Maksud dan tujuan penelitian Kegunaan penelitian Analisis finansial

tambak, seberapa besar pendangkalan saluran dan seberapa banyak peralatan yang hilang atau yang masih tersisa adalah merupakan ekses dari keadaan terbengkalainya proyek ini. Oleh karena itu untuk mengetahui kondisi terkini di lokasi proyek diperlukan adanya pengukuran, pengamatan dan inventarisasi barang di lapangan. Dalam rangka upaya untuk mengoperasikan kembali keberadaan proyek perintis TIR Transmigrasi Jawai, maka dalam penelitian ini akan dikaji mengenai kondisi terakhir fisik tambak, saluran, infrastruktur dan peralatan sebagai bahan dasar untuk menghitung biaya investasi yang dibutuhkan untuk menganalisis kelayakan usaha.

1.2.3. Kelembagaan

Seperti diketahui dalam Proyek perintis TIR Transmigrasi Jawai terdapat unsur inti dan plasma, tetapi dalam perjalanannya interaksi antar keduanya sering terlibat konflik. Analisis kelembagaan dilakukan untuk menentukan bentuk mekanisme pengelolaan yang paling sesuai berdasarkan pengalaman yang terjadi pada pelaksanaan proyek perintis TIR Transmigrasi Jawai. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dikaji mengenai mekanisme pengelolaan dengan pola inti plasma dan pihak-pihak yang berperan pada masa sebelum dan pasca kredit lunas serta upaya mengoperasikan kembali proyek perintis TIR Transmigrasi Jawai.

1.3. Maksud dan tujuan penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang tepat tentang kondisi proyek perintis TIR Transmigrasi Jawai saat ini, serta untuk memberikan arahan dalam rangka upaya untuk menghidupkan kembali kegiatan usaha budidaya tambak udang di proyek perintis TIR Transmigrasi Jawai. Tujuan Penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kelayakan bioteknis 2. Untuk mengetahui kelayakan finansial dan menentukan teknologi budidaya udang yang tepat untuk diterapkan di proyek perintis TIR Transmigrasi Jawai. 3. Untuk mendapatkan konsep tentang mekanisme pengelolaan proyek perintis TIR Transmigrasi Jawai pada masa sebelum dan pasca pelunasan kredit.

