Identifikasi Kontrak Kerja 1 Proses Perolehan Kontrak
Tabel 10. Omzet per kontraktor pemanenan skidding dalam satu kontrak di sektor Habinsaran
No Nama Badan Usaha
Lawas Pekerjaan Total Omzet
Rpton
1 CV. Pahala Kencana
Skidding
73.889.632 2
CV. Kasih Ibu Skidding
68.820.736 3
CV. Freddy Skidding
64.058.880 Sumber : Laporan produksi eucalyptus own dan kontraktor periode April 2005 di sektor
Habinsaran.
Tabel 11. Omzet per kontraktor pemanenan penebangan, penyaradan, pemuatan, pengangkutan dalam satu kontrak mitra di sektor Tele
No Nama Badan Usaha
Lawas Pekerjaan Total Omzet
Rpton
1 CV. Ares
PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan
114.296.780 2
CV. Piteng Jaya PenebanganPenyaradan
PemuatanPengangkutan 98.459.920
3 CV. Karya Sekawan
Abadi PenebanganPenyaradan
PemuatanPengangkutan 157.237.080
4 CV. Soli Junior
PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan
117.680.290 5
UD. TNN PenebanganPenyaradan
PemuatanPengangkutan 96.086.380
6 CV. Imelda
PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan
92.665.300 7
CV. Baharaja Putra PenebanganPenyaradan
PemuatanPengangkutan 105.158.430
8 CV. Subur Roma Mido
PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan
75.679.240 9
CV. Jilmi PenebanganPenyaradan
PemuatanPengangkutan 114.612.810
10 CV. Iwan Masindo Boy
PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan
97.104.085 Sumber : Laporan produksi eucalyptus own dan kontraktor periode April 2005 di sektor Tele
Berdasarkan ketiga kriteria skala usaha tersebut dapat disimpulkan bahwa mitra pemanenan hutan di PT. TPL, Tbk. merupakan usaha kecil menengah. Hal
ini terlihat dari jumlah investasi terbesar pada bidang usaha penyaradan sebesar Rp. 1.300.000.000. Jumlah tenaga kerja tidak lebih dari 100 orang dan jumlah
omzet terbesar Rp. 157.237.080.
C. Identifikasi Kontrak Kerja C.1 Proses Perolehan Kontrak
Proses perekrutan mitra dilakukan secara terbuka transparan oleh pihak perusahaan PT. TPL, Tbk. kepada masyarakat sekitar hutan yang memiliki modal
untuk berperan serta dalam pengelolaan hutan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan membuka peluang usaha yang sama untuk setiap masyarakat yang
ingin berpartisipasi dalam pengelolaan huta n dan untuk menyetarakan informasi, sehingga ketidak sepadanan informasi dapat dideteksi sedini mungkin.
Pendaftaran pengajuan kontrak dilakukan langsung ke pada pihak perusahaan bagian GAL atau SSL Social Security License yang ada di masing-
masing sektor, yang bertugas khusus dalam perekrutan mitra. Khusus bagi mitra kegiatan pengangkutan, pengajuan kontrak dilakukan langsung di kantor pusat
GAL di Porsea. Pengajuan kontrak dilakukan langsung oleh pemilik badan usaha atau yang mewakili disertai dengan surat kuasa.
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pihak kontraktor atau mitra adalah dengan mengisi permohonan kontrak dan menandatangani surat negoisasi
kerja contoh permohonan kontrak dan surat negoisasi kerja dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8 dengan melampirkan :
1. Fotocopy akte pendirian CVPT koperasi harus berbadan hukum 2. Fotocopy Surat Izin Tempat Usaha SITU
3. Fotocopy Nomor Peserta Wajib Pajak NPWP 4. Fotocopy Tanda Daftar Perusahaan
5. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk. Setelah segala persyaratan diisi oleh calon mitra, maka permohonan
kontrak dikirim ke Mill Site di kantor pusat yang terletak di porsea. Kemudian permohonan kontrak dinilai oleh Tim Penilai PT. TPL, Tbk. General Manager,
Manager GAL , Manager Keuangan dan Manajer Produksi. Setelah dinilai layak
maka kontrak kerja baru di buat untuk masa berlaku empat bulan Lampiran 9, Lampiran 10 dan Lampiran 11. Apabila masa kontrak sudah habis maka dapat
diperpanjang kembali apabila pihak mitra perusahaan kontraktor ingin melanjutkan kontrak kerja dengan pihak perusahaan dan apabila perusahaan
membutuhkan mitra usaha untuk memproduksi kayu maka mitra usaha akan segera mendapatkan surat perjanjian kerja SPK. Pihak perusahaan juga
mengevaluasi terlebih dahulu kinerja mitra selama bekerjasama dengan perusahaan untuk akhirnya diterima kembali.
