Karakteristik produktifitas plasma Target Produksi

sampai dengan proyek ini stagnasi pada tahun 1996. Pembahasan pada masa pasca lunas kredit tambak dilakukan berdasarkan hasil kajian dari solusi yang didapatkan pada masa pelaksanaan proyek. Kajian ini bertujuan untuk mempersiapkan KUD dan Plasma dalam mengelola proyek pasca lunas kredit tambak. Pembahasan mengenai alternatif dalam upaya untuk mengoperasikan kembali proyek perintis TIR Transmigrasi Jawai adalah berdasarkan model kontrak usaha tambak contract farming yang bertujuan untuk memberikan beberapa alternatif pilihan yang dapat diambil oleh PemdaBank Kalbar.

3.6.2. Karakteristik produktifitas plasma Target Produksi

Data laporan hasil panen proyek perintis TIR Transmigrasi Jawai diolah menjadi data hasil panen yang disusun berdasarkan : petak tambak, nama plasma, daerah asal plasma, hasil panen per petak tambak kg dan pola kepadatan penebaran benur yaitu untuk 4, 20 dan 15 ekorm 2 . Dari data hasil panen tersebut akan dianalisis menjadi tabel realisasi hasil panen terhadap target produksi yang memberikan gambaran mengenai besaran dan prosentase hasil panen dalam pencapaian target produksi dari masing-masing pola tebar 4, 20 dan 15 ekorm 2 serta periode I, II, III, IV dan V pada padat penebaran 15 ekorm 2 . Deskriptif hasil panen dilakukan terhadap daerah asal plasma, pola tebar 4, 20 dan 15 ekorm 2 , periode musim tanam I, II, III, IV dan V pada pola kepadatan tebar 15 ekorm 2 . Spatial autocorrelation Spatial autocorrelation adalah suatu metode analisis statistika spasial yang dalam penelitiaan ini digunakan untuk mengetahui pengaruh hubungan hasil produksi antar petak tambak berdasarkan pola sebaran spasial lahan tambak dalam suatu kawasan. Menurut John Odland 1988, deskripsi dari hasil perhitungan analisis spatial autocorrelation tersebut dibagi dalam 3 tiga kemungkinan, yaitu apabila : - I I random disebut Auto Correlation Positif, yaitu suatu hubungan yang mencerminkan pola sebaran searah yaitu pengaruh yang saling meningkatkan antar petak tambak yang berdampingan. - I = Random, yaitu suatu hubungan yang tidak mencerminkan suatu pola sebaran tertentu acak antar petak tambak yang berdampingan. - I I random disebut Auto correlation Negatif, yaitu hubungan yang mencerminkan pola sebaran dengan pengaruh yang saling berkebalikan yaitu apabila salah satu petak tambak hasil produksinya meningkat maka tambak yang berdampingan akan cenderung turun produksinya. Rumus yang digunakan untuk perhitungan auto correlation adalah sebagai berikut: = Σ ΣΣ ΣΣ = 1 - n 1 - random I Z - Zi Z - Zj Z - Zi Wij Wij n I 2 I adalah Indeks Moran, n adalah jumlah petak tambak, Z adalah hasil produksi kg, dan Z adalah hasil produksi rata-rata kg, i = j adalah petak tambak dan Wij adalah matriks spatial autocorrelation. Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam melakukan perhitungan dalam penelitian ini adalah menentukan pola sebaran spasial dengan membuat matrik spatial autocorrelation, dimana matrik tersebut diisi dengan notasi angka 0 nol dan 1 satu sesuai dengan pola sebaran yang ingin ditetapkan. Angka 0 berarti mengindikasikan tidak ada korelasi antara petak tambak yang berpasangan, sedangkan angka 1 mengindikasikan adanya korelasi antara petak tambak yang berpasangan. Pola sebaran spatial yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menetapkan notasi angka 1 satu untuk petak tambak yang saling berdampingan, sedangkan angka 0 nol untuk petak tambak yang tidak saling berdampingan. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa operasional pelaksanaan budidaya udang dilapangan yaitu hubungan antara petak tambak yang saling berdampingan adalah lebih erat dibandingkan dengan petak tambak yang tidak berdampingan. Penetapan pola sebaran spasial tersebut dimaksudkan agar analisis ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran korelasi spasial produksi tambak yang berada dalam satu kawasan hamparan tambak. Dalam penelitian ini perhitungan auto correlation hanya dilakukan pada pola tebar kepadatan benur 15 ekor per m 2 . Hal ini disebabkan karena pada pelaksanaan pola tebar 15 ekorm 2 ininberlangsung sebanyak 5 lima periode musim tanam sehingga semua petak tambak dapat terwakili, sedangkan pada pola tebar kepadatan benur 4 dan 20 ekorm 2 hanya dilakukan dalam 1 satu periode musim tanam saja sehingga pada pelaksanaannya tidak semua petak pernah terwakili melaksanakan penebaran benur. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu berdasarkan periode musim tanam dan tahun dengan rincian 1 periode musim tanam yaitu : I; II; III; IV dan V dan 2 tahun yaitu : 1993; 1994; 1995 dan total tahun 1993 sampai 1995. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran umum lokasi