Identifikasi Kontrak Kerja 1 Proses Perolehan Kontrak

Tabel 10. Omzet per kontraktor pemanenan skidding dalam satu kontrak di sektor Habinsaran No Nama Badan Usaha Lawas Pekerjaan Total Omzet Rpton 1 CV. Pahala Kencana Skidding 73.889.632 2 CV. Kasih Ibu Skidding 68.820.736 3 CV. Freddy Skidding 64.058.880 Sumber : Laporan produksi eucalyptus own dan kontraktor periode April 2005 di sektor Habinsaran. Tabel 11. Omzet per kontraktor pemanenan penebangan, penyaradan, pemuatan, pengangkutan dalam satu kontrak mitra di sektor Tele No Nama Badan Usaha Lawas Pekerjaan Total Omzet Rpton 1 CV. Ares PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan 114.296.780 2 CV. Piteng Jaya PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan 98.459.920 3 CV. Karya Sekawan Abadi PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan 157.237.080 4 CV. Soli Junior PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan 117.680.290 5 UD. TNN PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan 96.086.380 6 CV. Imelda PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan 92.665.300 7 CV. Baharaja Putra PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan 105.158.430 8 CV. Subur Roma Mido PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan 75.679.240 9 CV. Jilmi PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan 114.612.810 10 CV. Iwan Masindo Boy PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan 97.104.085 Sumber : Laporan produksi eucalyptus own dan kontraktor periode April 2005 di sektor Tele Berdasarkan ketiga kriteria skala usaha tersebut dapat disimpulkan bahwa mitra pemanenan hutan di PT. TPL, Tbk. merupakan usaha kecil menengah. Hal ini terlihat dari jumlah investasi terbesar pada bidang usaha penyaradan sebesar Rp. 1.300.000.000. Jumlah tenaga kerja tidak lebih dari 100 orang dan jumlah omzet terbesar Rp. 157.237.080. C. Identifikasi Kontrak Kerja C.1 Proses Perolehan Kontrak Proses perekrutan mitra dilakukan secara terbuka transparan oleh pihak perusahaan PT. TPL, Tbk. kepada masyarakat sekitar hutan yang memiliki modal untuk berperan serta dalam pengelolaan hutan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan membuka peluang usaha yang sama untuk setiap masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam pengelolaan huta n dan untuk menyetarakan informasi, sehingga ketidak sepadanan informasi dapat dideteksi sedini mungkin. Pendaftaran pengajuan kontrak dilakukan langsung ke pada pihak perusahaan bagian GAL atau SSL Social Security License yang ada di masing- masing sektor, yang bertugas khusus dalam perekrutan mitra. Khusus bagi mitra kegiatan pengangkutan, pengajuan kontrak dilakukan langsung di kantor pusat GAL di Porsea. Pengajuan kontrak dilakukan langsung oleh pemilik badan usaha atau yang mewakili disertai dengan surat kuasa. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pihak kontraktor atau mitra adalah dengan mengisi permohonan kontrak dan menandatangani surat negoisasi kerja contoh permohonan kontrak dan surat negoisasi kerja dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8 dengan melampirkan : 1. Fotocopy akte pendirian CVPT koperasi harus berbadan hukum 2. Fotocopy Surat Izin Tempat Usaha SITU 3. Fotocopy Nomor Peserta Wajib Pajak NPWP 4. Fotocopy Tanda Daftar Perusahaan 5. