Chlorella sp. Nannochloropsis oculata

20 Adapun morfologi dan karaketristik mikroalga Tetraselmis spp. antara lain adalah: • Merupakan alga bersel tunggal dengan empat buah flagella yang berwarna hijau green flagella sehingga mampu bergerak aktif. • Khlorofil merupakan pigmen yang dominan dikandungnya sehingga mikroalga ini berwarana hijau dengan dipenuhi plastida kloroplast. • Tetraselmis sp. memiliki ukuran sel sebesar 9 – 14 milimikron Marini 2002. • Dinding sel terbentuk dari selulosa dan pektosa. • pH optimum 6.9 – 8.0 Marini 2002 • Memiliki kisaran toleransi salinitas antara 15 – 36 ppt. • Kisaran suhu untuk pertumbuhannya adalah 15 o – 36 o C. Sedangkan optimum suhunya adalah 20° - 24 o C. • Kondisi pencahayaan berkisar antara 1.000 – 20.000 lux Marini 2002. • Reproduksi secara akseksual mitosis dan dapat juga secara seksual meosis. Gambar 10 Mikroalga Tetraselmis sp.

2. Chlorella sp.

Chlorella sp. merupakan alga hijau yang terdapat di perairan tawar maupun laut. Klasifikasi Cholrella sp. menurut Bold dan Wayn 1985 dalam Isnansetyo dan Kurniastuty 1995 adalah sebagai berikut : Filum : Chlorophyta Klas : Chlorophyceae Ordo : Chlorococales Famili : Chlorellacea Genus : Chlorella Species : Chlorella spp. 21 Chlorella yang hidup di perairan laut antara lain adalah : Chlorella minutissima, C. vulgaris , C. pyrenoidosa, dan C. virginica. Beberapa sifat morfologis dan karakteristik Chlorella sp. adalah sebagai berikut : • Bentuk sel Chlorella bulat atau oval yang merupakan mikroalga bersel tunggal “unicellular”, namun tidak jarang dijumpai dalam keadaan bergerombol. • Berwarna hijau karena pigmen klorofil yang dikandungnya, dinding selnya keras terdiri dari selulosa dan pektin. • Chlorella memiliki ukuran sel sebesar 2 – 8 milimikron Marini 2002. • Sel Chlorella mampu bergerak, namun sangat lambat sehingga dalam pengamatan mikroskop seolah-olah tak bergerak. • Chlorella sp. merupakan mikroalga yang bersifat kosmopolit. • Mikroalga ini mampu tumbuh pada kisaran salinitas 0 – 35 ppt. Tetapi salinitas optimum untuk pertumbuhannya berkisar antara 10 – 20 ppt. • Mikroalga ini masih dapat bertahan hidup hingga suhu 40 o C, namun tidak dapat bertumbuh. Kisaran optimum suhu untuk pertumbuhannya berkisar antara 25 o – 30 o C. • Bereproduksi secara aseksual yaitu dengan pembelahan sel mitosis, akan tetapi dapat pula dengan pemisahan autosporanya meosis. Gambar 11 Mikroalga Chlorella sp.

