g. Arbiretion
Bilamana kedua belah pihak yang bersengketa menyetujui intervensi pihak ketiga dan kedua pihak sudah harus menetujui sebelumnya untuk menerima
setiap keputusan pihak ketiga. h.
Adjudication Apabila terdapat intervensi pihak ketiga yang memiliki otoritas untuk
mengintervensi persengketaan dan membuat serta menerapkan keputusan yang diambil, baik yang di harapkan ataupun tidak oleh kedua belah pihak
bersengketa. Hal yang hampir sama juga diutarakan Mitchell et al. 2000 bahwa ada
empat jenis pendekatan alternatif penyelesian konflik, yaitu konsultasi publik, negoisasi, mediasi dan arbitrasi. Konsultasi publik diartikan sebagai cara untuk
menyelesaikan sengketa, serta merupakan alternatif disamping cara-cara melalui hukum, administrasi dan politis. Negoisasi melibatkan situasi dimana dua pihak
atau lebih kelompok bertemu secara sukarela dalam usaha untuk mencari isu-isu yang menyebabkan konflik antar mereka. Mediasi mempunyai karakteristik
bentuk khusus dari negoisasi ditambah dengan keterlibatan pihak ketiga yang netral sebagai mediator. Pihak ketiga tidak mempunyai kekuatan untuk
memutuskan kesepakatan, akan tetapi berfungsi sebagai fasilitator dan merumuskan persoalan, dengan tujuan untuk membantu pihak yang bersengketa
agar bersepakat. Ketika arbitrasi dipilih, pihak ketiga terlibat. Tidak seperti mediasi, pihak ketiga yang terlibat dan bertindak sebagai arbitator mempunyai
kewenangan untuk mengambil keputusan, yang mengikat ataupun tidak mengikat.
2.4 Taman Nasional
Taman Nasional merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Fungsi taman nasional adalah sebagai kawasan perlindungan sistem
penyangga kehidupan, pengawetan keragaman jenis tumbuhan dan satwa serta kawasan pemanfaatan secara lestari potensi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya Ngadiono 2004.
Menurut Mega 2009 hutan Aceh menjadi bagian dari paru-paru dunia yang salah satu kawasan lindungnya Taman Nasional Gunung Leuser oleh
UNESCO menjadi World Heritage. Luas hutan Aceh mencapai 3,3 juta hektar hutan tutupan atau 60 dari total luas wilayah Aceh 57.400 km
2
. Dengan luasan tersebut diperkirakan terdapat kandungan karbon sebesar 415 juta ton di
dalamnya. Ini merupakan aset yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas ekosistem Aceh dan Indonesia, dan berdampak positif pada peningkatan kualitas
kesejahteraan hidup masyarakat Aceh. Menurut Riyanto 2005 Taman Nasional sebagai kawasan pelestarian alam keberadaannya sangat penting sebagai sistem
penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Oleh
karena itu penetapan Taman Nasional di suatu daerah mempunyai arti penting baik dari teknis maupun yuridis. Selain penyusunan rencana pengelolaan Taman
Nasional serta perlindungan dan pengamanan kawasan, pemerintah segera membentuk unit pelaksanaan teknis UPT Taman Nasional di kawasan tersebut,
sehingga jelas adanya tugas dan tanggung jawab dari pengelola Riyanto 2005.
III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran
Kehidupan masyarakat desa hutan saat ini dihadapkan pada permasalahan yang kompleks. Peningkatan angka kelahiran dan perkembangan tanaman kakao
yang memiliki harga tinggi tentunya menggiurkan para petani untuk mengubah dan memperluas lahan perkebunannya menjadi permasalahan utama dalam
penyerobotan tanah yang terjadi di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Luas wilayah Aceh Tenggara sebagian besar menjadi bagian dalam kawasan
hutan konservasi yaitu seluas 280.160,94 ha atau 66,21 dari luas wilayah Aceh Tenggara sementara untuk wilayah pemukiman, pertanianperkebunan dan
aktifitas kehidupan hanya seluas 47.349,00 ha atau 11,19 Dinas Kehutanan 2010.
Kawasan TNGL memiliki potensi sumber daya yang tinggi meliputi sumber daya hayati dan non hayati. Potensi ini menarik para stakeholder yang
memiliki perbedaan pengaruh dan kepentingan. Para stakeholder tersebut meliputi instansi pemerintah, oraganisasi non pemerintah, dan masyarakat sekitar hutan
yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini. Tentunya pengaruh kepentingan ini akan menimbulkan konflik, timbulnya konflik tentu saja akan mempengaruhi
suatu pengelolaan sumber daya hutan di TNGL. Identifikasi konflik atas stakeholder dilakukan berdasarkan isu konflik,
penyebab konflik, dan wujud konflik. Kemudian proses identifikasi tersebut dianalisis sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan solusi dari konflik yang
terjadi, yang pada akhirnya fungsi kelestarian sumberdaya alam yang ada di TNGL dapat lestari.
Bagan alur pemikiran kajian konflik lahan di TNGL dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1 Bagan alur pemikiran kajian konflik lahan TNGL. Stakeholder
¾ BBTNGL
¾ BP-KEL
¾ LSM
¾ Masyarakat sekitar kawasan
¾ Aparat Keamanan
KONFLIK TNGL
SOLUSI
Penyebab konflik
Isu Konflik Wujud konflik
3.2 Waktu dan Tempat