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk. Setelah segala persyaratan diisi oleh calon mitra, maka permohonan kontrak dikirim ke Mill Site di kantor pusat yang terletak di porsea. Kemudian permohonan kontrak dinilai oleh Tim Penilai PT. TPL, Tbk. General Manager, Manager GAL , Manager Keuangan dan Manajer Produksi. Setelah dinilai layak maka kontrak kerja baru di buat untuk masa berlaku empat bulan Lampiran 9, Lampiran 10 dan Lampiran 11. Apabila masa kontrak sudah habis maka dapat diperpanjang kembali apabila pihak mitra perusahaan kontraktor ingin melanjutkan kontrak kerja dengan pihak perusahaan dan apabila perusahaan membutuhkan mitra usaha untuk memproduksi kayu maka mitra usaha akan segera mendapatkan surat perjanjian kerja SPK. Pihak perusahaan juga mengevaluasi terlebih dahulu kinerja mitra selama bekerjasama dengan perusahaan untuk akhirnya diterima kembali. Gambar 3. Proses perolehan kontrak kerja pemanenan di PT. TPL, Tbk. Pihak PT.TPL,Tbk.User Instansi Pemerintah Mitra Usaha Informasi Pekerjaan Informasi Pekerjaan Informasi Pekerjaan Pengajuan permohonan kerjasama oleh calon mitra dengan syarat-syarat : 1. fotocopy akte pendirian CVPTKoperasi 2. Fotocopy Surat Izin Tempat Usaha SITU 3. Fotocopy Nomor Peserta Wajib Pajak NPWP 4. Fotocopy Tanda Daftar Perusahaan 5. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk Pengajuan permohonan kerjasama oleh calon mitra dengan syarat-syarat : 1.Fotocopy akte pendirian CVPTKoperasi 2.Fotocopy Surat Izin Tempat Usaha SITU 3.Fotocopy Nomor Peserta Wajib Pajak NPWP 4. Fotocopy Tanda Daftar Perusahaan 5.Fotocopy Kartu Tanda Penduduk Tim Penilai Pihak PT. TPL, Tbk. yang terdiri dari: 1. General Manager 2. Manager GAL 3. Manager Produksi 4. Manager Keuangan Surat Perjanjian Kerja Surat Perjanjian Kerja Disetujui C.2 Analisis Pola Hubungan Kontrak dan Lawas Pekerjaan Bentuk kontraktual yang dilaksanakan di PT. TPL, Tbk. adalah pemindahan hak untuk melaksanakan pekerjaan pemanenan dengan cara memborongkan pekerjaan hiring pemanenan kepada mitra. Adapun masa berlaku kontrak selama empat bulan, sehingga dapat dikategorikan pemindahan hak pengerjaan pemborongan aktivitas pemanenan yang berlaku di PT. TPL, Tbk. sebagai proses pemindahan hak transfer property of right secara sementara. Bentuk pengupahan yang terdapat dalam kontrak kerja antara PT. TPL, Tbk. dengan mitra usaha berdasarkan upah kubikasi tonasi. Mitra penebangan akan menerima upah penebangan sebesar Rp. 20.300 per ton, mitra penyaradan mendapat upah sebesar Rp. 16.000 per ton, mitra pemuatan mendapat upah Rp. 7.500 per ton dan untuk mitra pengangkutan akan memperoleh upah sesuia dengan tarif yang berlaku sesuai jarak tempuh. Untuk mitra usaha pengangkutan di sektor Habinsaran mendapat upah pengangkutan sebesar Rp. 42.500 per ton sedangkan untuk mitra usaha pengangkutan di sektor Tele mendapat upah pengangkutan sebesar Rp. 66.700 per ton. Lawas pekerjaan yang tertuang pada surat Perjanjian Kontrak Kerja dapat diklasifikasikan pada Tabel 12. Tabel 12. Hubungan kontrak lawas pekerjaan kerjasama antara pemegang HPHTI PT. TPL, Tbk. dengan mitra usaha di sektor Habinsaran dan sektor Tele No Lawas Kerjasama Sistem Pembayaran Tarif Pekerjaan Rpton 1 Penebangan kayu Pembayaran principal kepada agent berdasarkan hasil produksi 20.300 2 Penyaradan Kayu Pembayaran principal kepada agent berdasarkan hasil produksi 16.000 3 Pemuatan Kayu Pembayaran principal kepada agent berdasarkan hasil produksi 7.500 4 Pengangkutan kayu Pembayaran principal kepada agent berdasarkan hasil produksi Disesuaikan dengan