Ekologi kopepoda Apocyclops sp.
16 salinitas pada saat bulan mati disebabkan karena penguapan yang tinggi. Perbedaan
kepadatan tertinggi kopepoda di lokasi perairan tersebut terjadi pada bulan November dan Desember yakni pada perbani akhir dan kepadatan terendah pada saat bulan mati.
Kepadatan yang berbeda kopepoda di perairan muara Manembo-nembo Kota Bitung tersebut diduga disebabkan oleh faktor-faktor ketersediaan makanan, kondisi
lingkungan perairan, dan kehadiran predator. Jenis-jenis fitoplankton yang umum ditemukan adalah dari jenis diatom dan dinoflagellata.
Mikroalga Tetraselmis sp., Chlorella sp., dan Nannochloropsis oculata
Mikroalga umumnya diproduksi masal sebagai pakan untuk zooplankton rotifer, kopepoda, Artemia dan lain-lain dan sebagai pakan alami pada tahap awal
masa perkembangan larva ikan dan udang Coutteau dalam Lavens Sorgeloos 1996. Disamping penggunaannya dalam metode “green-water” untuk pemeliharaan larva
dalam wadah tangki terkontrol, yang diyakini oleh para ahli memiliki kemampuan dalam mempertahankan kualitas air, penyumbang nutrisi bagi larva dan kontrol
mikroba. Brown 2001 melaporkan bahwa di Australia penggunaan mikroalga menjadi
faktor kunci dalam produksi larva tiram mutiara dan pasifik, udang, ‘barramundi’, dan juvenile abalone, serta species-species penting lainya. Selama bebrapa tahun terakhir,
lebih dari seratus jenis mikroalga telah diuji coba sebagai pakan alami untuk larva, namun tidak lebih dari 20 jenis saja yang diketahui baik sebagai pakan dan secara luas
digunakan pada pembenihan hatchery di seluruh dunia. Selanjutnya dikatakan oleh Brown 2001, bahwa mikroalga sebagai pakan memiliki syarat harus dapat dicerna
paling tidak berukuran 1 – 15 mikron untuk jenis ‘filter feeder, mudah diserap, cepat bertumbuh, gampang dikultur masal, dan juga stabil dalam situasi fluktuasi suhu,
cahaya dan faktor-faktor lainnya pada kondisi sistem atau model kultur yang dipakai di hatchery. Pada akhirnya, mikroalga pakan tersebut harus memiliki komposisi nutrisi
atau zat gizi yang baik dan tidak mengandung atau membawa toksin racun. Sementara menurut Coutteau dalam Lavens Sorgeloos 1996, sampai saat ini
telah lebih dari 40 jenis mikroalga yang telah dikultur secara intensif pada usaha pembenihan. Dari sekian banyak jenis mikroalga tersebut yang banyak digunakan
sebagai pakan alami dalam skala usaha budidaya air laut komersil diantaranya adalah dari jenis diatom, dinoflagelata dan alga hijau Tabel 3.
17 Tabel 3 Mikroalga yang umum dikultur secara masal sebagai pakan alami di
panti-panti pembenihan ikan Coutteau dalam Lavens Sorgeloos 1996; De Pauw Persoone 1988.
Klas Genus
Aplikasi
• Bacillariophyceae
Diatom
• Haptophyceae
• Chrysophyceae
• Prasinophyceae
• Cryptophyceae
• Xantophyceae
• Chlorophyceae
• Cyanophyceae
-
Skletonema spp.
-
Thalassiosira
-
Phaedactylum
-
Chaetoceros
-
Cylindrotheca
-
Bellerochea
-
Actinocyclus
-
Nitzchia
-
Cyclotella
-
Isochrysis - Pseudoissochrysis
- Dicrateria - Monochrysis
- Tetraselmis sp. Platymonas - Pyramimonas
- Micromonas
-
Chroomonas
-
Cryptomonas
-
Rhodomonas
-
Chlamydomonas
-
Chlorococcum
-
Olisthodiscus
-
Carteria
-
Dunaliella
-
Chlorella spp.
