3 Kinerja Mitra Biaya Strategis
Lanjutan Tabel 22 No
Mitra Sektor
KW KP
SMP KL
Koo Klts
Total Kinerja
8 CV. Pargaulan
Hbs 7
7 28
7 7
16 72
9 CV. Parulian
Hbs 7
7 28
7 7
14 70
10 CV. Freddy
Hbs 7
7 28
7 7
14 70
11 CV. Risma
Hbs 7
7 28
7 7
14 70
12 CV. Sonia Mania Hbs
8 8
28 7
7 12
70 13
CV. Soburan Natio
Hbs 7
7 28
7 7
14 68
14 CV. Tomok
Hbs 7
7 28
7 7
14 70
15 CV. Dewi
Candra Hbs
7 7
28 7
7 16
72 16
KSU. Maroan Uli
Hbs 7
7 28
7 7
14 70
17 KSU. Pargaulan
Hbs 7
7 28
7 7
16 72
18 CV. Pahala
Kencana Hbs
8 8
28 7
7 12
70 19
CV. Kasih Ibu Hbs
8 8
32 6
7 14
75 20
CV. Freddy Hbs
8 8
32 6
7 14
75 21
CV. Ares Tele
9 8
32 7
7 16
79 22
CV. Piteng Jaya Tele
8 7
32 8
7 16
78 23
CV. Karya Sekawan Abadi
Tele 9
8 28
7 7
16 75
24 CV. Soli Junior
Tele 8
9 32
7 7
18 81
25 UD. TNN
Tele 9
8 32
8 7
18 82
26 CV.Imelda
Tele 9
8 32
8 7
16 78
27 CV.Baharaja
Putra Tele
8 9
32 8
7 18
82 28
CV. Subur Roma Mido
Tele 9
8 32
8 7
18 82
29 CV.Jilmi
Tele 7
8 32
7 8
18 80
30 CV. Iwan
Masindo Boy Tele
9 8
28 7
7 18
75 Sumber : Laporan evaluasi mitra pemanenan sektor hutan Habinsaran dan sektor hutan Tele
periode April 2005.
Penilaian dilakukan dengan memperhatikan 6 variabel, ya kni ketepatan waktu KW, ketersediaan peralatan KP , skill man power SMP, kebersihan
lapangan KL, kooperatif Koo, dan kualitas Klts. Mitra yang dinilai baik oleh perusahaan berdasarkan ketepatan waktunya adalah mitra yang mampu
menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat dari yang tertera di surat perjanjian kerja dengan tetap memperhatikan kebersihan lapangan dan kualitas kayu. Sedangkan
mitra yang dinilai baik berdasarkan ketersediaan peralatan adalah, mitra yang memiliki peralatan yang lengkap untuk bekerja terutama peralatan savety yang
akan dipakai oleh pekerja. Penilaian skillman power dilihat berdasarkan keahliannya mitra dalam
bekerja, sesuai dengan yang tercantum di SOP. Contohnya teknik menebang yang
benar sesuai denagn ketentuan-ketentuan yang tertulis di SOP, dan cara membuat stack
. Mitra yang dinilai baik oleh perusahaan berdasarkan kebersihan lapangan dapat dilihat dari besarnya RWA yang tertinggal di areal kerja. Penilaian
kooperatif dinilai dari kerjasama yang dibangun oleh pihak perusahaan dan mitra dalam menegakkan ketentuan di SOP. Berdasarkan tabel tersebut di atas diketahui
bahwa 10 kinerja mitra dinilai sedang oleh perusahaan selang nilai 60 sampai 69,73,4 dinilai cukup selang nilai 70 sampai 79, dan 16,6 bernilai baik
selang nilai 80 sampai 89. Berikut adalah grafik kinerja mitra pemanenan di sektor hutan Habinsaran dan Tele.
10 31
20 13
7 3
3 3
10 Kinerja 68
Kinerja 70 Kinerja 72
Kinerja 75 Kinerja 78
Kinerja 79 Kinerja 80
Kinerja 81 Kinerja 82
Gambar 10. Grafik Kinerja Mitra
Pemanenan di Sektor Hutan Habinsaran dan Sektor Hutan Tele.
D.4 Hubungan Biaya Transaksi Terhadap Kinerja Mitra
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja mitra maka dilakukan uji regresi linier dengan variable independentnya x persentase biaya
transaksi terhadap omzet dan variable dependentnya adalah total kinerja y. Hasil uji regresi linier menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara biaya
transaksi terhadap kinerja mitra. Berikut adalah grafik hubungan biaya transaksi terhadap kinerja mitra.
y = -4.3559x + 84.331 R
2
= 0.6636
20 40
60 80
100
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5 4
Gambar 11 . Grafik Persamaan regresi linier hubungan biaya transaksi dan kinerja mitra
Grafik tersebut menunjukkan bahwa semakin besar biaya transaksi, maka kinerja mitra semakin menurun. Selain biaya transaksi, terdapat faktor lain yang
mempengaruhi kinerja mitra, antara lain kekuasaan, perilaku, rasa takut dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Manajer GAL sektor hutan
Habinsaran dan Tele, foreman sektor hutan Habinsaran, mitra pemanenan di PT. TPL, Tbk. sering melakukan kesalahan dan pelanggaran yang tidak sesuai dengan
yang tertulis di SOP. Apabila mitra melakukan pelanggaran atau kesalahan, pihak perusahaan hanya memberi sanksi berupa teguran sampai tiga kali setelah itu
apabila mitra tidak mengindahkan teguran tersebut, menurut paraturannya maka perusahaan akan mencabut izin bekerja dan tidak akan memakai tenaga mitra
tersebut untuk selanjutnya. Namun pada kenyataannya, pihak perusahaan tidak pernah menerapkan
sanksi tersebut meskipun banyak mitra yang tetap melakukan pelanggaran. Perusahaan tidak dapat bertindak tegas dikarenakan mitra di PT. TPL,Tbk yang
juga adalah putra daerah, merasa mereka memiliki kekuasaan atas daerah tersebut. Pada studi kasus di PT. TPL, Tbk. mitra memiliki kekuasaan lebih tinggi daripada
perusahaan. Kekuasaan yang dimiliki mitra tersebut mengakibatkan pihak perusahaan takut untuk menindak mitra yang melakukan pelanggaran. Kekuasaan
mitra tersebut juga dapat meminimalkan biaya transaksi. Karena principal tidak dapat menyalahgunakan informasi yang ada hubungannya dengan pekerjaan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan manajemen GAL, pada dasarnya pihak PT. TPL,Tbk mengalami kesulitan bekerjasama dengan pihak mitra usaha,
tetapi karena pihak PT. TPL,Tbk. tidak ingin perselisihan terdahulu terjadi kembali dan berusaha menerapkan paradigma baru yaitu memberdayakan
masyarakat sekitar ma ka perusahaan tetap mempertahankan mitra usaha tersebut.