HPHHPHTI dan kontraktor sesuai kesepakatan. Model ini lebih disenangi daripada model kedua kerja jasa karena kontraktor memperoleh kepastian
pembayaran atas jasa pengeluaran kayu Nugroho, 2003
B.3. Latar Belakang Timbulnya Kemitraan
Latar belakang timbulnya kemitraan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil antara lain:
1. Latar belakang pengusaha besar bermitra dengan pengusaha kecil yaitu : a Adanya himbauan pemerintah tentang kemitraan pengusaha besar dengan
pengusaha kecil atau petani yang direalisasikan melalui Undang-Undang Perindustrian No.5 Tahun 1981
b Adanya imbauan bisnis ekonomi di mana pengusaha besar yang bermitra lebih diuntungkan daripada mengerjakan sendiri.
c Tanggung jawab sosial, yaitu kepedulian dari pengusaha besar untuk memajukan dan mengembangkan masyarakat sekitar.
2. Latar belakang pengusaha kecil bermitra dengan pengusaha besar, yaitu : a Adanya jaminan pasar yang pasti.
b Mengharapkan adanya bantuan dalam hal pembinaan, pemodalan, dan pemasaran.
c Kewajiban untuk bermitra Perusahaan Inti RakyatPIR dengan pengusaha besar.
d Kerjasama dengan pengusaha besar akan lebih menguntungkan, baik dari segi harga, jumlah, dan kepastian, maupun dari segi promosi.
C. Biaya Transaksi
Biaya transaksi adalah biaya untuk mengukur nilai atribut barang dan jasa information cost yang akan dipertukarkan, biaya untuk melindungi hak atas
barang exclusion cost, serta biaya untuk menetapkan kontrakperjanjian contractual cost dan biaya untuk menjalankan perjanjian policing cost North,
1990 dalam Priyono, 2004.
Menurut Ostorm, Schroeder dan Wynee 1993 dalam Nugroho 2003 biaya transaksi meliputi :
1. Biaya Informasi Information Cost Biaya informasi information cost adalah biaya-biaya yang diperlukan
untuk mencari dan mengorganisasi data, termasuk biaya atas kesalahan informasi sebagai akibat kesenjangan pengetahuan tentang variable waktu dan tempat serta
ilmu pengetahuan. 2. Biaya Koordinasi Coordination Cost
Biaya koordinasi coordination cost adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk waktu, modal, dan personil yang diinvestasikan dalam negoisasi,
pengawasan, dan kesepakatan antara pelaku. 3. Biaya Strategis Strategic Cost
Biaya strategis strategic cost adalah biaya-biaya yang akan dikeluarkan sebagai akibat informasi, kekuasaan, dan sumberdaya lainnya tidak sepadan
diantara pelaku, umumnya berupa pengeluaran untuk membiayai free riding, rent seeking
dan corruption Hubungan principal-agent yang efisien menjadi sesuatu yang kompleks
untuk dipecahkan. Besarnya biaya transaksi sangat dipengaruhi oleh derajat ketidaksepadanan informasi asssymetric information, kekuasaan, kepemilikan
asset endowment yang dimiliki oleh pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut. Asssymetric information
muncul karena pada umumnya pihak agent menguasai informasi tentang keragaan work effort yang ada pada dirinya, sedangkan
informasi tentang keragaan agent yang dimiliki oleh principal umumnya sangat terbatas. Pada kondisi demikian, maka principal menghadapi dua risiko yaitu
risiko salah memilih agent yang sesuai dengan keinginan adverse selection of risk
pada ex ante sebelum kontrak dibuat dan resiko agent ingkar janji moral hazard
pada ex post setelah kontrak disepakati. Semakin tidak sepadan informasi, kekuasaan dan endowment yang dimiliki oleh para pihak yang
mengadakan pertukaran, biaya transaksi ini akan semakin besar Nugroho, 2003. Teori dan konsep biaya transaksi menyatakan bahwa pada prinsipnya
situasi biaya transaksi tinggi yang terjadi akan menyebabkan perilaku moral hazard
dari para pihak yang terlibat dalam pengelolaan hutan yaitu bentuk
perilaku opurtunistis atau free riding, antara lain terdiri dari perilaku sub optimal, malas shirking dan pencarian rente rent seeking dan korupsi corruption,
seperti yang dinyatakan oleh Ostrom et al 1993.
III. METODOLOGI PENELITIAN