusahaan karena pada tiga alternatif tersebut PER PER yang berarti tingkat earning dari saham lebih tinggi dari ketiga alternatif dan harga
saham tersebut murah. Saham perusahaan yang lain tidak layak dibeli ada 5 perusahaan, tetapi layak dijual untuk investor, pada tiga alternatif tersebut PER PER yang berarti
tingkat earning dari saham lebih kecil dari 11, 16, atau 21. Manurung 2008 melakukan penelitian dengan judul ”Valuasi Harga Wajar
Saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk”. Penelitian ini bertujuan mengetahui kewajaran harga saham PT. Telkom yang dinilai dari dividen dan laba per saham yang
dibayar emiten pada periode 2002-2006 kepada pemegang saham dengan menggunakan analisis fundamental yaitu Dividend Discount Model Pertumbuhan Supernormal dengan
time horizon jangka waktu berinvestasi selama 5 tahun untuk tiap perhitungan nilai
wajar saham dan Price Earning Ratio serta pengujian signifikan perbedaan dengan uji beda sampel independen uji t sampel independen. Penelitiannya menggunakan metode
analisis deskriptif dan uji beda dengan mengolah data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga pasar saham perusahaan yang berlaku di lantai bursa dinilai
wajar undervalued pada tahun 2002- 2003 dan pada tahun 2004-2006 dinilai tidak wajar overvalued bila dibandingkan dengan dengan harga wajarnya yang dihitung
dengan Dividend Discount Model pertumbuhan supernormal sedangkan harga pasar saham perusahaan yang berlaku di lantai bursa pada tahun 2002-2006 dinilai wajar
Universitas Sumatera Utara
undervalued bila dibandingkan dengan metode Price Earning Ratio PE Ratio. Hasil pengujian signifikansi perbedaan adalah perbedaan harga pasar saham yang berlaku di
lantai bursa dengan harga wajar saham yang dievaluasi dengan metode Dividend Discount Model
Pertumbuhan Supernormal dan Price Earning Ratio tidak memiliki beda yang signifikan atau perbandingan rata-rata harga pasar saham dan rata-rata harga
wajar tidak terlalu beda jauh.
2.3. Kerangka Konseptual