Skala Usaha HASIL DAN PEMBAHASAN

Sesuai dengan hasil wawancara, sebagian mitra atau kontraktor mengeluh dengan diberlakukannya sistem pembayaran baru tersebut, hal ini dikarenakan, mitra harus menunggu pembayaran 100 setelah kayu diangkut ke pabrik terlebih dahulu, sedangkan pada kenyataannya kayu dibiarkan menumpuk lama di TPn sebelum akhirnya diangkut maksimal 6 bulan. Hal ini juga merugikan pihak mitra apabila kayu lama diangkut ke pabrik maka kayu semakin menyusut dan beratnya berkurang sehingga hasil yang mereka terima akan berkurang pula. Lamanya kayu diangkut dari TPn dikarenakan infrastruktur jalan yang kurang baik, sehingga kayu terhambat dibawa keluar. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan yang diwakili oleh Maju Butar-Butar selaku Kepala Bidang Kemitraan GAL di sektor hutan Habinsaran dan Lesdinar Hasibuan selaku Kepala Bidang Kemitraan GAL di sektor hutan Tele, kendala-kendala yang dihadapi perusahaan tidak berbeda antara kedua sektor hutan tersebut, yaitu antara lain: 1. Kurangnya syarat-syarat administrasi pihak mitra dalam pengajuan kontrak kerja 2. Ketidaktepatan waktu mitra perusahaan kontraktor dalam proses pengamprahan pengecekan hasil produksi Sedangkan kendala-kendala yang dialami mitra berdasarkan hasil wawancara adalah sebagai berikut: 1. Kayu lama diangkut ke pabrik menyebabkan berat kayu semakin menyusut. 2. Infrastruktur jalan yang tidak mendukung 3. Terlambatnya pembayaran yang dilakuakan oleh pihak perusahaan, sehingga banyak kontraktor yang mengalami kesulitan untuk membayar karyawan dan membiayai biaya operasional pada lokasi kerja berikutnya.

