Nama : NELSON HUTAPEA Hubungan biaya transaksi terhadap kinerja kontraktual antara usaha kecil menengah industri pemanenan hutan(UKM-IPH) dengan hak pengusahaan hutan tanaman industri (HPHTI) PT. Toba Pulp Lestari, tbk.
DEFENISI
Dalam Perjanjian ini, kecuali konteksnya mengartikan atau mensyaratkan lain, maka pengertian-pengertian sebagaimana diuraikan di bawah ini memiliki arti
sebagai berikut :
1. Logging adalah kegiatan penebangan hutan dan atau pohon dan atau kayu yang bertujuan memproduksi kayu;
2. Felling adalah penebangan pohon sesuai dengan arah rebah yang telah ditentukan;
3. Trimming adalah pemotongan cabang dan pucuk pohon setelah ditumbang; 4. Prebunching adalah penumpukan pohon di tunggak sesuai dengan kapasitas
alat tarik yang bertujuan untuk memudahkan pengikatan kayu-kayu; 5. Skidding adalah penarikan kayu dari tunggak ke TPn;
6. Bucking adalah pemotongan kayu log sesuai dengan ukuran sortimen yang telah ditentukan;
7. Stacking adalah penumpukan kayu di TPnTPk sesuai dengan kelas ukuran masing-masing;
8. Loading adalah memuat kayu ke atas alat angkut; 9. TPn adalah singkatan dari Tempat Pengumpulan Kayu;
10. TPk adalah singkatan dari Tempat Penumpukan Kayu; 11. HPHTI adalah singkatan dari Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri;
12. RKT adalah singkatan dari Rencana Kerja Tahunan; 13. 1 satu Stappel meter adalah 2,88 m³ dua koma delapan puluh delapan meter
kubik.
B. OBJEK DAN RUANG LINGKUP PEKERJAAN 1. Pihak Pertama dengan ini mengikatkan diri untuk menyerahkan pelaksanaan
pekerjaan penebangan, pemotongan cabang, ranting, dan pucuk, serta penumpukan kayu dengan ketentuan sebagai berikut :
• Penumpukan kayu membentuk sudut 45
° empat puluh lima derajat mengarah
jalur skidding; •
Cabang dan ranting disusun memotong jalur skidding; •
Susunan tumpukan stack rapi dan teratur dengan ukuran standar stappel meter: panjang kayu 2,4 m dua koma empat meter, lebar tumpukan 2 m
dua meter dan tinggi tumpukan 1 m satu meter dikalikan dengan faktor koreksi tumpukan 0,6 nol koma enam atau sama dengan 2,88 m³ dua koma
delapan puluh delapan meter kubik;
• Diameter kayu yang diproduksi minimum 8 cm delapan sentimeter dengan
kulit dan 5 cm lima sentimeter setelah dikupas;
-yang terletak pada sektor Habinsaran di areal HPHTI milik Pihak Pertama
dengan rincian sebagai berikut:
Tahapan Kegiatan
Luas Ha
No.Stand Estate
Periode Kerja
Felling Stacking
1.7 M1401000Z FC
26 Janji Maria
16 April sd 15 Juni 2005
Felling Stacking
1.0 M1400600ZFC
26 Janji Maria
16 April sd 15 Juni 2005
Felling Stacking
2.5 M1401000ZFC
27 Janji Maria
16 April sd 15 Juni 2005
sesuai RKT Tahun 2005 selanjutnya cukup disebut “Pekerjaan” kepada Pihak Kedua yang dengan ini menerima penyerahan Pekerjaan tersebut dari
Pihak Pertama untuk diselesaikan dan dikerjakan dengan baik;
2. Apabila diperlukan oleh Pihak Pertama, maka Pihak Kedua bersedia untuk melakukan pengupasanpengulitan terhadap kayu debarking dan memuat
kayu ke atas truk manual loading; 3. Lingkup Pekerjaan yang harus dikerjakan dan diselesaikan oleh Pihak Kedua
harus memenuhi syarat-syarat dan spesifikasi teknis sebagaimana termuat dalam lampiran-lampiran dalam Perjanjian ini merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan dari Perjanjian ini yaitu berupa lampiran-lampiran sebagai berikut:
• Gambar-Gambar Pihak Pertama sebagai berikut:
a. Pembuatan Jalur Skidding No. Sheet: 1; b.Teknik Penebangan Felling Nomor Sheet: I-A;
c. Teknik Penebangan Felling Nomor Sheet: II; d.Teknik Pemotongan Bucking Nomor Sheet: III;
e. PenyusunanPenumpukan Kayu Stacking Nomor Sheet: IV; f. Penarikan Kayu Skidding Nomor Sheet: V;
g.Posisi Kayu di Atas Loading Truck Nomor Sheet: VI; h.Posisi Kayu di Atas Loading Truck Nomor Sheet: VI-A;
• Surat Izin Pindah Lokasi dan Serah Terima Areal;
• Tally Sheet Quality Felling and Stacking;
PASAL 2 JANGKA WAKTU
Pihak Kedua harus menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu terhitung sejak tanggal 16 enam belas bulan April tahun 2005 dua ribulima dan akan berakhir
tanggal 15 lima belas bulan Juni 2005 dua ribu lima. PASAL 3
HARGA PEKERJAAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 1. Harga Pekerjaan yang dibayar oleh Pihak Pertama kepada Pihak Kedua sesuai
dengan Pasal 1 ayat 1 di atas adalah sebesar Rp. 20.300,- dua puluh ribu tiga ratus rupiah per ton.