jarak, untuk sektor Habinsaran Rp. 42.500 dan untuk sektor Tele Rp. 66.700 C.3 Pelaku Kemitraan antara Pihak PT. TPL, Tbk. dan Usaha Kecil Menengah Industri Pemanenan Hutan Dengan terlibatnya UKM-IPH dalam pengelolaan hutan di HPHTI PT. TPL, Tbk. maka terdapat tiga pelaku dalam pengelolaan hutan tana man industri ini, yaitu pemerintah sebagai pemilik sumberdaya hutan, pemegang HPHTI dalam hal ini PT. TPL, Tbk. dan UKM-IPH sebagai mitra pemegang HPHTI dalam melaksanakan kegiatan pemanenan hutan. Dari sudut pandang principal-agent, masuknya UKM-IPH menyebabkan adanya hubungan dua tingkat. Pertama antara Pemerintah dengan PT. TPL, Tbk. pemegang HPHTI dan kedua antara PT. TPL, Tbk. Pemegang HPHTI dengan UKM-IPH Pada hubungan tingkat pertama, PT. TPL, Tbk. bertindak sebagai pihak yang menjalankan sebagian kewenangan pemerintah dan pemerintah bertindak sebagai pemilik sumberdaya hutan. Sementara pada hubungan tingkat dua, UKM- IPH bertindak sebagai pihak yang melaksanakan sebagian hak yang dimiliki PT. TPL, Tbk. sebagai pemilik. Sehingga dapat dilihat bahwa dalam institusi pengelolaan hutan, pemerintah berfungsi sebagai principal murni, UKM-IPH sebagai agent murni, dan PT. TPL,Tbk. dapat berfungsi sebagai principal maupun sebagai agent tergantung pada hubungan tingkat mana melihatnya. Gunawan, 2005. C.4 Pelaksanaan Kontrak Kerja Pemanenan di PT. TPL, Tbk. Setiap pemborong wajib mendaftarkan pekerjanya ke departemen tenaga kerja untuk memperoleh jaminan asuransi tenaga kerja. Selain itu seluruh pemborong atau kontraktor harus melengkapi karyawannya dengan savety dan wajib mengikuti pelatihan maupun pendidikan yang diadakan perusahaan di masing-masing sektor hutan. Adapun beberapa materi yang diberikan selama proses pelatihan meliputi: 1 peningkatan motivasi dan jiwa kewirausahaan, 2 manajemen administrasi dan sumberdaya manusia, 3 keuangan, 4 produksi dan pemasaran, 5 pelatihan teknis dan studi lapangan sesuai dengan jenis usaha masing-masing. Bila kelompok kerja dinyatakan telah lulus oleh pihak perusahaan telah memenuhi persyaratan kerja dan diterima oleh perusahan sebagai mitra pemanenan maka mitra tersebut diberikan lokasi kerja oleh bagian planning atau superintendent harvesting . Mitra dilengkapi dengan peta, luas areal stand dan volume per Ha. Disamping pembuatan surat perjanjian kerja SPK, pihak perusahaan juga memberikan SOP Standar Operating Procedure, gambar teknik penebangan, pembersihan cabang, pembagian batang, penumpukan, penyaradan, pemuatan serta pengangkutan. C.4.1 Persiapan Sebelum Pemanenan Sebelum pelaksanaan kegiatan pemanenan, Harvesting Section Head sudah memastikan bahwa mitra telah paham akan pelaksanaan kegiatan pemanenan sesuai dengan yang dipersyaratkan, yaitu dengan menerangkan kepada mitra penebang yang bersangkutan yang dibuktikan dari hasil pengisian daftar isian pemahaman mitra Lampiran 12 akan kegiatan pemanenan sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam SOP Eucalyptus harvesting, dan pemeriksaan kelayakan tebang yang nantinya akan digunakan mitra untuk lokasi tebangan. Setelah paham dengan kewajiban yang dipersyaratkan, maka Harvesting Section Head bersama-sama dengan mitra penebang meninjau ke lapangan untuk memastikan gambaran lokasi tebangan yang siap untuk ditebang. Sebelum penebangan dilakukan, surat perintah tugas Lampiran 13 diberikan ke mitra yang berisi lokasi kerja, luas areal, volume, jangka waktu pekerjaan, peralatan yang