3. Nannochloropsis oculata

Nannochloropsis oculata merupakan mikroalga yang termasuk keluarga “green flagellate”. Species ini dikenal memiliki pertumbuhan yang cepat dan mudah dalam mengkulturnya. N. oculata juga dikenal luas di kalangan pembenih ikan atau udang karena penggunaannya dalam metode “green-water”. 22 Klasifikasi mikroalga Nannochloropsis oculata menurut Marini 2002 adalah : Filum : Chlorophyta Klas : Eustigmatophyceae Ordo : Pyramimonadales Genus : Nannochloropsis Species : N. oculata. Beberapa ciri morfologis dan karakteristik N. oculata antara lain adalah : • Alga ini dikenal juga sebagai Chlorella-laut marine-chlorellas, namun memiliki flagella. • Berwarna hijau gelap dengan dinding sel tebal dan memiliki ukuran 2 – 4 milimikron Marini 2002. • N. oculata memiliki kandungan omega-3 HUFA berkisar antara 16-42 yang didominasi EPA, dan sedikit DHA. Dari studi yang dilakukan oleh Okauchi et al. 1990 diketahui bahwa kandungan EPA yang paling tinggi dicapai pada 7 hari setelah kultur. • N. oculata juga mengandung vitamin B 12 yang sangat dibutuhkan oleh larva dimasa pertumbuhannya untuk bertahan hidup dan perlindungan terhadap penyakit. • pH optimum untuk pertumbuhannya berkisar antara 7 – 8.4 Marini 2002. • Suhu pertumbuhan berkisar antara 20 o – 31 o C , sedangkan suhu optimumnya adalah 24 o C Marini 2002. • Salinitas optimum yang diinginkan mikroalga ini adalah 22 – 25 ppt. • Kondisi pencahayaan iluminasi berkisar antara 4.000 – 5.000 lux Marini 2002. Gambar 12 Mikroalga Nannochloropsis oculata. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi, Manado. Kegiatan penelitian dilakukan selama 270 hari kerja yang terbagi dalam 2 tahap. Tahap I berlangsung selama 150 hari dari September 2002 hingga Pebruari 2003 dan tahap II, yang berlangsung selama 120 hari dari bulan Mei hingga September 2003. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: kopepoda siklopoida Apocyclops sp., mikroalga Tetraselmis sp., Chlorella sp., dan Nannochloropsis oculata, filtrat air laut bersalinitas 20 ppt, air suling, dan medium Hirata. Adapun peralatan yang digunakan adalah: tabung reaksi, beker glas, labu erlenmeyer, mikroskop coumpond stereoskopik model XN Japan pembesaran 7 – 40x, mikroskop olympus Tokyo 219998 pembesaran 40 – 400x, refraktometer PIKA Tokyo S – 10, jaring plankton berukuran mata jaring 40 milimikron, galon jerigen kapasitas 20 – 25 l air, pipet, haemacytometer, aspirator dan kertas saring GFD Whatman, stoples, botol kultur, gelas ukur, kapas, alumunium foil, otoklaf, hand counter, pengaduk, refraktometer, aerator, sumbmersible aquarium pump, aspirator dan kertas saring, pemanas akuarium heater, blower, dan slang akuarium. Desain Rancangan Penelitian Penelitian dirancang melalui metode penelitian laboratorium ’experimental laboratory’ dan didesain dengan menggunakan rancangan percobaan Mattjik Sumertajaya 2000. Kegiatan penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap I, berupa kegiatan pra-penelitian, dan tahap II, berupa kegiatan penelitian pada aspek perkembangan stadia dan beberapa karakteristik biologi reproduksi Apocyclops sp. Tahap I Penelitian tahap I pra-penelitian bertujuan untuk mendapatkan galur murni F 2 Apocyclops sp. yang akan digunakan sebagai hewan uji dan mengadaptasikannya aklimatisasi terhadap perlakuan yang akan diberikan suhu : 24±1 o C, 28 ±1 o C, 32±1 o C; dan sumber pakan berupa mikroalga Tetraselmis sp., Chlorella, N. Oculata. 24 Tahap pra-penelitian dilakukan dengan mengikuti prosedur atau langkah- langkah kegiatan sebagai berikut: 1. Mengkaji beberapa aspek penelitian terdahulu tentang kopepoda siklopoida Apocyclops sp. Cf. A. borneoensis melalui kegiatan studi literatur Lampiran 6. 2. Identifikasi ulang jenis species kopepoda siklopoida Apocyclops sp. Cf. Apocyclops borneoensis yang diambil dari pertambakkan ikan bandeng Chanos chanos di desa Manembo-nembo kota Bitung Sulawesi Utara Lampiran 1. Proses ini dilakukan karena adanya kekosongan stok kultur murni Apocyclops sp. di Laboratorium Bioteknologi Kelautan FPIK Unsrat Manado. 