2. Pajak-pajak yang timbul sebagai akibat dari perjanjian ini akan ditanggungdibayar danatau disetor oleh pihak yang berkewajiban menurut
peraturan perpajakan yang berlaku; 3. Pembayaran atas hasil Pekerjaan Pihak Kedua oleh Pihak Pertama dilakukan
setelah kayu sampai di pabrik Pihak Pertama dan telah ditimbang di Jembatan Timbang Pihak Pertama dan hasil pekerjaan telah diterima dengan baik oleh
Pihak Pertama;
4. Hasil pekerjaan Pihak Kedua adalah keseluruhan jumlah tonase yang diterima dari laporan Jembatan Timbang Pihak Pertama dan dikalikan dengan harga
pekerjaan per ton;
5. Pihak Pertama akan melakukan pembayaran seperti tersebut di atas jika hasil Pekerjaan Pihak Kedua telah memenuhi ketentuan dalam Pasal 5 yang akan
disebut di bawah ini; 6. Tahapan-tahapan pembayaran sebagaimana tersebut di atas harus dilakukan
oleh Pihak Pertama kepada Pihak Kedua selambat-lambatnya 14 empat belas hari kerja setelah tagihan Pihak Kedua diterima dan dinyatakan benar oleh
Pihak Pertama, pembayaran mana dilakukan dengan cara transfer ke rekening Bank yang disampaikan oleh Pihak Kedua kepada Pihak Pertama secara
tertulis.
PASAL 4 CARA PEMBAYARAN
1. Pembayaran harga pekerjaan akan dilakukan Pihak Pertama kepada Pihak
Kedua dengan cara mentransfer pembayaran atas tagihan Pihak Kedua ke rekening bank yang ditunjuk Pihak Kedua sebagaimana tertuang dalam
lampiran Perjanjian ini, lampiran mana merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini.
2. Tanggal pentransferan uang pembayaran tagihan Pihak Kedua dianggap sebagai tanggal pembayaran Pihak Pertama kepada Pihak Kedua.
3. Segala akibat yang timbul dari pentransferan sebagaimana diatur pada ketentuan ayat 1 pasal ini, Pihak Pertama untuk sekarang dan di kemudian hari
dibebaskan dari gugatan dalam bentuk apapun dari Pihak Kedua dan atau Pihak Ketiga baik di dalam maupun di luar pengadilan.
PASAL 5 SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pekerjaan yang dilaksanakan oleh Pihak Kedua harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Pekerjaan harus dilaksanakan oleh Pihak Kedua dengan baik dan rapi sesuai
dengan peta-peta, SOP, gambar-gambar, dan formulir-formulir sesuai dengan Pasal 1 Sub B ayat 3 serta petunjuk-petunjuk dan data-data lainnya yang
diberikan oleh Pihak Pertama yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini;
2. Sewaktu melaksanakan Pekerjaan tersebut di atas, Pihak Kedua tidak boleh melakukan pembakaran dan bertanggung jawab penuh atas terjadinya
kebakaran yang disebabka n oleh Pihak Kedua atau pihak-pihak yang berhubungan dengan Pihak Kedua dan mengambil tindakan-tindakan untuk
mencegah kebakaran. Dimana Pihak Pertama pada Pekerjaan ini telah menerapkan kebijaksanaan 100 Zero Burning tanpa dibakar
3. Berdasarkan Berita Acara Pelaksanaan Pekerjaan oleh Pihak Kedua, Pihak Pertama akan melakukan pemeriksaan ulang atas hasil Pekerjaan Pihak Kedua
tersebut termasuk mutu Pekerjaan dan ketepatan ukuran yang disyaratkan, dengan disaksikan oleh wakil dari Pihak Kedua, jika Pihak Kedua lalai untuk
mengikuti pemeriksaan ulang tersebut, Pihak Kedua dianggap menerima hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Pihak Pertama, hasil pemeriksaan ini akan
dibuktikan dengan ditandatanganinya Berita Acara Pelaksanaan Pekerjaan oleh kedua belah pihak
4. Jika dalam pemeriksaan ulang atas hasil Pekerjaan yang dilaksanakan oleh Pihak Kedua ada yang tidak memenuhi persyaratan atau ketentuan perjanjian
ini, maka Pihak Kedua harus segera memperbaiki dan menyelesaikan sesuai dengan jadwal penyelesaian yang telah ditentukan oleh Pihak Pertama
5. Jika Pihak Kedua setelah jadwal waktu tersebut tidak memperbaiki dan menyelesaikannya, maka Pihak Pertama berhak untuk menyelesaikannya
sendiri atau menyerahkannya kepada pihak lain tanpa perlu memberitahukannya kepada Pihak Kedua dan semua biaya yang dibutuhkan
untuk pekerjaan perbaikan tersebut dapat langsung dipotong dari nilai tagihan Pihak Kedua, jika nilai tagihan Pihak Kedua tersebut tidak mencukupi, maka
Pihak Kedua harus membayar penuh kekurangan tersebut dan segala kerugian Pihak Pertama yang timbul akibat keterlambatan perbaikan Pekerjaan tersebut
juga harus diganti oleh Pihak Kedua.