dibutuhkan. C.4.2 Pelaksanaan Kontrak Kerja Penebangan, Pembagian Batang, dan Penumpukan. Kegiatan penebangan dilaksanakan oleh enam orang setiap regunya, dan penebang wajib menggunakan helm dan sepatu pengaman Setiap akan melakukan pemanenan kayu, penebang memastikan bahwa aeal yang bisa ditebang telah berada di luar kawasan lindung dan melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: a. Arah rebah tebangan mengarah ke jalur skid track untuk mempermudah pengumpulan pucuk dan ranting-ranting ke jalur skid track b. Arah rebah tebangan mengarah ke jalur skid track untuk mempermudah pengumpulan pucuk dan ranting-ranting ke jalur skid track c. Arah rebah tebangan mengarah ke jalur skid track untuk mempermudah pengumpulan pucuk dan ranting-ranting ke jalur skid track d. Arah rebah tebangan mengarah ke jalur skid track untuk mempermudah pengumpulan pucuk dan ranting-ranting ke jalur skid track e. Stacking mengarah ke jalur skid track dengan sud ut kira-kira 45 f. Harus menggunakan sistem takik rebah dan takik balas untuk diameter 20 cm ke atas g. Tinggi tunggul maksimal 10 cm dari permukaan tanah h. Posisi penebang dengan alat penarik dan penumpuk serta alat muat kayu berjarak lebih dari 2 x panjang kayu yang ditebang. i. Untuk kayu yang terbakar kulit sebelum ditebang harus dikuliti bagian yang terbakar j. Tidak menebang pohon yang tidak memungkinkan untuk ditarik, misalnya di pinggir jurang atau alur. Namun dalam pelaksanaannya kegiatan penebangan tidak sesuai dengan SOP yang telah dibuat oleh PT.TPL, Tbk. Hal ini diperoleh selama pengamatan pelaksanaan penebangan di lapangan. Perilaku sub optimal ini dapat dilihat selama pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan penebangan. Residual Wood Assessment RWA adalah kegiatan pengukuran yang dilakukan secara sistematik terhadap areal bekas penebangan terhadap sisa potongan kayu yang masih bisa digunakan atau yang bernilai ekonomis merchantable yang tertinggal dibekas areal penebangan Kegiatan penebangan kayu oleh mitra dinyatakan telah selesai apabila RWA yang tertinggal di areal yang dikerjakan tidak boleh melebihi 1 m 3 ha dan log hasil tebangan yang ditumpuk dalam stack telah disarad ke TPn. Adapun prosedur pengukuran RWA adalah sebagai berikut: a Dengan berakhirnya kegiatan penebangan maka sebelum areal diserahkan handling over ke bagian reforestation maka untuk memastikan bahwa kondisi lapangan telah bersih atau layak untuk ditanami dilakukan pengukuran kayu yang tertinggal yang masih bisa digunakan residual wood yang terdapat di areal bekas tebangan. b Luas sample perhitungan RWA ditentukan 5 500 m 2 ha dari areal yang akan di handling over c Sebelum RWA dilakukan di lapangan, planning sector membuat tanda areal yang akan di handling over, dengan memberi plot pada peta compartment d Catat luas areal yang akan diukur RWA-nya atau yang akan di handling over e Setelah ditentukan jarak terpanjang dari areal tersebut tarik lurus dengan menggunakan tali plastik dan dijadikan garis utama. f Pasang patok pada setiap jarak 20 me ter, untuk mempermudah perhitungan dan pada setiap patok ditandai sebagai plot 1 dan seterusnya g Tentukan area perhitungan sebesar 5 dari luas seluruh area dengan patokan garis utama h Semua merchantable wood yang kena garis plot dihitung i RWA tidak boleh melebihi 1m 3 ha untuk tanaman eucalyptus sp. dan 5 m 3 ha untuk hutan alam mix hard wood j Jika hasil pengukuran diperoleh RWA melebihi batas yang diperolehkan, pembersihan area harus dilakukan dan pengukuran ulang RWA dilakukan kembali. Peletakan area perhitungan dapat dilakukan pada lokasi yang berbeda dan tidak harus sama dengan lokasi pengukuran pertama. Perhitungan : Total RWA = 1 5 ... ha dari Sampling Areal Luas V IV III II I plot Kayu Sisa Total + + + + + Total RWA = ha m V IV III II I plot Kayu Sisa Total 05 . 