-
Nannochloropsis oculata
-
Spirulina
-
PL, BL, BP
-
PL, BL, BP
-
PL, BL, BP, ML, BS
-
PL, BL, BP, BS
-
PL
-
BP
-
BP
-
BS
-
BS
-
PL, BL, BP, ML, BS
-
BL, BP, ML
-
BP - BL, BP, BS, MR
- PL, BL, BP, AL, BS, MR, SC - BL, BP
- BP
-
BP
-
BP
-
BL, BP
-
BL, BP, FZ, MR, BS
-
BP - BP
- BP - BP, BS, MR
- BS, SC, MR - BS, SC, MR
- PL, BP, BS,
Keterangan : PL, Larva udang penaid; BL, larva moluska bivalve; ML, larva udang air tawar; BP,
postlarva moluska bivalve; AL, larva abalone; MR, rotifer Brachionus; BS, Artemia; SC, kopepoda laut; FZ, zooplankton air tawar.
Menurut Coutteau dalam Lavens Sorgeloos 1996, produksi mikroalga dalam skala besar kultur masal secara umum menggunakan beberapa metode berikut , yaitu :
1. Metode di dalamdi luar ruangan “indooroutdoor”;
2. Metode terbukatertutup “openclosed”;
3. Metode steril “AxenicNon-axenic”;
4. Metode batch; kontinu; dan semi-kontinu.
18 Adapun kelebihan dan kelemahan beberapa metode kultur mikroalga pakan disajikan
pada Tabel 4 berikut ini : Tabel 4 Kelebihan dan kelemahan beberapa metode kultur mikroalga Coutteau
dalam Lavens Sorgeloos 1996.
Metode Kultur Kelebihan
Kelemahan
Indoor dalam ruangan
Terkontrol Mahal
Outdoor luar ruangan
Murah Kurang terkontrol
Terbuka open Murah
Mudah terkontaminasi Tertutup closed
Kontaminan dapat dideteksi terkontrol
Mahal Axenic
Terprediksi, Sukar, mahal
Non-axenic Murah, mudah
pengoperasiannya -
Batch Mudah,
Kurang efisien, kualitas kurang konsisten
Kontinu Efisien, otomatis, laju
produksi tinggi tiap skala waktu, kualitas sel yang
dihasilkan sangat konsisten Sukar, biasanya hanya pada
produksi skala kecil, peralatan yang digunakan mahal,
kompleks.
Semi-kontinu Mudah, efisien pada item
tertentu Kualitas sel yang dihasilkan
tidak menentu, kurang
Namun, dari semua metode kultur mikroalga yang umum dipakai adalah “Batch- Culture”. Menurut Coutteau dalam Lavens Sorgeloos 1996, metode ini umum
digunakan karena prosedur pengoperasiannya yang sederhana simpel.
19
Gambar 9 Metode Batch Untuk Kultur Mikroalga Lee Tamaru 1983 dalam Lavens Sorgeloos 1986.
1 . Tetraselmis sp.
Tetraselmis sp. merupakan mikroalga yang tergolong sebagai alga biru-hijau
Cyanophyceae yang memiliki flagella sehingga dapat bergerak aktif Gambar 10. Menurut Isnansetyo Kurniastuty 1995 klasifikasi Tetraselmis sp. adalah sebagai
berikut : Filum : Chlorophyta
Klas : Prasinophyceae Ordo : Pyramimonadales
Genus : Tetraselmis Species : T. chuii, T. tetrathele, T. suecica.
2 5 0 m
l
2 l
l
1 0 0
l
1 0
l
2 5 0
l
5 0 0
l
20 Adapun morfologi dan karaketristik mikroalga Tetraselmis spp. antara lain adalah:
• Merupakan alga bersel tunggal dengan empat buah flagella yang berwarna hijau
green flagella sehingga mampu bergerak aktif. •
Khlorofil merupakan pigmen yang dominan dikandungnya sehingga mikroalga ini berwarana hijau dengan dipenuhi plastida kloroplast.
• Tetraselmis
sp. memiliki ukuran sel sebesar 9 – 14 milimikron Marini 2002. •
Dinding sel terbentuk dari selulosa dan pektosa. •
pH optimum 6.9 – 8.0 Marini 2002 •
Memiliki kisaran toleransi salinitas antara 15 – 36 ppt. •
Kisaran suhu untuk pertumbuhannya adalah 15
o
– 36
o
C. Sedangkan optimum suhunya adalah 20° - 24
o
C. •
Kondisi pencahayaan berkisar antara 1.000 – 20.000 lux Marini 2002. •
Reproduksi secara akseksual mitosis dan dapat juga secara seksual meosis.
Gambar 10 Mikroalga Tetraselmis sp.