B. Skala Usaha

Menurut Nugroho 2003b, hingga kini kriteria UKM –IPH di Indonesia belum ada, hal ini sangat dimungkinkan karena industri industri pemenenan hutan belum berkembang bahkan belum diakui. Skala usaha akan dicirikan dari jumlah pelibatan faktor produksi utama yang digunakan dalam UKM-IPH dan skala produksinya. Mengingat karakteristik kemitraan antara UKM-IPH dengan pemegang HPHTI adalah pengontrakan pelaksanaan pekerjaan pemanenan hutan, maka faktor produksi yang perlu dijelaskan adalah besaran modal yang dimiliki dan banyaknya tenaga kerja yang dilibatkan, sementara untuk skala produksinya ditentukan oleh volume pekerjaan yang dikerjasamakan. Menurut Klinik Konsultasi Bisnis Surabaya 2001 dalam Nugroho 2003b menyatakan bahwa skala usaha kecil adalah usaha dengan batas maksimal permodalan Rp. 200.000.000 sedangkan usaha menengah adalah suatu usaha yang memiliki kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar daripada kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan usaha kecil hingga besar Rp. 25.000.000.000 B.1 Skala Usaha Berdasarkan Besaran Modal Investasi Berdasarkan hasil penelitian Simanjuntak 2005 yang diperoleh dari hasil wawancara kepada empat responden yang diwakili tiap segmen kegiatan di sektor hutan Habinsaran, dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah investasi seperti pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Kategori usaha mitra pemanenan PT.TPL,Tbk. No Bidang Usaha Jumlah Investasi Rp Kategori Usaha 1 Penebangan 17.100.000 Usaha Kecil 2 Penyaradan 1.300.000.000 Usaha Menengah 3 Pemuatan 600.000.000 Usaha Menengah 4 Pengangkutan 400.000.000 Usaha Menengah B.2 Skala Usaha Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja Maclin 1982 dalam Nugroho 2003b membagi usaha industri pemanenan hutan di Amerika Serikat berdasarkan jumlah tenaga kerja yang terlibat yaitu: 1. Usaha kecil pembalakan adalah usaha yang memiliki tenaga kerja antara 1-25 orang. 2. Usaha menengah pembalakan adalah usaha yang memiliki tenaga kerja antara 26-100 orang 3. Usaha besar pembalakan adalah usaha yang memiliki tenaga kerja lebih banyak dari 100 orang. Tabel 7. Jumlah tenaga kerja pemanenan di sektor Habinsaran. No Nama Badan Usaha Lawas Pekerjaan Jumlah Tenaga Kerja 1 CV. Andong Jaya FellingStacking 12 2 CV.Dolok Jaya FellingStacking 12 3 CV. Hendra Bona Tua FellingStacking 12 4 CV. Irma FellingStacking 24 5 CV. Junior FellingStacking 24 6 CV. Liris FellingStacking 12 7 CV. Miduk FellingStacking 12 8 CV. Pargaulan FellingStacking 18 9 CV. Parulian FellingStacking 18 10 CV. Freddy FellingStacking 12 11 CV. Risma FellingStacking 12 12 CV. Sonia Mania FellingStacking 12 13 CV. Soburan Natio FellingStacking 12 14 CV. Tomok FellingStacking 12 15 CV. Dewi Candra FellingStacking 18 16 KSU. Maroan Uli FellingStacking 18 17 KSU. Pargaulan FellingStacking 18 18 CV. Pahala Kencana Skidding 12 19 CV. Kasih Ibu Skidding 12 20 CV. Freddy Skidding 12 Berdasarkan klasifikasi jumlah tenaga kerja tersebut, maka mitra di PT. TPL, Tbk. di sektor hutan Habinsaran merupakan usaha dengan skala kecil karena jumlah tenaga kerjanya kurang dari 25 orang. Rata-rata setiap kontraktor memiliki 2 sampai dengan 4 regu tebang dimana setiap regu tebang terdiri dari 6 orang. Sedangkan untuk kegiatan penyaradan, pada umumnya setiap kontraktor memiliki dua regu sarad yang terdiri dari 2 orang operator dan 4 orang helper. Berikut adalah jumlah tenaga kerja di sektor hutan Tele. Tabel 8. Jumlah tenaga kerja pemanenan di sektor Tele No Nama Badan Usaha Lawas pekerjaan Jumlah Tenaga Kerja 1 CV. Ares PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan 38 2 CV. Piteng Jaya PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan 32 3 CV. Karya Sekawan Abadi PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan 38 4 CV. Soli Junior PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan 32 5 UD. TNN PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan 32 6 CV. Imelda PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan 32 7 CV. Baharaja Putra PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan 38 Lanjutan Tabel 8 No Nama Badan Usaha Lawas pekerjaan Jumlah Tenaga Kerja 8 CV. Subur Roma Mido PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan 38 9 CV. Jilmi PenebanganPenyaradan 38 PemuatanPenagankutan 10 CV. Iwan Masindo Boy PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan 38 Mitra di sektor hutan Tele dapat digolongkan ke dalam usaha menengah karena jumlah tenaga kerjanya anatra 26-100 orang. Hal ini dikarenakan hamp ir seluruh kegiatan pemanenan di sektor hutan Tele dikerjakan dalam satu paket yang terdiri dari penebangan, penyaradan, pemuatan dan pengangkutan sekaligus. B.3. Skala Usaha Berdasarkan Jumlah Produksi Omzet Sementara untuk skala produksinya ditentukan oleh volume pekerjaan yang diperoleh oleh mitra. Daftar pendapatan omzet mitra dapat dilihat pada Tabel 9 dan Lampiran 6. Tabel 9. Omzet per kontraktor pemanenan fellingstacking dalam satu kontrak di sektor Habinsaran No Nama Badan Usaha Lawas Pekerjaan Total Omzet Rpton 1 CV. Andong Jaya FellingStacking 16.035.213 2 CV.Dolok Jaya FellingStacking 13.274.251 3 CV. Hendra Bona Tua FellingStacking 17.692.359 4 CV. Irma FellingStacking 30.201.852 5 CV. Junior FellingStacking 15.773.587 6 CV. Liris FellingStacking 17.328.729 7 CV. Miduk FellingStacking 9.306.372 8 CV. Pargaulan FellingStacking 12.496.680 9 CV. Parulian FellingStacking 18.888.520 10 CV. Freddy FellingStacking 10.330.588 11 CV. Risma FellingStacking 16.967.511 12 CV. Sonia Mania FellingStacking 12.663.302 13 CV. Soburan Natio FellingStacking 11.163.700 14 CV. Tomok FellingStacking 26.992.828 15 CV. Dewi Candra FellingStacking 13.885.200 16 KSU. Maroan Uli FellingStacking 16.808.032 17 KSU. Pargaulan FellingStacking 12.552.220 Sumber : Laporan produksi eucalyptus own dan kontraktor periode April 2005 di sekto Habinsaran Tabel 10. Omzet per kontraktor pemanenan skidding dalam satu kontrak di sektor Habinsaran No Nama Badan Usaha Lawas Pekerjaan Total Omzet Rpton 1 CV. Pahala Kencana Skidding 73.889.632 2 CV. Kasih Ibu Skidding 68.820.736 3 CV. Freddy Skidding 64.058.880 Sumber : Laporan produksi eucalyptus own dan kontraktor periode April 2005 di sektor Habinsaran. Tabel 11. Omzet per kontraktor pemanenan penebangan, penyaradan, pemuatan, pengangkutan dalam satu kontrak mitra di sektor Tele No Nama Badan Usaha Lawas Pekerjaan Total Omzet Rpton 1 CV. Ares PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan 114.296.780 2 CV. Piteng Jaya PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan 98.459.920 3 CV. Karya Sekawan Abadi PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan 157.237.080 4 CV. Soli Junior PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan 117.680.290 5 UD. TNN PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan 96.086.380 6 CV. Imelda PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan 92.665.300 7 CV. Baharaja Putra PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan 105.158.430 8 CV. Subur Roma Mido PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan 75.679.240 9 CV. Jilmi PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan 114.612.810 10 CV. Iwan Masindo Boy PenebanganPenyaradan PemuatanPengangkutan 97.104.085 Sumber : Laporan produksi eucalyptus own dan kontraktor periode April 2005 di sektor Tele Berdasarkan ketiga kriteria skala usaha tersebut dapat disimpulkan bahwa mitra pemanenan hutan di PT. TPL, Tbk. merupakan usaha kecil menengah. Hal ini terlihat dari jumlah investasi terbesar pada bidang usaha penyaradan sebesar Rp. 1.300.000.000. Jumlah tenaga kerja tidak lebih dari 100 orang dan jumlah omzet terbesar Rp. 157.237.080. C. Identifikasi Kontrak Kerja C.1 Proses Perolehan Kontrak