6. Setelah Pekerjaan selesai danatau apabila Pihak Kedua berkeinginan untuk pindah lokasi penebangan, maka serah terima areal penebangan harus
memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut : a. Taksiran sisa kayu Residual Wood Assessment yang tertinggal di areal
yang dikerjakan tidak boleh melebihi 1 m
3
ha satu meter kubik per hektar; b. Tumpukan Stacking sudah ditarik dari lapangan ke TPn;
c. Pohon tumbang yang ditinggalkan harus dicincang; d. Tidak ada galangbantalan dan tiang patokpancang tertinggal di areal yang
dikerjakan; Hal tersebut akan dibuktikan dengan dibuatnya Surat Izin Pindah Lokasi dan
Serah Terima Areal yang ditandatangani oleh kedua belah pihak danatau wakil yang sah dari kedua belah pihak.
PASAL 6 TANGGUNG JAWAB DAN KEWAJIBAN
1. Tanggung Jawab dan kewajiban Pihak Pertama adalah sebagai berikut:
a. Menentukan areal untuk melaksanakan Pekerjaan yang disebutkan pada Pasal 1 di atas;
b. Melaksanakan pembayaran atas hasil Pekerjaan Pihak Kedua yang sesuai dengan ketentuan perjanjian ini;
c. Menyediakan surat-surat izin, baik dari instansi pemerintah maupun pihak lainnya yang menyangkut pelaksanaan Pekerjaan Pihak Kedua di lokasi
Pekerjaan yang sekiranya diperlukan untuk itu; 2. Pihak Kedua dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk:
a. Mengikuti prosedur tata tertib dan pedoman kerja dari Pihak Pertama; b. Menyediakan tenaga kerja yang terampil dan berpengalaman untuk
melaksanakan Pekerjaan yang disebutkan pada Pasal 1 di atas, termasuk staf pengawaspelaksana lapangan, penjaga malam dan tenaga kerja
lainnya yang sesuai dengan kebutuhan Pihak Kedua;
c. Menyediakan wakil yang ditempatkan di lokasi proyeklapangan yang dapat mengambil keputusan jika diminta oleh Pihak Pertama danatau
wakilnya;
d. Atas permintaan secara tertulis dari Pihak Pertama, mengganti tenaga kerja Pihak Kedua dalam hal tenaga kerja tersebut tidak mematuhi tata
tertib Pihak Pertama, indisipliner, berbuat tindak pidana, keributan, tidak terampil bekerja, ataupun alasan lain dari Pihak Pertama;
e. Menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk melaksanakan Pekerjaan ini;
f. Menyediakan peralatan dan perlengkapan kerja yang berada dalam kondisi baik dan siap pakai untuk melaksanakan Pekerjaan;
g. Menanggung semua biaya lain-lain yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan Pekerjaan ini;
h. Memberikan upah, uang makan dan pemondokan bagi tenaga kerja Pihak Kedua;
i. Memberikan segala hak dari tenaga kerja Pihak Kedua, terutama mengenai Jaminan Sosial Tenaga Kerja Jamsostek, Jaminan Kecelakaan Kerja,
Jaminan Kematian, danatau asuransi tenaga kerja lain yang diwajibkan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku;
j. Menyelesaikan masalah perburuhan yang timbul dari dan dengan tenaga kerja Pihak Kedua berkenaan dengan pelaksanaan perjanjian ini dan
membebaskan Pihak Pertama dari gugatan dalam bentuk apapun dari tenaga kerja Pihak Kedua;
k. Menjamin Pihak Pertama bahwa segala bahan-bahan, material, peralatan dan perlengkapan kerja Pihak Kedua adalah milik syah danatau diperoleh
secara syah oleh Pihak Kedua, dan membebaskan Pihak Pertama dari gugatan dalam bentuk dan nama apapun dari pihak lain sehubungan
dengan masalah pengadaanpembelian bahan material, peralatan dan perlengkapan kerja yang dilakukan oleh Pihak Kedua dalam melaksanakan
Pekerjaan;
l. Mengasuransikan dan menjaga keamanan segala peralatan dan perlengkapan kerja miliknya dari segala akibat yang mungkin dapat
menimbulkan kerugian dan Pihak Kedua membebaskan Pihak Pertama dari gugatan dalam bentuk apapun dari Pihak Ketiga ataupun dari pihak
lainnya atas segala bentuk kerugian yang diderita oleh Pihak Kedua akibat kelalaian Pihak Kedua mengasuransikan dan menjaga keamanan tersebut
di atas;
m. Merahasiakan segala sesuatu yang dapat diklasifikasikan sebagai rahasia perusahaan Pihak Pertama, dan tidak memberitahukan mengungkap-
kan atau membeberkan kepada pihak lain, segala hal yang berkaitan dengan hubungan bisnis antara kedua belah pihak, serta tidak
memperbanyak, menggandakan, meniru, baik untuk tujuan pemakaian sendiri maupun untuk kepentingan pihak lain tanpa persetujuan tertulis
terlebih dahulu dari PihakPertama, segala sistem, data, informasi, gambar- gambar dan mengetahui bagaimana yang telah atau sedang
diterapkandipergunakan oleh Pihak Pertama dalam melaksanakan rangkaian kegiatan-kegiatan usaha yang diketahui atau akan diketahui oleh
Pihak Kedua;
n. Menyimpan dengan baik seluruh peta-peta, SOP, gambar-gambar, formulir-formulir, dan data-data lainnya yang diberikan oleh Pihak
Pertama dan harus mengembalikan setelah Pekerjaan ini selesai dilaksanakan;
o. Menunjukkan bukti pembayaran PPN apabila diperlukan oleh Pihak Pertama;
PASAL 7 DENDA
1. Apabila terjadi keterlambatan penyelesaian Pekerjaan atau belum diselesaikan
sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, maka Pihak Kedua akan dikenakan denda sebesar 1 ‰ satu permil per hari keterlambatan dan
maksimum 5 lima persen dari keseluruhan harga pelaksanaan Pekerjaan, terhitung sejak adanya pemberitahuan tertulis dari Pihak Pertama. Dalam hal
ini tidak termasuk keterlambatan yang disebabkan oleh sebab kahar Force Majeure;
2. Denda sebagaimana tersebut di atas harus dibayar oleh Pihak Kedua kepada Pihak Pertama pada saat perjanjian ini diakhiri dan dengan memperhatikan
kewajiban Pihak Pertama kepada Pihak Kedua yang masih ada; 3. Apabila keterlambatan sebagaimana tersebut pada ayat 1 di atas melebihi
masa 1 satu bulan setelah adanya peneguran secara tertulis dari Pihak Pertama, maka Pihak Pertama berhak secara sepihak untuk membatalkan
Perjanjian ini dan menyerahkan pelaksanaan Pekerjaan tersebut kepada pihak lain;
4. Apabila Pihak Pertama membatalkan Perjanjian sebelum jangka waktu Perjanjian ini berakhir maka Pihak Pertama akan dikenakan denda sebesar 5
lima persen dari total dan atau sisa harga Pekerjaan. Dalam hal ini tidak termasuk Pembatalan yang disebabkan oleh sebab kahar dan yang disebabkan
oleh ketentuan sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 7 di bawah ini.
