Perumusan Masalah Kajian konflik lahan di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser: studi kasus Desa Lawe Mamas dan Desa Jambur Lak-lak STPN wilayah IV Badar BPTN wilayah II Kutacane, Aceh Tenggara

inilah penyelesaian konflik dapat diupayakan dengan mengembangkan aspek positif dari konflik dan dalam waktu bersamaan mencoba untuk mengurangi dampak negatifnya Wulan et al. 2004.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan tanaman perkebunan mengakibatkan peningkatan perambahan hutan. Meningkatnya jumlah penduduk Aceh Tenggara dalam beberapa tahun ini semakin meningkatkan kebutuhan mereka akan lahan baik itu untuk bertaniberkebun atau untuk dijadikan sebagai tempat tinggal. Perkembangan tanaman kakaocoklat yang memiliki harga yang tinggi juga meningkatkan minat masyarakat dalam melakukan alih fungsi lahan pertanian bahkan aksi pembukaan lahan baru terus meningkat hingga sampai ke dalam kawasan taman nasional yang pada akhirnya menimbulkan konflik antara masyarakat dengan pengelola. Seperti yang diutarakan Fuad dan Maskanah 2000 yang mengatakan pada akhirnya konflik diekspresikan dalam bentuk perusakan komponen hutan sendiri, baik yang berupa pembakaran tegakan hutan, pencabutan anakan pohon yang baru ditanam, penebangan tegakan pohon secara membabi buta dan liar, pendudukan dan penyerobotan lahan hutan, maupun bentuk-bentuk destruktif lainnya. 2. Sistem pengawasan dan pengelolaan hutan oleh negara yang memberikan tanggung jawab kepada Pengelola TNGL di bawah jaminan Kementrian Kehutanan dalam kegiatan pengawasan dan pengelolaan sehingga lestari. Tanggung jawab ini tidaklah mudah mengingat dinamika pertumbuhan baik manusia dan kebutuhan yang terus meningkat. Lebih lanjut Wirajardjo dalam Fuad dan Maskanah 2000 menyebutkan bahwa dari pengalaman empirik berbagai daerah di Indonesia, maka dapat dinyatakan bahwa penyebab konflik atas sumberdaya alam adalah konflik yang bersifat struktural. Konflik yang terjadi ketika ada ketimpangan untuk melakukan akses dan melakukan kontrol kepada pihak lain. Di sisi lain persoalan geografis dan faktor sejarahwaktu seringkali dijadikan alasan untuk memusatkan kekuasaan serta pengambilan keputusan yang hanya mementingkan pada satu pihak tertentu. 3. Peran stakeholder yaitu Pengelola TNGL, Pemerintah, LSM atau perusahaan yang memanfaatkan jasa kehutanan memberikan pengaruh dalam keberlangsungan kelestarian TNGL kerena tidak jarang juga mengambil keuntungan baik luasan lahan maupun menjadi mediator dalam penyelesaian konflik antara masyarakat dan pengelola TNGL.

1.3 Tujuan