I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Proyek Perintis Tambak Inti Rakyat TIR Transmigrasi Jawai yang berlokasi di Kabupaten Sambas Propinsi Kalimantan Barat dengan PT.
Ciptawindu Khatulistiwa sebagai perusahaan inti adalah merupakan proyek transmigrasi umum dengan pola perikanan usaha tambak yang pertama dilakukan
di Indonesia. Embrio pelaksanaan proyek ini diawali dari survey untuk pemilihan lokasi pada Tahun 1988 yang dilakukan oleh Dinas Perikanan Propinsi Daerah
Tingkat I Kalimantan Barat, sedangkan pelaksanaan pembangunan fisik proyek dimulai pada Tahun Anggaran 19901991. Pada awalnya proyek ini adalah proyek
percontohan transmigrasi, namun menjelang dimulai pelaksanaan pembangunan fisik proyek, nama proyek diubah menjadi Proyek Perintis. Substansi dari
kebijakan perubahan nama tersebut mengandung makna bahwa proyek ini adalah merupakan proyek rintisan yang harus diupayakan dan didukung secara optimal
agar berhasil sehingga diharapkan dapat menjadi contoh model pola kemitraan transmigrasi tambak udang dalam rangka untuk dapat diterapkan di daerah lain di
Indonesia. Keberadaan proyek perintis TIR Transmigrasi Jawai ini sebenarnya akan
memberikan dampak positif terhadap pihak-pihak yang terlibat stakeholder. Beberapa keuntungan dari keberadaan proyek tersebut dapat dijabarkan sebagai
berikut; 1 swasta sebagai perusahaan inti tidak perlu mengeluarkan biaya investasi dan modal kerja; dan 2 petani plasma tanpa agunan bisa mendapatkan
fasilitas kredit dari bank dan dengan cara mencicil mempunyai prospek untuk memiliki tambak sendiri; serta 3 untuk pemerintah daerah yaitu merupakan
peluang untuk mendapatkan pendapatan asli daerah, merupakan pengembangan wilayah dan membuka kesempatan lapangan kerja baru dengan adanya multiplier
effects . Sebagai proyek perintis, TIR Transmigrasi Jawai belum mempunyai pola
yang baku sehingga dalam perjalanannya proyek ini banyak mengalami perubahan secara bertahap dalam upaya untuk mencari model yang terbaik. Namun dalam
perjalanannya proyek perintis ini juga banyak menghadapi kendala dan permasalahan, misalnya seperti adanya serangan wabah penyakit white spot yang
akhirnya mencapai puncaknya pada tahun 1996 yang mengakibatkan proyek ini mengalami stagnasi.
Berdasarkan uraian diatas dan dalam rangka upaya untuk mengoperasikan kembali kegiatan operasional budidaya udang khususnya di proyek perintis TIR
Transmigrasi Jawai, maka kiranya perlu dilakukan suatu kajian untuk mencari solusi tentang model pengelolaan Tambak Inti Rakyat yang dapat diterapkan
sehingga usaha budidaya tambak udang tersebut diharapkan dapat berkelanjutan. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan suatu pengkajian mengenai : 1
tinjauan ulang review tentang pelaksanaan pengelolaan proyek perintis TIR Transmigrasi Jawai dari tahun 1990 sampai 1995; 2 model pengelolaan tambak
inti rakyat yang berkelanjutan.
1.2. Perumusan masalah 1.2.1. Bioteknis