5. Apabila Pihak Kedua membatalkan Perjanjian ini sebelum jangka waktu Perjanjian ini berakhir, maka Pihak Kedua akan dikenakan denda sebesar 5
lima persen dari total danatau sisa harga Pekerjaan. Dalam hal ini tidak termasuk pembatalan yang disebabkan oleh sebab kahar Force Majeure;
PASAL 8 PEMBATALAN PERJANJIAN
1. Pihak Pertama dapat membatalkan perjanjian ini secara sepihak tanpa
persetujuan dari Pihak Kedua dan tanpa adanya gugatan dalam bentuk apapun dari Pihak Kedua ataupun Pihak lainnya dalam hal:
a. Pihak Kedua tidak memenuhi syarat-syarat pelaksanaan Pekerjaan yang telah ditentukan dalam perjanjian ini;
b. Pihak Kedua dengan sengaja memperlambat penyelesaian Pekerjaan atau belum memulai pelaksanaan Pekerjaan dalam tenggang waktu maksimum 7
tujuh hari terhitung sejak tanggal penandatanganan perjanjian ini tanpa adanya persetujuan tertulis dari Pihak Pertama;
c. Pihak Kedua mengalihkan sebagian atau seluruh Pekerjaan yang diberikan oleh Pihak Pertama kepada Pihak lain, tanpa persetujuan tertulis dari Pihak
Pertama; Pihak Kedua dan atau tenaga kerja Pihak Kedua melakukan suatu perbuatan
melawan hukum atau tindak pidana yang merugikan atau dapat menimbulkan kerugian bagi Pihak Pertama
d. Pihak Kedua melanggar satu atau lebih ketentuan perundang-undangan, keputusan atau peraturan pemerintah yang berlaku, baik yang menyangkut
atau tidak menyangkut ketentuan di bidang pekerjaan yang dapat menghalangi Pihak Kedua untuk melaksanakan Pekerjaan atau
menyebabkan danatau dapat mengakibatkan diberlakukannya sanksi oleh pemerintah atau dari pihak berwenang lain terhadap Pihak Pertama, baik
secara langsung maupun tidak langsung, baik yang berbentuk denda, sanksi administratif ataupun jenis hukuman lainnya;
2. Setelah dilakukannya pembatalan perjanjian ini maka Pihak Kedua harus menghentikan Pekerjaan dan menaati batas waktu yang ditetapkan oleh Pihak
Pertama untuk membubarkan dan memulangkan tenaga kerjanya serta mengembalikan bahan-bahan, alat-alat serta peralatan yang dipinjam dari
Pihak Pertama dan biaya Pekerjaan yang belum diterima oleh Pihak Kedua harus menunggu sampai dengan selesainya Pekerjaan ini dan dipotong dengan
kerugian Pihak Pertama. Jika nilai Pekerjaan tersebut masih lebih kecil dari kerugian Pihak Pertama maka Pihak Kedua harus membayar kekurangannya;
3. Dalam pembatalan perjanjian secara sepihak pada ayat 1 dan 2 di atas, Pihak Pertama dan Pihak Kedua telah menyetujui untuk mengenyampingkan
ketentuan yang diatur dalam Pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
PASAL 9 FORCE MAJEURE
1. Apabila Para Pihak tidak dapatgagal untuk memenuhi apa yang menjadi
kewajibannya sebagaimana tercantum dalam Perjanjian ini yang disebabkan oleh suatu tindakan atau kejadian diluar kemampuan yang secara langsung
mempengaruhi pelaksanaan kewajiban, antara lain tetapi tidak terbatas pada keadaan banjir, gempa bumi, epidemi, pemberontakan, huru-hara, peperangan
maka pihak yang tekena kejadian tersebut Force Majeure, dibebaskan dari tuntutangugatan.