1.4. Kegunaan penelitian

Informasi yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan bagi pembuat kebijakan dalam rangka penyusunan konsep perencanaan pembangunan dengan Pola Tambak Inti Rakyat yang merupakan salah satu alternatif pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir sehingga dalam pengelolaannya diharapkan dapat berjalan secara berkelanjutan. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis bioteknis 2.1.1. Kesesuaian lahan Kesesuaian lahan merupakan kecocokan suatu lahan untuk tujuan penggunaan tertentu, melalui penentuan nilai kelas lahan serta pola tata guna lahan yang dihubungkan dengan potensi wilayahnya sehingga dapat diusahakan penggunaan lahan yang lebih terarah berikut usaha pemeliharaan kelestariannya Hardjowigeno 2001. Selanjutnya dijelaskan bahwa pengembangan lahan untuk budidaya tambak perlu diperhatikan beberapa faktor sebagai berikut 1 Sumber air, debit dan kualitasnya, yaitu : oksigen terlarut, salinitas, suhu, kecerahan, pH air, ammonia, hidrogen sulfide dan lain-lain, 2 Amplitudo pasang surut, 3 Topografi dan ketinggian tempat, 4 Iklim, dan 5 Sifat tanah, yaitu : lapisan pirit, tekstur tanah, drainase tanah dan gambut. Poernomo 1992 menyatakan bahwa dalam memilih lokasi untuk pertambakan, faktor yang perlu diperhatikan antara lain : sumber air, amplitudo pasang surut dan ketinggian elevasi, topografi, kualitas tanah, vegetasi, jalur hijau dan kawasan penyangga, kondisi klimat, keragaan eksposur, kelengkapan fasilitas, pasok bahan dan kemudahan pemasaran, sebaran pertambakan, tata guna lahan dan kebijakan pemerintah serta keamanan dan sarana sosial. Budidaya udang di tambak memerlukan air yang memenuhi persyaratan baik jumlah maupun mutu. Unsur-unsur kimiawi, fisik dan biologik yang menentukan mutu air tambak antara lain : kadar garam, pH, ammonia dan nitrit, nitrogen sulfide, oksigen terlarut, kekeruhan, kandungan plankton, dan sebagainya. Untuk keperluan pengairan tambak udang akan sangat ideal apabila lahan pertambakan dibuat di kawasan pantai dekat dengan sungai yang dapat memasok air tawar sepanjang tahun agar dapat mengendalikan salinitas yang diperlukan. Selain itu kesempurnaan pengeluaran air buangan dan air limbah ke perairan umum serta pengeringan dasar tambak secara sempurna akan lebih baik dibandingkan dengan yang jauh dari laut dengan syarat lokasi sepanjang pantai tersebut tidak berlumpur yang disebabkan oleh siltasi. Persyaratan mutu air tambak yang diperlukan untuk budidaya tambak udang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Parameter kualitas air untuk budidaya udang No Parameter Satuan Nilai 1 Fisika - Suhu ºC 26 - 30 - Salinitas Permil 10 - 30 - Kecerahan Cm 25 - 50 - Turbidity mgl 2.000 2 Kimia - pH - 7,5 - 8,5 - BOD mgl 10 -COD mgl 50 - Alkalinitas mgl 50 - 200 - Amonia NH3 mgl 0,1 - H2S mgl 0,1 - Nitrat mgl 200 - Nitrit mgl 0,3 - Fe mgl 0,5 - PO4 mgl 0,26 - Mercuri Hg mgl 0,002 - Tembaga Cu mgl 0,02 Sumber: Direktorat Jenderal Perikanan 1996 Tektur tanah adalah sifat fisik tanah yang menyatakan kasar – halusnya tanah atau yang menunjukkan perbandingan fraksi-fraksi liat, debu dan pasir Jamulya dalam acuan Hamid 2003. Menurut Poernomo 1992, tanah yang ideal untuk kegiatan pertambakan adalah yang bertekstur liat berpasir. Poernomo dalam acuan Hamid 2003 membagi persyaratan tekstur tanah menurut tingkat teknologi budidaya yang akan diterapkan. Dalam budidaya ekstensif yang tergantung pada jasad benthos sebagai makanan alami bagi udang, maka harus dipilih dasar tambak lempung sampai liat berpasir. Sedangkan untuk budidaya semi intensif dan intensif karena menggunakan pakan buatan sebagai sumber pakannya maka harus dipilih tekstur tanah lempung liat berpasir hingga lempung berpasir. Parameter kimia dan fisika tanah yang biasa digunakan sebagai syarat minimal adalah tekstur tanah, pH, kandungan bahan organik, unsur hara, kandungan pirit dan tekstur tanah. Kondisi parameter ini menentukan pola penyiapan konstruksi dan sistem budidaya. Tekstur tanah akan berpengaruh pada konstruksi. Semakin tinggi kadar liat dan semakin sedikit kadar pasir akan semakin stabil dan semakin kedap air. Nilai pH tanah akan berpengaruh pada kesuburan perairan karena kelarutan unsur hara dalam air ditentukan pula oleh derajat keasaman tanah dan air. Sementara kandungan pirit adalah termasuk unsur yang tidak dikehendaki karena mengakibatkan turunnya pH air. Secara ringkas persyaratan kualitas tanah untuk tambak udang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Parameter kualitas tanah untuk budidaya udang No Parameter Nilai 1 Tekstur Liat sd liat berpasir 2 pH 6,0 - 7,0 3 Bahan organik 1,6 - 7,0 4 Karbon 3 - 5 5 Nitrogen 0,40 - 0,75 6 Kalsium 5,0 -20,0 me100 g 7 Magnesium 1,5 - 8,0 me100 g 8 Kalium 0,5 - 1,0 me100 g 9 Natrium 0,7 - 1,0 me100 g 10 Fosfor 30 - 60 ppm 11 Pirit 2 Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan 1996