3 ... _ + + + + Pemberian lokasi kerja oleh Planning dan Pakai dokumen Superintendent Harvesting Lokasi kerja telah selesai semua dikerjakan Pengecekan oleh foreman dan supt’harvesting Pembuatan laporan Pakai dokumen quality fellingstacking Dibuat oleh foreman dan sup’t harvesting dan diberikan kepada kontraktor Pakai dokumen Pengecekan bersama oleh environmental , planning, dan sup’t harvesting Pakai dokumen Pengukuran oleh tallyman Pembuatan laporan produksi Pakai dokumen dan amprahan invoice oleh kontraktor Dibuat oleh : Sup’t Harvesting Kontraktor yang mengerjakan dilengkapi dengan peta, luas areal, stand dan volume per Ha Kontraktor wajib: 1. Lokasi kerja telah selesai semua ditebang 2. Semua kayu dipotong dengan ukuran panjang 2,2 m. 3. Semua kayu produksi φ minimal 8 cm dengan kulit telah ditumpuk, dan dibuat galang 4 buah, φ galang maksimal 15 cm, minimal 10 cm dengan panjang 2,2 m 4. Ukuran tumpukan p= 2,2 m, l= 2m, t=1m, m= 2,6 m 3 5. Semua sampah dikumpul dalam jalur skid track 6. Semua pekerja harus menggunakan perlengkapan savety. Kontraktor melaporkan kepada foreman dan sup’t harvesting bahwa areal yang diberikan telah selesai ditumbang dan standar telah dipenuhi. Apabila telah disetujui, maka berhak diukur dan apabila ada yang perlu diperbaiki harus dikerjakan dan diukur kembali. Hasil pengukuran di tandatangani oleh kontraktor, planning, supv’ dan sup’t harvesting Disetujui oleh: Nama : CV Gambar 4. Proses pembuatan payment kontraktor pemanenan fellingstacking Gambar 5. Tumpukan kayu pada stack Gambar 6. Tempat penumpukan sementara TPn C.4.3 Pelaksanaan Kontrak Kerja Penyaradan Kegiatan penyaradan di PT. TPL, Tbk. berdasarkan tenaga yang digunakan terbagi menjadi dua yaitu penyaradan secara manual tenaga manusia dan penyaradan secara mekanis. Setiap kegiatan penyaradan harus mengikuti ketentuan-ketentuan berikut, yakni: 1 Semua skidding crew harus menggunakan sepatu savety, sarung tangan dan helm, 2 penarikan kayu oleh skidder harus melalui skid track yang sudah dibuat.3 sewaktu penarikan dilakukan, jangan menggunakan pisau blade, 4 tidak diperbolehkan menyeret kayu dipermukaan tanah di jalur skid track,5 penarikan dimulai dari ujung jalur ke arah jalan dengan sistem estafet 6 kayu hasil penarikan diletakkan di TPn sepanjang pinggir jalan, tersusun rapi dan tidak mengganggu lalu lintas jalan dan saluran drainase. Gambar 7. Aktivitas penyaradan kayu Eucalyptus sp. dengan skidder C.4.4 Pelaksanaan Kontrak Kerja Pemuatan Kegiatan pemuatan yang dilakukan di PT. TPL, Tbk terbagi atas dua yaitu 1 pemuatan manual manual loading, dan 2 pemuatan secara mekanis mechanical loading. Setiap kegiatan pemuatan harus memenuhi ketentuan tata cara yang telah diatur pada SOP, yakni : a. Pemuatan dilakukan oleh Kneckle Boom excavator b. Alat berat tidak diizinkan memuat di badan jalan dan tidak dibenarkan berada 20 meter dari radius lokasi muat. c. Pemuatan harus dimulai dari ujung jalan dan tidak ada yang boleh tertinggal. d. Susunan kayu di dalam logging truck melintang terhadap seksi truk angkut e. Penahan