2. Pihak yang mengalami kejadian Force Majeure wajib selambat-lambatnya dalam waktu 24 duapuluh empat jam terhitung sejak kejadian Force Majeure
melaporkan kepada kepada Pihak lain, kelalaian melaporkan menyebabkan kejadian Force Majeure dianggap tidak terjadi sehingga tidak mengurangi
kewajiban untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam Perjanjian, terkecuali dapat dibuktikan bahwa pemberitahuan kepada Pihak lain dalam
tenggang waktu 24 duapuluh empat jam termaksud juga berada di luar kekuasaan Pihak yang mengalami Force Majeure.
3. Pihak yang mengalami Force Majeure dengan itikad baik wajib menginformasikan perkiraan berakhirnya Force Majeure dan memberitahukan
secara terus menerus perkembangan kejadian sampai dengan berakhirnya kejadian Force Majeure.
4. Dalam hal kejadian Force Majeure berlangsung secara terus-menerus selama lebih dari 7 tujuh hari kalender terhitung sejak timbulnya Force Majeure,
pihak yang tidak mengalami Force Majeure dapat mengakhiri Perjanjian ini dengan terlebih dahulu mengadakan pembebasan dan perhitungan selesai.
PASAL 10 PEKERJAAN TAMBAHANPENGURANGAN
1. Apabila Pihak Pertama hendak menambah, mengurangi, atau merubah
Pekerjaan yang telah diserahkan kepada Pihak Kedua, maka Pihak Pertama harus memberitahukan secara tertulis kepada Pihak Kedua;
2. Biaya dari penambahan, pengurangan, atau perubahan Pekerjaan tersebut akan diperhitungkan berdasarkan harga satuan yang disetujui para pihak dalam hal
ini juga termasuk perubahan bahan yang digunakan untuk melaksanakan Pekerjaan tersebut;
PASAL 11 PENGAWASAN PEKERJAAN DI LAPANGAN
1. Pihak Kedua harus menyerahkan secara tertulis daftar nama -nama pengurus
dan pelaksanaan lapangan serta struktur organisasi lapangan kepada Pihak Pertama dan setiap kali ada perubahannya;
2. Pengurus lapangan Pihak Kedua dianggap sebagai wakilkuasa penuh dari Pihak Kedua yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh untuk
mewakili Pihak Kedua dalam melaksanakan Pekerjaan. Semua hubungan, pemberitahuan atau instruksi yang diberikan oleh Pihak Pertama kepada
pengurus lapangan tersebut dianggap sama seperti telah disampaikan kepada Pihak Kedua;
PASAL 12 PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Perjanjian ini diatur dan diinterpretasikan menurut ketentuan hukum yang
berlaku di Republik Indonesia; 2. Segala perselisihan yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan Perjanjian
ini, Pihak Pertama dan Pihak Kedua setuju dan mufakat untuk menyelesaikannya secara musyawarah;
3. Dalam hal perselisihan tidak dapat diselesaikan secara musyawarah dalam jangka waktu 14 hari kalender terhitung sejak perselisihan timbul, Pihak
Pertama dan Pihak Kedua setuju untuk memilih domisili hukum yang umum dan tidak berubah di Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri Medan di
Medan.
PASAL 13 ADENDUM AMANDEMEN
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Perjanjian ini akan diatur dan ditetapkan kemudian atas persetujuan Para Pihak dan berlaku sebagai adendum atau
amandemen yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini. Demikian perjanjian ini diperbuat dan dilangsungkan di Porsea pada hari dan
tanggal tersebut di atas yang dibuat rangkap dua dan bermeterai cukup yang masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama.
PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA,
PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk.
CV. JUNIOR
FIRMAN PURBA NELSON HUTAPEA
Direktur Direktur
Lampiran 10. Contoh Surat Perjanjian Kerja SPK Penyaradan disalin ulang
PERJANJIAN BORONGAN
No. 01 HB PB-SKID XII 04
Pada hari ini Jumat tanggal 31 tiga puluh satu bulan Desember
tahun 2004 dua ribu empat oleh dan antara:
I. Nama
: MULIA NAULI
Pekerjaan : Pegawai Swasta Alamat : Desa Sosor Ladang, Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba Samosir.
-Dalam hal ini bertindak dalam jabatannya selaku Direktur dari- dan
dengan demikian untuk dan atas nama perseroan terbatas PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk.
, berkedudukan di Medan, untuk selanjutnya disebut “PIHAK PERTAMA”
; II. Nama
: MANGATAS SILAEN
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat :Silaen , Kec. Silaen Kab.Toba Samosir
-Dalam hal ini bertindak dalam jabatannya selaku Pemegang kuasa Direktur dari dan dengan demikian untuk dan atas nama perseroan komanditer
CV.KASIH IBU,berkedudukan di Silaen Kec.Silaen Kab.Toba Samosir; untuk selanjutnya disebut “PIHAK KEDUA”;
Para Pihak dengan ini menerangkan terlebih dahulu: –Bahwa Pihak Pertama berkehendak untuk melakukan kegiatan Skidding
Penarikan pada sektor Habinsaran di areal Hak Pengusahaan Hutan Tanama n Industri HPHTI milik Pihak Pertama;
–Bahwa sehubungan dengan hal tersebut, Pihak Pertama telah menunjuk Pihak Kedua untuk mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan tersebut;
Sehubungan dengan itu para pihak dengan ini setuju dan semufakat untuk mengadakan Perjanjian Borongan dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
Pasal 1 LINGKUP PEKERJAAN
Pihak Kedua dengan ini menerima pekerjaan Skidding dari Pihak Pertama dengan Skidding Mechanical mempergunakan alat berat Skidder, yang akan dipergunakan
Pihak Kedua di lokasi kerja Pihak Pertama di sektor yang sesuai dengan fungsi dan kegunaan sepanjang tidak dipergunakan untuk kepentingan yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kesusilaan baik, selanjutnya disebut alat:
Pihak Kedua pada saat melakukan Skidding Penarikan harus memperhatikan: a. Skidder menarik seluruh kayu yang bisa diproduksi diameter 5 cm ke atas.