2.1.2. Daya dukung kawasan

Scones dalam acuan Prasetyawati 2001 membagi daya dukung lingkungan menjadi dua yaitu daya dukung ekologis ecological carrying capacity dan daya dukung ekonomi economic carrying capacity. Daya dukung ekologis adalah jumlah maksimum hewan-hewan pada suatu lahan tambak yang dapat didukung tanpa mengakibatkan kematian karena faktor kepadatan maupun terjadinya kerusakan lingkungan secara permanen irreversible. Hal ini ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan seperti suhu, pH, salinitas dan sebagainya. Sedangkan daya dukung ekonomi adalah tingkat produksi yang memberikan keuntungan maksimum dan ditentukan oleh tujuan usaha secara ekonomi. Dalam hal ini digunakan parameter kelayakan usaha seperti net present value NPV, benefit cost ratio Net BC dan internal rate of return IRR. Poernomo 1992 memberikan pengertian daya dukung untuk lingkungan perairan adalah suatu yang berhubungan erat dengan produktifitas lestari perairan tersebut, artinya daya dukung lingkungan itu sebagai nilai mutu lingkungan yang ditimbulkan oleh interaksi semua unsur komponen fisika, kimia dan biologi dalam suatu kesatuan ekosistem. Daya dukung suatu perairan untuk budidaya udang di tambak merupakan suatu faktor yang harus diperhitungkan dalam merencanakan pembukaan lahan. Menurut Widigdo 2001, limbah cair tambak biasanya dibuang ke sungai, perairan pantai atau langsung ke laut. Limbah tersebut akan diencerkan oleh perairan penerimanya dan akan diasimilasi didegradasi menjadi unsur hara oleh mikroba yang ada di perairan penerima. Kapasitas dan daya tampung perairan penerima limbah berbanding lurus dengan kualitas dan kuantitas perairan. Dengan asumsi bahwa perairan yang digunakan untuk kegiatan budidaya telah memenuhi persyaratan kualitatif, maka kuantitas air penerima akan merupakan faktor penentu berapa banyak limbah yang akan diterima oleh suatu badan perairan agar kualitasnya masih layak untuk digunakan kegiatan budidaya yang berkelanjutan. Menurut Allison dalam acuan Widigdo 2001, menyatakan bahwa untuk menjaga agar kualitas perairan umum masih tetap layak untuk budidaya maka perairan penerima limbah cair dari kegiatan budidaya harus memiliki volume antara 60 – 100 kali lipat dari volume limbah cair yang dibuang ke perairan umum. Daya dukung ini dihitung berdasarkan volume air laut yang masuk ke aliran pantai dengan rumus sebagai berikut : − = tg h 2x hy 0,5 V V adalah volume air laut yang masuk ke perairan pantai, h adalah kisaran pasut tidal range setempat, x adalah jarak dari garis surut ke arah laut sampai ke suatu titik dengan kedalaman minimal 2 meter, y adalah lebar areal tambak yang sejajar garis pantai dan θ adalah kemiringan dasar laut.

2.2. Analisis finansial

Usaha tambak merupakan suatu kegiatan usaha tani yang memerlukan modal besar dengan tingkat resiko yang besar pula. Oleh karena itu diperlukan suatu analisis kelayakan usaha yang dimaksudkan untuk melakukan evaluasi apakah usaha tersebut layak atau tidak. Untuk melakukan evaluasi kelayakan usaha, maka perlu diketahui besar manfaat dan besar biaya dari setiapunit yang di analisis. Kadariah 1978 menyatakan bahwa keuntungan adalah total penerimaan atau total revenue dikurangi total biaya atau total cost, sedangkan yang dimaksud dengan penerimaan adalah total produksi dikalikan dengan harga per satuan produk. Selanjutnya dijelaskan bahwa komponen biaya dalam analisis kelayakan usaha terdiri dari biaya investasi, biaya cicilan modal dan biaya bunga modal. Yang dimaksud dengan analisis finansial adalah suatu analisis terhadap biaya dan manfaat didalam suatu usaha yang dilihat dari sudut badan atau orang yang menanam modal atau yang berkepentingan langsung dalam usaha tersebut. Dalam melakukan analisis finansial keuntungan usaha diperlukan dua keterangan pokok yaitu pengeluaran cost dan penerimaan benefit selama jangka waktu yang telah ditetapkan. Penerimaan dalam suatu usaha yang diperoleh dari penjualan dari penjumlahan nilai produksi dan kenaikan nilai barang investasi. Sedangkan yang dimaksud dengan biaya adalah ongkos yang dikeluarkan untuk sarana produksi lain yang diperlukan pada proses produksi. Biaya tersebut dapat digolongkan menjadi biaya tetap fixed cost dan biaya variable variable cost. Metode yang biasa digunakan untuk menganalisis proyek dalam jangka waktu lama atau proyek yang mempunyai arus biaya dan manfaat yang berbeda- beda di masa yang akan datang adalah dengan peramalan melalui perhitungan berdiskonto antara lain : net present value NPV, benefit cost ratio Net BC dan internal rate of return IRR. 2.3. Analisis kelembagaan 2.3.1. Konsep kelembagaan