2. Kultur mikroalga Tetraselmis sp., Chlorella sp. dan N. oculata sebagai stok pakan kopepoda Apocyclops sp. Lampiran 2. 3. Penyediaan stok kopepoda untuk hewan uji Lampiran 3. 4. Aklimatisasi stok kopepoda masing-masing pada suhu 24±1 o C, 28 ±1 o C, dan 32±1 o C, dan diberi pakan mikroalga Tetraselmis sp., Chlorella, dan N. oculata Lampiran 3. 5. Pemilihan bakal induk kopepoda jantan dan betina siap bertelur dengan perbandingan empat ekor jantan dengan seekor betina yang dimasukkan ke dalam 50 buah tabung yang berisi air laut sebanyak 2 ml yang bersalinitas 20 ppt, pada masing-masing suhu dan sumber pakan yang berbeda. Tahap II Pada tahap ini, penelitian bertujuan untuk mengkaji ada tidaknya pengaruh interaksi perlakuan yang diberikan suhu dan sumber pakan dan pengaruh faktor suhu serta sumber pakan yang tepat layak untuk pertumbuhan dan perkembangan Apocyclops sp. dilihat dari beberapa karakteristik reproduksinya biologi reproduksi, yaitu: fekunditas total, rentang hidup dan kemampuan pelepasan telur, kemampuan menetas, kemampuan kopulasi, kisaran waktu aktivitas reproduksi, rasio seks, dan waktu perkembangan perstadia. Pada tahap II, pelaksanaan penelitian dilakukan dengan mengikuti prosedur sebagai berikut ini: a. Penelitian didesain dengan menggunakan rancangan berfaktor RAL faktorial dengan dua faktor, yaitu : suhu dan sumber pakan. Dimana faktor suhu terdiri dari tiga taraf, yaitu : 24 ± 1 o C, 28 ± 1 o C, dan 32 ± 1 o C. Sedangkan faktor kedua 25 Hewan uji : § Tabung 1 – 45 untuk pengamatan fekunditas, kemampuan menetas, waktu aktivitas reproduksi, kopulasi, rentang hidup dan kemampuan melepaskan telur, perkembangan stadia, dan umur § Tabung 46 – 50 untuk pengamatan rasio seks adalah jenis pakan yang terdiri dari tiga taraf, yaitu : Tetraselmis sp., Chlorella, dan N. oculata. b. Pembuatan 50 unit percobaan berdasarkan pola perlakuan ya ng diberikan dan variabel yang diamati. c. Unit percobaan berupa tabung kultur yang masing-masing tabung diisikan hewan uji berupa satu ekor induk betina siap bertelur dengan dua ekor induk jantan. d. Mengamati dan mengukur respon struktur perkembangan stadia dan pola reproduksi berdasarkan variabel yang telah ditetapkan sebelumnya. Secara umum prosedur penelitian tahap I dan II diilustrasikan pada gambar 13 berikut ini: 50 45 2 1 ? ? Stok hewan uji F 2 Induk betina F 1 bertelur 1 induk betina bertelur Stok kopepoda ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? Air sampel yang berasal dari tambak Manembo-nembo F 1 Sebelumnya diambil beberapa kopepoda jantan dan betina untuk diidentifikasi ulang Gambar 13. Identifikasi dan penyediaan stok hewan uji Temperatur : § 24 ± 1 o C § 28 ± 1 o C § 32 ± 1 o C Sumber pakan : § Tetraselmis sp. § Chlorella sp. § Nannochloropsis oculata Aklimatisasi ? ? ? ? ? ? ? ? ? 26 Metode Penelitian 1. Penyediaan bahan dan peralatan Kegiatan ini meliputi pembersihan serta sterilisasi bahan dan peralatan. Wadah kultur yang digunakan berupa tabung reaksi, labu-labu erlenmeyer, stoples dan peralatan lainnya seperti pipet, gelas ukur, cawan arloji yang sebelumnya disterilisasi terlebih dahulu dengan otoklaf. Air laut yang digunakan sebagai media kultur diperoleh dari perairan Teluk Manado dengan salinitas 33 ppt. Air laut ditampung dalam galon dengan kapasitas 20 – 25 liter dan dibiarkan selama 48 jam kemudian disimpan dalam ruangan tanpa cahaya. Hal ini dimaksud untuk menghentikan laju proses fotosintesis di dalamnya. Air laut tersebut selanjutnya disaring filtrasi dan kemudian dibuat sesuai dengan salinitas yang diinginkan 20 ppt melalui proses pengenceran dengan penambahan air aqua. Air laut yang telah difiltrasi tersebut kemudian disterilisasi dengan otoklaf pada suhu 121 C dan ditampung dalam wadah labu 1000 ml sebagai stok. Filtrat air laut ini lah yang dijadikan sebagai media kultur untuk mikroalga dan hewan uji.

2. Kultur pakan alami sebagai sumber pakan kopepoda