b. Sewaktu penarikan usahakan jangan menggunakan pisau blade. c. Hindarkan menginjak tunggul kayu.
d. Usahakan menarik kayu sampai ke TPn sesuai dengan instruksi pengawas
Pihak Pertama. e. Usahakan jalan standart digunakan seefektif mungkin untuk menghindarkan
kerusakan tanah seminimal mungkin. f. Tidak menumpuk sampah di pinggir alur sewaktu skidding.
Pasal 2 JANGKA WAKTU
1. Perjanjian ini dilangsungkan Pihak Pertama dan Pihak Kedua untuk jangka waktu terhitung mulai dari tanggal 01 satu Januari 2005 dua ribu lima
sampai dengan tanggal 30 tiga puluh Juni 2005 dua ribu lima. 2. Apabila kedua belah pihak setuju dan mufakat, perjanjian ini dapat
diperpanjang kembali.
Pasal 3 HARGA PEKERJAAN
1. Pihak Pertama dan Pihak Kedua telah saling setuju dan semufakat menentukan harga pekerjaan yang disebut pada pasal 1 di atas sebesar Rp. 16.000.- enam
belas ribu rupiah per ton. 2. Selama berlangsungnya perjanjian ini, harga pekerjaan sebagaimana diatur
pada ketentuan ayat 1 pasal ini tidak dapat dirubah sekalipun terjadi perubahan kebijaksanaan pemerintah di bidang moneter atau sebab apapun. Perubahan
harga sewa alat hanya dapat dilakukan atas pertimbangan Pihak Pertama dan terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Pihak Pertama.
3. Pajak yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan perjanjian ini wajib ditanggung dan dibayar disetor oleh pihak terhadap siapa menurut peraturan
perpajakan yang berlaku diletakkan beban kewajiban kepadanya.
Pasal 4 CARA PEMBAYARAN
4. Pembayaran harga pekerjaan akan dilakukan Pihak Pertama kepada Pihak Kedua dengan cara mentransfer pembayaran atas tagihan Pihak Kedua ke
rekening bank yang ditunjuk Pihak Kedua sebagaimana tertuang dalam lampiran Perjanjian ini, lampiran mana merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dari perjanjian ini.
5. Tanggal pentransferan uang pembayaran tagihan Pihak Kedua dianggap sebagai tanggal pembayaran Pihak Pertama kepada Pihak Kedua.
6. Segala akibat yang timbul dari pentransferan sebagaimana diatur pada ketentuan ayat 1 pasal ini, Pihak Pertama untuk sekarang dan di kemudian hari
dibebaskan dari gugatan dalam bentuk apapun dari Pihak Kedua dan atau Pihak Ketiga baik di dalam maupun di luar pengadilan.
Pasal 5 SYARAT PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Sebelum alat Pihak Kedua beroperasi di lokasi Pihak Pertama, alat Pihak Kedua wajib diperiksa diinspeksi oleh petugas Pihak Pertama yang
berwenang. 2. Dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, tenaga kerja Pihak Kedua harus
mematuhi perintah petunjuk Pihak Pertama. Tenaga kerja Pihak Kedua mampu untuk menilai dengan akal sehat atas perintah petunjuk yang
diberikan oleh Pihak Pertama. Apabila menurut penilaian tenaga kerja Pihak Kedua bahwa perintahpetunjuk Pihak Pertama dapat menimbulkan bahaya
baik bagi tenaga kerja dan atau alat Pihak Kedua maka tenaga kerja Pihak Kedua berhak menolak perintah petunjuk Pihak Pertama tersebut. Kelalaian
tenaga kerja Pihak Kedua untuk menggunakan hak tersebut maka segala resiko yang timbul terhadap tenaga kerja dan atau alat Pihak Kedua menjadi
beban tanggung jawab Pihak Kedua sepenuhnya.
3. Pihak Pertama akan melaksanakan pemeriksaan atas penggunaan alat setiap harinya. Dari hasil pemeriksaan tersebut akan dibuat Berita Acara Time Work
Sheet kemudian ditanda tangani oleh kedua belah pihak dan laporan VRA yang menunjukkan jam kerja alat yang definitif. Kelalaian Pihak Kedua untuk
mengikuti pemeriksaan tersebut dianggap Pihak Kedua menerima pemeriksaan yang dilakukan Pihak Pertama.
4. Setiap tenaga kerja Pihak Kedua harus memakai pakaian seragam yang sopan dan pantas, Pakaian seragam harus menunjukkan dengan jelas nama dan atau
logo merk perusahaan serta nama tenaga kerjanya.
Pasal 6 TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK
1. Pihak Pertama bertanggung jawab untuk: a. Melaksanakan pembayaran atas pekerjaan Pihak Kedua sesuai ketentuan
perjanjian ini. b.Menggunakan alat sesuai dengan lingkup perjanjian sebagaimana diatur pada
ketentuan pasal 1 perjanjian ini.
c. Menunjukkan wakil Pihak Pertama yang berwenang mewakili Pihak Pertama di lapangan.