Gambar 3. Proses perolehan kontrak kerja pemanenan di PT. TPL, Tbk.
Pihak PT.TPL,Tbk.User Instansi Pemerintah
Mitra Usaha Informasi Pekerjaan
Informasi Pekerjaan Informasi Pekerjaan
Pengajuan permohonan kerjasama oleh calon mitra
dengan syarat-syarat : 1. fotocopy akte pendirian
CVPTKoperasi 2. Fotocopy Surat Izin Tempat
Usaha SITU 3. Fotocopy Nomor Peserta
Wajib Pajak NPWP 4. Fotocopy Tanda Daftar
Perusahaan 5. Fotocopy Kartu Tanda
Penduduk Pengajuan permohonan
kerjasama oleh calon mitra dengan syarat-syarat :
1.Fotocopy akte pendirian
CVPTKoperasi 2.Fotocopy Surat Izin
Tempat Usaha SITU 3.Fotocopy Nomor Peserta
Wajib Pajak NPWP 4. Fotocopy Tanda Daftar
Perusahaan 5.Fotocopy Kartu Tanda
Penduduk
Tim Penilai Pihak PT. TPL, Tbk. yang terdiri
dari: 1. General Manager
2. Manager GAL 3. Manager Produksi
4. Manager Keuangan
Surat Perjanjian Kerja Surat Perjanjian Kerja
Disetujui
C.2 Analisis Pola Hubungan Kontrak dan Lawas Pekerjaan
Bentuk kontraktual yang dilaksanakan di PT. TPL, Tbk. adalah pemindahan hak untuk melaksanakan pekerjaan pemanenan dengan cara
memborongkan pekerjaan hiring pemanenan kepada mitra. Adapun masa berlaku kontrak selama empat bulan, sehingga dapat dikategorikan pemindahan
hak pengerjaan pemborongan aktivitas pemanenan yang berlaku di PT. TPL, Tbk. sebagai proses pemindahan hak transfer property of right secara sementara.
Bentuk pengupahan yang terdapat dalam kontrak kerja antara PT. TPL, Tbk. dengan mitra usaha berdasarkan upah kubikasi tonasi. Mitra penebangan
akan menerima upah penebangan sebesar Rp. 20.300 per ton, mitra penyaradan mendapat upah sebesar Rp. 16.000 per ton, mitra pemuatan mendapat upah
Rp. 7.500 per ton dan untuk mitra pengangkutan akan memperoleh upah sesuia dengan tarif yang berlaku sesuai jarak tempuh. Untuk mitra usaha pengangkutan
di sektor Habinsaran mendapat upah pengangkutan sebesar Rp. 42.500 per ton sedangkan untuk mitra usaha pengangkutan di sektor Tele mendapat upah
pengangkutan sebesar Rp. 66.700 per ton. Lawas pekerjaan yang tertuang pada surat Perjanjian Kontrak Kerja dapat diklasifikasikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Hubungan kontrak lawas pekerjaan kerjasama antara pemegang HPHTI PT. TPL, Tbk. dengan mitra usaha di sektor Habinsaran
dan sektor Tele
No Lawas Kerjasama
Sistem Pembayaran Tarif Pekerjaan Rpton
1 Penebangan kayu
Pembayaran principal kepada agent
berdasarkan hasil produksi 20.300
2 Penyaradan Kayu
Pembayaran principal kepada agent
berdasarkan hasil produksi 16.000
3 Pemuatan Kayu
Pembayaran principal kepada agent
berdasarkan hasil produksi 7.500
4 Pengangkutan kayu Pembayaran principal kepada
agent berdasarkan hasil produksi
Disesuaikan dengan jarak, untuk sektor Habinsaran
Rp. 42.500 dan untuk sektor Tele Rp.
