27 erlenmeyer ditambah medium kultur hingga mencapai 250 ml. Langkah tersebut
terus dilakukan pada labu ukuran 500 ml hingga 1000 ml. Media diaerasi dan ditempatkan di dalam rak kultur di bawah cahaya lampu TL 20 watt pada ruangan
yang dilengkapi alat pendingin AC dengan suhu 24
o
C.
Gambar 14 Ruang kultur mikroalga
3. Persiapan Hewan Uji Kultur Apocyclops sp.
a. Hewan uji berupa kopepoda siklopoida diambil dari lokasi tambak di desa
Manembo-nembo, Bitung Sulawesi Utara. b.
Dari sampel air tambak Manembo-nembo, diambil beberapa kopepoda jantan dan betina untuk diidentifikasi kembali jenisnya Apocyclops sp.. Proses identifikasi
didasarkan pada Lindberg 1954 dan Sugeha 1996. c.
Setelah diketahui pasti bahwa kopepoda tersebut adalah jenis Apocyclops sp., kemudian diambil 10 kopepoda betina dewasa siap bertelur C
5
– C
6
. d.
Ditaruh dalam tabung reaksi 10 tabung dengan perbandingan dua ekor jantan untuk satu ekor betina dan dibiarkan sampai terjadi kopulasi.
e. Setelah terjadi pelepasan telur dan penetasan “hatching” induk diangkat dengan
menggunakan pipet. f.
Naupli F
1
dibiarkan hingga mencapai dewasa C
5
– C
6
dan dipisahkan antara jantan dan betinanya.
g. Kopepoda dewasa dari F
1
tersebut kemudiaan dibiarkan saling kawin kopulasi untuk menghasilkan turunan F
2
nya. h.
Turunan F
2
inilah yang dijadikan hewan uji dan dijadikan stok
28 i.
Aklimatisasi stok kopepoda masing-masing pada suhu 24 ± 1
o
C, 28±1
o
C, dan 32±1
o
C, dan diberi pakan mikroalga Tetraselmis sp., Chlorella, dan N. oculata. j.
Stok Apocyclops sp. kemudian dikultur dalam tiga wadah stoples berbeda pada suhu yang berbeda 24
± 1
C, 28 ±
1 C, dan 32
± 1
C, salinitas 20 ppt, dan diberi pakan berupa mikroalga Tetraselmis sp., Chlorella spp., dan N. oculata
sebanyak 1 x 10
5
sel ml. k.
Untuk meminimalkan fluktuasi suhu, maka wadah dimasukkan dalam bak fiber yang diberi pemanas ’heater’ dengan pengatur suhu dan pompa air akuarium
‘submersible aquarium pump’.
4. Pelaksanaan penelitian
Penenelitian terhadap struktur dan pola reproduksi Apocyclops sp. pada prinsipnya mengikuti prosedur langkah-langkah penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Sugeha, 1996; Regah, 1996; Midi, 1996; Asngadi, 1996; Mogea, 1996; Kumolontang, 1996; Wulur, 1997; Posumah, 1998; dan Mandik, 1999. Namun semua
penelitian masih diarahkan hanya pada satu kondisi suhu saja yaitu 24±1
o
C dan satu sumber pakan, yaitu mikroalga seperti Tetraselmis sp., N. oculata, Dunaliella dan atau
Chlorella .
Satu ekor induk betina dan dua ekor jantan diambil dari stok hewan uji yang siap bertelur dimasukkan ke dalam tabung tabung 1 – tabung 50 yang berisi 1 ml media
kultur air laut dengan salinitas 20 ppt masing-masing pada suhu yang berbeda 24±1
o
C, 28±1
o
C, dan 32±1
o
C. Tabung 1 – 45 adalah untuk pengamatan : fekunditas total, kemampuan menetas, kemampuan pelepasan telur, kemampuan kopulasi dan
kisaran waktu aktivitas reproduksi, umur rentang waktu dan perkembangan stadia kopepoda, sedangkan tabung 46 - 50 adalah untuk pengamatan rasio seks gambar 13.
Kopepoda Apocyclops sp. diberi pakan berupa mikroalga Tetraselmis sp., Chlorella sp. dan N. oculata dengan kepadatan 1 x 10
5
sel ml Asngadi, 1996; Wulur, 1997; dan Posumah, 1998. Selanjutnya diamati dan diukur sesuai dengan variabel yang
ditentukan.
5. Variabel dan Pengukuran
Pada penelitian ini kopepoda dikultur secara individual kultur individu dalam kondisi laboratorium dan pengamatan diarahkan pada beberapa aspek pola biologi
reproduksinya. Adapun variabel yang diamati dan diukur antara lain adalah :