2. Pihak Kedua bertanggung jawab untuk: a. Menyediakan alat yang dalam kondisi baik serta siap pakai untuk disewakan
kepada Pihak Pertama. b.Menyediakan minimal 2 dua orang operator per unit, mekanik dan helper
serta tenaga kerja lain yang berpengalaman termasuk penjaga malam untuk pelaksanaan sewa selama 24 dua puluh empat jam sehari.
c. Menyediakan Bahan Bakar Minyak BBM bagi alat Pihak Kedua. Untuk penggunaan BBM dari Pihak Pertama, maka Pihak Pertama akan mengklaim
Pihak Kedua untuk penggunaan BBM tersebut. Klaim mana harus dibayar kepada Pihak Pertama secara seketika dan sekaligus lunas ataupun akan
dikompensasikan dengan pembayaran Pihak Pertama kepada Pihak Kedua apabila masih mencukupi.
d.Melengkapi setiap unit alat sewa dengan persediaan satu unit alat yang disimpan di lokasi kerja.
e. Melengkapi setiap unit alat sewa dengan panel komputer yang berfungsi baik menunjukkan hour meter dari mesin yang berjalan.
f. Pemeliharaan maintanance atas alat harus dilakukan di lokasi kerja Pihak Pertama. Apabila ada alat yang rusak dapat segera diperbaiki Pihak Kedua.
g.Menjamin dan menanggung Pihak Pertama bahwa alat adalah milik sah Pihak Kedua atau diperoleh Pihak Kedua secara sah sehingga nantinya Pihak
Pertama tidak akan mendapat gugatan dalam bentuk apa pun dari Pihak Ketiga baik di dalam maupun di luar pengadilan, yang menyatakan berhak atau turut
memiliki hak atas alat Pihak Kedua.
h.Bertanggung jawab atas segala resiko yang timbul akibat pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas.
i. Mengasuransikan alat Pihak Kedua dari segala akibat all risk insurance. Segala kerugian yang timbul akibat tidak diasuransikannya alat Pihak Kedua,
Pihak Pertama untuk sekarang dan kemudian hari dibebaskan dari gugatan dalam bentuk apapun dari Pihak Kedua dan atau Pihak Ketiga baik di dalam
maupun di luar pengadilan.
j. Menggantikan alat dengan jenis yang sama atas permintaan Pihak Pertama dalam hal alat Pihak Kedua sering mengalami kerusakan dan atau tidak layak
lagi untuk beroperasi. k.Menunjukkan wakil Pihak Kedua yang berwenang mewakili Pihak Kedua di
lapangan. l. Bersama dengan tenaga kerja Pihak Kedua mematuhi tata tertib yang berlaku
di lokasi kerja Pihak Pertama. m. Segala hak dari tenaga kerja Pihak Kedua terutama mengenai Jaminan Sosial
Tenaga Kerja Jamsostek dan asuransi tenaga kerja lain yang diwajibkan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
n.Segala masalah dari tenaga kerja Pihak Kedua dan membebaskan Pihak Pertama dari gugatan dalam bentuk apapun dari Pihak Kedua, tenaga kerja
Pihak Kedua dan atau Pihak Ketiga baik di dalam maupun di luar pengadilan, termasuk akan tetapi tidak terbatas pada penyelesaian hingga tuntas masalah
tenaga kerja Pihak Kedua yang mengalami kecelakaan kerja sebagai akibat dari pelaksanaan perjanjian ini.
o.Membayar ganti kerugian atas segala tindakan yang dilakukan Pihak Kedua dan atau tenaga kerja Pihak Kedua yang baik karena disengaja ataupun karena
kelalaian merugikan Pihak Pertama dan atau Pihak Ketiga. p.Memberikan uang makan, upah dan pemondokan bagi tenaga kerja Pihak
Kedua. q.Menjaga keamanan dari alat Pihak Kedua dan membebaskan Pihak Pertama
dari gugatan dalam bentuk apapun dari Pihak Kedua dan atau Pihak Ketiga baik di dalam maupun di luar pengadilan yang timbul akibat kelalaian Pihak
Pihak Kedua menjaga keamanan tersebut.
r. Segala perijinan dan biaya alat yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan perjanjian ini menjadi tanggungan Pihak Kedua sepenuhnya, termasuk akan
tetapi tidak terbatas pada biaya oli, biaya service, biaya perbaikan dan penggantian suku cadang alat Pihak Kedua.
s. Menggantikan tenaga kerja atas permintaan Pihak Pertama dalam hal tenaga kerja Pihak Kedua tidak mematuhi tata tertib Pihak Pertama indisipliner,
sering sakit mangkir, berbuat tindak pidana ataupun alasan lain dari Pihak Pertama.
Pasal 7 SANKSI BAGI PIHAK KEDUA
1. Pihak Pertama berhak untuk membatalkan dan mengakhiri perjanjian secara sepihak dalam hal ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan terjadinya tindak
pidana dalam pelaksanaan perjanjian ini, dan hal ini Pihak Kedua harus membayar kepada Pihak Pertama segala kerugian Pihak Pertama yang timbul
akibat terjadi tindak pidana tersebut dengan cara dikompensasikan dengan pembayaran Pihak Pertama kepada Pihak Kedua apabila masih mencukupi.
Pihak Pertama dibebaskan dari gugatan dalam bentuk apapun juga dari Pihak Kedau dan atau Pihak Ketiga baik di dalam maupun di luar pengadilan atas
pengenaan sanksi tersebut.