susunan kayu di belakang truk harus harus kayu yang kuat untuk menghindari jatuhnya kayu atau terjadi kecelakaan. f. Setelah pemuatan selesai, segera diikat dengan rantai yang standar g. Sewaktu memuat, truk tidak diizinkan untuk berpindah-pindah dari kontraktor satu ke kontraktor yang lainnya. Gambar 8. Aktivitas pemuatan kayu Eucalyptus sp. dengan Ekscavator PC-200-7 C.4.5 Pelaksanaan Kontrak Kerja Pengangkutan Kegiatan pengangkutan di PT. TPL, Tbk. dilakukan dengan alat angkut logging truck . Adapun jenis logging truck yang digunakan oleh mitra adalah Hino Double Axel. Dalam kegiatan pengangkutan, besar muatan tidak boleh melebihi kapasitas maksimum alat angkut 25 ton. Jika terjadi kelebihan muatan dapat mengakibatkan rusaknya jalan hutan yang akibatnya dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan pekerja mitra pengangkutan. C.4.6 Penilaian Kualitas Penebangan dan Penumpukan dan Serah Terima Area

a. Penilaian Kualitas Penebangan dan Penumpukan

Untuk memastikan mitra bekerja sesuai dengan SOP dan serta menilai kinerja dari mitra harvesting team leader melakukan penilaian terhadap beberapa hal penting seperti yang tertuang di dalam format Penilaian Kualitas Penebangan dan Penumpukan Lampiran 14. Penilaian dilakukan bersama -sama dengan mitra dan kemudian diperiksa kembali oleh harvesting section head yang berikutnya proses persetujuan dari sector departement head Apabila hasilnya diterima maka mitra dapat diizinkan pindah ke lokasi lain setelah mendapat persetujuan dari harvesting section head. Jika dari hasil penilaian menyatakan tidak diterima maka harvesting team leader menjelaskan tindakan perbaikan yang harus dilakukan.

b. Serah Terima Area

Serah terima area dilakukan oleh harvesting kepada reforestion. Sebelum serah terima area dilakukan, terlebih dahulu penilaian terhadap area yang akan diserahterimakan diperiksa oleh supervisor harvesting, planning sector dan environmental fire and safety untuk melihat aktivitas pemanenan yang dilakukan memenuhi standard yang diinginkan, seperti yang tertuang dalam format serah terima area Lampiran 15 D. Biaya Transaksi dan Kinerja Mitra D.1 Biaya Transaksi Perusahaan Akibat hubungan kontraktual antara PT. TPL, Tbk. dengan mitra usaha, timbul biaya transaksi, yaitu biaya-biaya untuk melaksanaka n kegiatan-kegiatan pengelolaan hutan dalam rangka menegakkan hak-hak dan kewajiban yang telah ditentukan dalam kontrak yang berlaku. Untuk mengestimasi biaya transaksi dalam hubungan kemitraan digunaka n pengertian biaya transaksi menurut Ostrom et al 1993. Besarnya biaya transaksi yang dikeluarkan oleh pihak PT. TPL, Tbk. per tahun berikut komponennya dapat dilihat pada Tabel 13 dan Tabel 14. Tabel 13. Rekapitulasi biaya transaksi PT. TPL.Tbk, sektor Habinsaran No Komponen Biaya Transaksi Besarnya Biaya Transaksi Rp I Biaya Informasi a. Sosialisasi dibukanya lowongan pekerjaan ke Kec. Sipahutar b. Sosialisasi dibukanya lowongan pekerjaan ke Kec. Laguboti c. Sosialisasi dibukanya lowongan pekerjaan ke Kec. Borbor d. Sosialisasi dibukanya lowongan pekerjaan ke Kec. Parsoburan e. Selebaran pengumuman dibukanya lowongan pekerjaan f. Transportasi mengundang mitra untuk rapat di kantor sektor sebanyak tiga kali g. Fotocopy undangan rapat 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 70.000 20.000 Total I 340.000 II Biaya Koordinasi a. Fotocopy bahan rapat tahap I mengenai pengenalan PT.TPL,Tbk brosur-brosur pemandu tentang paradigma baru PT.TPL.Tbk dan cara membuka SPK b. Fotocopy bahan rapat tahap II mengenai pembagian lokasiactivity c. Fotocopy bahan rapat tahap III mengenai penandatanganan invoice dan SPK d. Pelatihan administrasi kepada mitra dilakukan sebanyak dua gelombang di kantor pusat Porsea Rp. 600.000 e. Gaji pengawasforeman per tahun 100.000 100.000 100.000 1.200.000 722.100.000 Total II 723.600.000 Lanjutan Tabel 13 No Komponen Biaya Transaksi Besarnya Biaya Transaksi Rp

III. Biaya Strategis

a. Jamuan dalam rangka sosialisasi pekerjaan dengan tokoh-tokoh adat, agama, masyarakat, kepala desa di kecamatan Sipahutar b. Jamuan dalam rangka sosialisasi pekerjaan dengan tokoh-tokoh adat, agama, masyarakat, kepala desa di kecamaatn Borbor c. Jamuan dalam rangka sosialisasi pekerjaan dengan tokoh-tokoh adat, agama, masyaraka, kepala desa di kecamatan Laguboti d. Jamuan dalam rangka sosialisasi pekerjaan dengan tokoh-tokoh adat, agama, masyarakat, kepala desa di kecamatan Parsoburan e. Jamuan rapat dengan mitra sebanyak tiga kali Rp. 1.000.000 200.000 200.000 200.000 200.000 3.000.000 Total III 3.800.000 Total biaya transaksi Total I+Total II+ Total III 726.740.000 Tabel 14. Rekapitulasi biaya transaksi PT. TPL.Tbk, sektor Tele No Komponen Biaya Transaksi Besarnya Biaya Transaksi I Biaya informasi a. Sosialisasi dibukanya lowongan pekerjaan ke dusun Hutagalung, Desa Partungkonaginjang Kecamatan Harian Boho b. Sosialisasi dibukanya lowongan pekerjaan ke Dusun Bariara, Tele, Haria Pintu, Desa Partungko Niginjang c. Sosialisasi dibukanya lowongan pekerjaan ke Desa Hutajulu, Hutagindang, Sipituhuta d. Sosialisasi dibukanya lowongan pekerjaan ke Dolok Sanggul e. Selebaran pengumuman dibukanya lowongan pekerjaan f. Transportasi mengundang mitra untuk rapat di kantor sektor sebanyak tiga kali

g. Fotocopy undangan rapat

55.000 75.000 75.000 75.000 50.000 102.000 20.000 Total I 452.000 II Biaya koordinasi a. Fotocopy bahan rapat tahap I mengenai pengenalan PT.TPL,Tbk brosur-brosur pemandu tentang paradigma baru PT.TPL.Tbk dan cara membuka SPK b. Fotocopy bahan rapat tahap II mengenai pembagian lokasiactivity c. Fotocopy bahan rapat tahap III mengenai penandatanganan invoice dan SPK d. Pelatihan administrasi kepada mitra dilakukan sebanyak dua gelombang di kantor pusat Porsea Rp. 900.000 e. Gaji pengawasforeman per tahun 100.000 100.000 100.000 1.200.000 722.100.000 Total II 723.600.000 III Biaya strategis a. Jamuan dalam rangka sosialisasi pekerjaan dengan tokoh-tokoh adat, agama, masyarakat, kepala desa di dusun Hutagalung, Desa Partungko Naginjang Kecamatan Harian Boho b. Jamuan dalam rangka sosialisasi pekerjaan dengan tokoh-tokoh adat, agama, masyarakat di Dusun Bariara, Tele, Hariara Pintu, Desa Partungko Niginjang c. Jamuan dalam rangka sosialisasi pekerjaan dengan tokoh-tokoh adat, agama, masyarakat di Desa Hutajulu, Hutapaung, Sipituhuta d. Jamuan dalam rangka sosialisasi pekerjaan dengan tokoh-tokoh adat, agama, masyarakat di Dolok Sanggul, Nagasaribu e. Jamuan rapat dengan mitra sebanyak tiga kali Rp. 1.000.000 200.000 400.000 500.000 500.000 3.000.000 Total III 4.600.000 Total biaya transaksi Total I+Total II+ Total III 729.252.000 Besarnya biaya transaksi yang dikeluarkan perusahaan pada kedua sektor tersebut tidak berbeda jauh. Hal yang membedakan adalah lokasi atau jarak antara kantor sektor Tele dengan masyarakat sekitar lebih jauh bila dibandingkan dengan di sektor Habinsaran.