66.700
C.3 Pelaku Kemitraan antara Pihak PT. TPL, Tbk. dan Usaha Kecil Menengah Industri Pemanenan Hutan
Dengan terlibatnya UKM-IPH dalam pengelolaan hutan di HPHTI PT. TPL, Tbk. maka terdapat tiga pelaku dalam pengelolaan hutan tana man industri
ini, yaitu pemerintah sebagai pemilik sumberdaya hutan, pemegang HPHTI dalam hal ini PT. TPL, Tbk. dan UKM-IPH sebagai mitra pemegang HPHTI dalam
melaksanakan kegiatan pemanenan hutan. Dari sudut pandang principal-agent, masuknya UKM-IPH menyebabkan adanya hubungan dua tingkat. Pertama antara
Pemerintah dengan PT. TPL, Tbk. pemegang HPHTI dan kedua antara PT. TPL, Tbk. Pemegang HPHTI dengan UKM-IPH
Pada hubungan tingkat pertama, PT. TPL, Tbk. bertindak sebagai pihak yang menjalankan sebagian kewenangan pemerintah dan pemerintah bertindak
sebagai pemilik sumberdaya hutan. Sementara pada hubungan tingkat dua, UKM- IPH bertindak sebagai pihak yang melaksanakan sebagian hak yang dimiliki
PT. TPL, Tbk. sebagai pemilik. Sehingga dapat dilihat bahwa dalam institusi pengelolaan hutan, pemerintah berfungsi sebagai principal murni, UKM-IPH
sebagai agent murni, dan PT. TPL,Tbk. dapat berfungsi sebagai principal maupun sebagai agent tergantung pada hubungan tingkat mana melihatnya. Gunawan,
2005.
C.4 Pelaksanaan Kontrak Kerja Pemanenan di PT. TPL, Tbk.
Setiap pemborong wajib mendaftarkan pekerjanya ke departemen tenaga kerja untuk memperoleh jaminan asuransi tenaga kerja. Selain itu seluruh
pemborong atau kontraktor harus melengkapi karyawannya dengan savety dan wajib mengikuti pelatihan maupun pendidikan yang diadakan perusahaan di
masing-masing sektor hutan. Adapun beberapa materi yang diberikan selama proses pelatihan meliputi: 1 peningkatan motivasi dan jiwa kewirausahaan, 2
manajemen administrasi dan sumberdaya manusia, 3 keuangan, 4 produksi dan pemasaran, 5 pelatihan teknis dan studi lapangan sesuai dengan jenis usaha
masing-masing. Bila kelompok kerja dinyatakan telah lulus oleh pihak perusahaan telah
memenuhi persyaratan kerja dan diterima oleh perusahan sebagai mitra pemanenan maka mitra tersebut diberikan lokasi kerja oleh bagian planning atau
superintendent harvesting . Mitra dilengkapi dengan peta, luas areal stand dan
volume per Ha. Disamping pembuatan surat perjanjian kerja SPK, pihak perusahaan juga memberikan SOP Standar Operating Procedure, gambar teknik
penebangan, pembersihan cabang, pembagian batang, penumpukan, penyaradan, pemuatan serta pengangkutan.
C.4.1 Persiapan Sebelum Pemanenan
Sebelum pelaksanaan kegiatan pemanenan, Harvesting Section Head sudah memastikan bahwa mitra telah paham akan pelaksanaan kegiatan
pemanenan sesuai dengan yang dipersyaratkan, yaitu dengan menerangkan kepada mitra penebang yang bersangkutan yang dibuktikan dari hasil pengisian daftar
isian pemahaman mitra Lampiran 12 akan kegiatan pemanenan sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam SOP Eucalyptus harvesting, dan pemeriksaan
kelayakan tebang yang nantinya akan digunakan mitra untuk lokasi tebangan. Setelah paham dengan kewajiban yang dipersyaratkan, maka Harvesting
Section Head bersama-sama dengan mitra penebang meninjau ke lapangan untuk
memastikan gambaran lokasi tebangan yang siap untuk ditebang. Sebelum penebangan dilakukan, surat perintah tugas Lampiran 13 diberikan ke mitra
yang berisi lokasi kerja, luas areal, volume, jangka waktu pekerjaan, peralatan yang dibutuhkan.
C.4.2 Pelaksanaan Kontrak Kerja Penebangan, Pembagian Batang, dan Penumpukan.
Kegiatan penebangan dilaksanakan oleh enam orang setiap regunya, dan penebang wajib menggunakan helm dan sepatu pengaman Setiap akan melakukan
pemanenan kayu, penebang memastikan bahwa aeal yang bisa ditebang telah berada di luar kawasan lindung dan melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut: a. Arah rebah tebangan mengarah ke jalur skid track untuk mempermudah
pengumpulan pucuk dan ranting-ranting ke jalur skid track b. Arah rebah tebangan mengarah ke jalur skid track untuk mempermudah
pengumpulan pucuk dan ranting-ranting ke jalur skid track c. Arah rebah tebangan mengarah ke jalur skid track untuk mempermudah
pengumpulan pucuk dan ranting-ranting ke jalur skid track d.
Arah rebah tebangan mengarah ke jalur skid track untuk mempermudah pengumpulan pucuk dan ranting-ranting ke jalur skid track
e. Stacking mengarah ke jalur skid track dengan sud ut kira-kira 45
f. Harus menggunakan sistem takik rebah dan takik balas untuk diameter 20 cm ke atas
g. Tinggi tunggul maksimal 10 cm dari permukaan tanah h. Posisi penebang dengan alat penarik dan penumpuk serta alat muat kayu
berjarak lebih dari 2 x panjang kayu yang ditebang. i. Untuk kayu yang terbakar kulit sebelum ditebang harus dikuliti bagian yang
terbakar j. Tidak menebang pohon yang tidak memungkinkan untuk ditarik, misalnya di
pinggir jurang atau alur. Namun dalam pelaksanaannya kegiatan penebangan tidak sesuai dengan
SOP yang telah dibuat oleh PT.TPL, Tbk. Hal ini diperoleh selama pengamatan pelaksanaan penebangan di lapangan. Perilaku sub optimal ini dapat dilihat
selama pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan penebangan. Residual Wood Assessment
RWA adalah kegiatan pengukuran yang dilakukan secara sistematik terhadap areal bekas penebangan terhadap sisa
potongan kayu yang masih bisa digunakan atau yang bernilai ekonomis merchantable yang tertinggal dibekas areal penebangan Kegiatan penebangan
kayu oleh mitra dinyatakan telah selesai apabila RWA yang tertinggal di areal yang dikerjakan tidak boleh melebihi 1 m
3
ha dan log hasil tebangan yang ditumpuk dalam stack telah disarad ke TPn. Adapun prosedur pengukuran RWA
adalah sebagai berikut: a Dengan berakhirnya kegiatan penebangan maka sebelum areal diserahkan
handling over ke bagian reforestation maka untuk memastikan bahwa kondisi lapangan telah bersih atau layak untuk ditanami dilakukan pengukuran
kayu yang tertinggal yang masih bisa digunakan residual wood yang terdapat di areal bekas tebangan.
b Luas sample perhitungan RWA ditentukan 5 500 m
2
ha dari areal yang akan di handling over
c Sebelum RWA dilakukan di lapangan, planning sector membuat tanda areal yang akan di handling over, dengan memberi plot pada peta compartment
d Catat luas areal yang akan diukur RWA-nya atau yang akan di handling over
e Setelah ditentukan jarak terpanjang dari areal tersebut tarik lurus dengan menggunakan tali plastik dan dijadikan garis utama.
f Pasang patok pada setiap jarak 20 me ter, untuk mempermudah perhitungan dan pada setiap patok ditandai sebagai plot 1 dan seterusnya
g Tentukan area perhitungan sebesar 5 dari luas seluruh area dengan patokan garis utama
h Semua merchantable wood yang kena garis plot dihitung i RWA tidak boleh melebihi 1m
3
ha untuk tanaman eucalyptus sp. dan 5 m
3
ha untuk hutan alam mix hard wood
j Jika hasil pengukuran diperoleh RWA melebihi batas yang diperolehkan, pembersihan area harus dilakukan dan pengukuran ulang RWA dilakukan
kembali. Peletakan area perhitungan dapat dilakukan pada lokasi yang berbeda dan tidak harus sama dengan lokasi pengukuran pertama.
Perhitungan : Total RWA =
1 5
... ha
dari Sampling
Areal Luas
V IV
III II
I plot
Kayu Sisa
Total +
+ +
+ +
Total RWA = ha
m V
IV III
II I
plot Kayu
Sisa Total
05 .
3 ...
_ +
+ +
+
Pemberian lokasi kerja oleh Planning dan
Pakai dokumen Superintendent Harvesting
Lokasi kerja telah selesai semua dikerjakan
Pengecekan oleh foreman dan supt’harvesting
Pembuatan laporan Pakai dokumen quality fellingstacking
Dibuat oleh foreman dan sup’t harvesting
dan diberikan kepada kontraktor
Pakai dokumen Pengecekan bersama oleh environmental
, planning, dan sup’t harvesting
Pakai dokumen Pengukuran oleh tallyman
Pembuatan laporan produksi Pakai dokumen dan amprahan invoice oleh
kontraktor
Dibuat oleh : Sup’t Harvesting
Kontraktor yang mengerjakan dilengkapi dengan peta, luas
areal, stand dan volume per Ha
Kontraktor wajib: 1. Lokasi kerja telah selesai
semua ditebang 2. Semua kayu dipotong dengan
ukuran panjang 2,2 m. 3. Semua kayu produksi
φ minimal 8 cm dengan kulit
telah ditumpuk, dan dibuat galang 4 buah,
φ galang
maksimal 15 cm, minimal 10 cm dengan panjang 2,2 m
4. Ukuran tumpukan p= 2,2 m, l= 2m, t=1m, m= 2,6 m
3
5. Semua sampah dikumpul dalam jalur skid track
6. Semua pekerja harus menggunakan perlengkapan
savety. Kontraktor melaporkan kepada
foreman dan sup’t harvesting
bahwa areal yang diberikan telah selesai ditumbang dan standar
telah dipenuhi. Apabila telah disetujui, maka
berhak diukur dan apabila ada yang perlu diperbaiki harus
dikerjakan dan diukur kembali. Hasil pengukuran di tandatangani
oleh kontraktor, planning, supv’ dan sup’t harvesting
Disetujui oleh: Nama :
CV
Gambar 4. Proses pembuatan payment kontraktor pemanenan fellingstacking
Gambar 5. Tumpukan kayu pada stack
Gambar 6. Tempat penumpukan sementara TPn
C.4.3 Pelaksanaan Kontrak Kerja Penyaradan
Kegiatan penyaradan di PT. TPL, Tbk. berdasarkan tenaga yang digunakan terbagi menjadi dua yaitu penyaradan secara manual tenaga manusia
dan penyaradan secara mekanis. Setiap kegiatan penyaradan harus mengikuti ketentuan-ketentuan berikut, yakni: 1 Semua skidding crew harus menggunakan
sepatu savety, sarung tangan dan helm, 2 penarikan kayu oleh skidder harus melalui skid track yang sudah dibuat.3 sewaktu penarikan dilakukan, jangan
menggunakan pisau blade, 4 tidak diperbolehkan menyeret kayu dipermukaan tanah di jalur skid track,5 penarikan dimulai dari ujung jalur ke arah jalan
dengan sistem estafet 6 kayu hasil penarikan diletakkan di TPn sepanjang pinggir jalan, tersusun rapi dan tidak mengganggu lalu lintas jalan dan saluran
drainase.
Gambar 7. Aktivitas penyaradan kayu Eucalyptus sp. dengan skidder
C.4.4 Pelaksanaan Kontrak Kerja Pemuatan
Kegiatan pemuatan yang dilakukan di PT. TPL, Tbk terbagi atas dua yaitu 1 pemuatan manual manual loading, dan 2 pemuatan secara mekanis
mechanical loading. Setiap kegiatan pemuatan harus memenuhi ketentuan tata cara yang telah diatur pada SOP, yakni :
a. Pemuatan dilakukan oleh Kneckle Boom excavator b. Alat berat tidak diizinkan memuat di badan jalan dan tidak dibenarkan berada
20 meter dari radius lokasi muat. c. Pemuatan harus dimulai dari ujung jalan dan tidak ada yang boleh tertinggal.
d. Susunan kayu di dalam logging truck melintang terhadap seksi truk angkut e. Penahan susunan kayu di belakang truk harus harus kayu yang kuat untuk
menghindari jatuhnya kayu atau terjadi kecelakaan. f. Setelah pemuatan selesai, segera diikat dengan rantai yang standar
g. Sewaktu memuat, truk tidak diizinkan untuk berpindah-pindah dari kontraktor satu ke kontraktor yang lainnya.
Gambar 8. Aktivitas pemuatan kayu Eucalyptus sp. dengan Ekscavator PC-200-7 C.4.5 Pelaksanaan Kontrak Kerja Pengangkutan
Kegiatan pengangkutan di PT. TPL, Tbk. dilakukan dengan alat angkut logging truck
. Adapun jenis logging truck yang digunakan oleh mitra adalah Hino Double Axel. Dalam kegiatan pengangkutan, besar muatan tidak boleh melebihi
kapasitas maksimum alat angkut 25 ton. Jika terjadi kelebihan muatan dapat mengakibatkan rusaknya jalan hutan yang akibatnya dapat membahayakan
kesehatan dan keselamatan pekerja mitra pengangkutan.
C.4.6 Penilaian Kualitas Penebangan dan Penumpukan dan Serah Terima Area