2. Pengertian tindak pidana pada ketentuan ayat 1 pasal ini adalah penggelapan, penipuan, bersekongkol dengan karyawan karyawati Pihak Pertama,
penyuapan uang atau dalam bentuk lain kepada karyawan karyawati Pihak Pertama, atau tindakan lain yang dapat disamakan dengan korupsi dalam arti
hukum. Pihak Pertama akan mengenakan sanksi sebagaimana diatur pada ketentuan ayat 1 pasal ini apabila setelah melalui investigasi yang dilakukan
Pihak Pertama ditemukan bukti-bukti yang kuat atas pelaksanaan tindak pidana oleh Pihak Kedua.
Pasal 8 PEMBATALAN PERJANJIAN
1. Pihak Pertama berhak untuk membatalkan dan mengakhiri perjanjian ini secara sepihak tanpa perlu dibuktikan lagi dan tanpa gugatan dalam bentuk
apapun dari Pihak Kedua dan atau Pihak Ketiga baik di dalam maupun di luar pengadilan, dalam hal:
a. Pihak Kedua tidak mematuhi ketentuan perjanjian ini. b.Alat Pihak Kedua belum diterima Pihak Pertama dalam tenggang waktu 7
tujuh hari terhitung sejak ditanda tanganinya perjanjian ini. c. Alat Pihak Kedua sering mengalami kerusakan sehingga Pihak Pertama tidak
dapat menggunakan alat secara optimal. d.Pihak Kedua dan atau tenaga kerja Pihak Kedua berbuat tindak pidana.
e. Alasan lain dari Pihak Pertama. 2. Dengan berakhirnya perjanjian ini sebagaimana diatur pada ketentuan ayat 1
pasal ini, sebelumnya Pihak Pertama dan Pihak Kedua akan saling mengadakan pembebasan dan perhitungan selesai Acquit et decharge.
3. Dengan berakhirnya perjanjian ini sebagaimana diatur pada ketentuan ayat 1 pasal ini, Pihak Pertama dan Pihak Kedua telah saling setuju dan semufakat
untuk mengenyampingkan ketentuan pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata.
Pasal 9 PENARIKAN ALAT
Dengan berakhirnya perjanjian ini, baik karena berakhirnya jangka waktu perjanjian sebagaimana diatur pada ketentuan pasal 1 ayat 1 perjanjian ini dan
tidak diperpanjang lagi maupun karena terjadi pembatalan perjanjian sebagaimana diatur pada ketentuan pasal 8 perjanjian ini, maka Pihak Kedua
harus mentaati batas waktu yang ditetapkan Pihak Pertama untuk menarik alat dan membubarkan memulangkan tenaga kerja Pihak Kedua dari lokasi kerja
Pihak Pertama.
Pasal 10 FORCE MAJEURE
1. Penyimpangan dari ketentuan perjanjian ini hanya berlaku dalam keadaan force majeure yang tidak terbatas pada keadaan gempa bumi, banjir, angin
topan badai, epidemi, pemogokan, pemberontakan, huru-hara, peperangan dan suatu keadaan lain yang di luar kekuasaan para pihak untukl
mengatasinya.
2. Keadaan force majeure harus dilaporkan pihak yang mengalami kepada pihak lain dalam tenggang waktu 3 x 24 tiga kali dua puluh empat jam. Kelalaian
mana dianggap force majeure tidak mempengaruhi pelaksanaan perjanjian ini terkecuali dapat dibuktikan bahwa pemberitahuan kepada pihak lain dalam
tenggang waktu 3 x 24 tiga kali dua puluh empat jam juga berada di luar kekuasaan pihak yang mengalami.
3. Karena keadaan force majeure ini, pihak yang mengalami tidak dapat dipersalahkan dan karenanya harus dilindungi dan tidak dapat digugat dalam
bentuk apa pun baik di dalam maupun di luar pengadilan oleh pihak lain yang menderita kerugian.
4. Apabila force majeure berlangsung secara terus menerus selama lebih dari 45 empat puluh lima hari, Pihak Pertama dan Pihak Kedua atas persetujuan
bersama dapat mengakhiri perjanjian ini dengan terlebih dahulu mengadakan pembebasan dan perhitungan selesai. Acquit et decharge.
Pasal 11 ADDENDUM
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam perjanjian ini akan ditetapkan kemudian atas persetujuan bersama kedua belah pihak yang berlaku sebagai addendum yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini.
Pasal 12 DOMISILI HUKUM
1. Segala perselisihan antara Pihak Pertama dan Pihak Kedua yang timbul dari pelaksanaan perjanjian ini, Pihak Pertama dan Pihak Kedua akan
menyelesaikan secara musyawarah. 2. Apabila perselisihan antara Pihak Pertama dan Pihak Kedua tidak
terselesaikan secara musyawarah, Pihak Pertama dan Pihak Kedua memilih domisili hukum yang umum dan tidak berubah di Kantor Kepaniteraan
Pengadilan Negeri di Medan.
Demikian perjanjian ini diperbuat dan dilangsungkan di Porsea pada hari dan tanggal tersebut di atas yang dibuat rangkap dua dan bermeterai cukup yang
masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama.
PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA,
PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk. CV. KASH IBU
MULIA NAULI MANGATAS SILAEN
Direktur Direktur
Lampiran 11. Contoh Surat Perjanjian kerja SPK Pemuatan disalin ulang
PERJANJIAN BORONGAN
No. 04 HB PB-LOAD II 05
Pada hari ini, Senin tanggal 14 empat belas bulan Februari 2005 dua ribu lima
oleh dan antara: