Kultur pakan alami sebagai sumber pakan kopepoda Persiapan Hewan Uji Kultur Apocyclops sp.

26 Metode Penelitian 1. Penyediaan bahan dan peralatan Kegiatan ini meliputi pembersihan serta sterilisasi bahan dan peralatan. Wadah kultur yang digunakan berupa tabung reaksi, labu-labu erlenmeyer, stoples dan peralatan lainnya seperti pipet, gelas ukur, cawan arloji yang sebelumnya disterilisasi terlebih dahulu dengan otoklaf. Air laut yang digunakan sebagai media kultur diperoleh dari perairan Teluk Manado dengan salinitas 33 ppt. Air laut ditampung dalam galon dengan kapasitas 20 – 25 liter dan dibiarkan selama 48 jam kemudian disimpan dalam ruangan tanpa cahaya. Hal ini dimaksud untuk menghentikan laju proses fotosintesis di dalamnya. Air laut tersebut selanjutnya disaring filtrasi dan kemudian dibuat sesuai dengan salinitas yang diinginkan 20 ppt melalui proses pengenceran dengan penambahan air aqua. Air laut yang telah difiltrasi tersebut kemudian disterilisasi dengan otoklaf pada suhu 121 C dan ditampung dalam wadah labu 1000 ml sebagai stok. Filtrat air laut ini lah yang dijadikan sebagai media kultur untuk mikroalga dan hewan uji.

2. Kultur pakan alami sebagai sumber pakan kopepoda

a Jenis mikroalga yang dipakai sebagai sumber pakan untuk kopepoda siklopoida Apocyclops sp. adalah Tetraselmis sp., Chlorella, dan Nannochloropsis oculata yang diambil dari stok kultur murni pada Laboratorium Bioteknologi Kelautan. Ruang laboratorium tempat penelitian dilengkapi dengan alat pendingin AC dengan suhu 24 o C, dan pada lemari kultur dipasang lampu TL 20 watt dengan intensitas cahaya 1,2 K.lux sebagai alat penerang yang berfungsi juga sebagai sumber cahaya untuk mikroalga melakukan fotosintesis. Sedangkan media kultur yang digunakan untuk mikroalga tersebut adalah medium Hirata. b Filtrat air laut dengan salinitas 20 ppt dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 1000 ml kemudian ditambahkan medium Hirata. Selanjutnya filtrat air laut tersebut diotoklaf pada suhu 121 o C selama 30 menit dan didinginkan pada suhu kamar. Filtrat air laut inilah yang dipakai sebagai medium kultur untuk mikroalga. c Tetraselmis sp., Chlorella, dan N. oculata masing-masing diinokulasi ke dalam labu erlenmeyer berukuran 250 ml sebanyak 10 ml, dan ditambahkan 30 ml media kultur. Setelah mencapai pertumbuhan yang baik ± 7 hari, ke dalam labu 27 erlenmeyer ditambah medium kultur hingga mencapai 250 ml. Langkah tersebut terus dilakukan pada labu ukuran 500 ml hingga 1000 ml. Media diaerasi dan ditempatkan di dalam rak kultur di bawah cahaya lampu TL 20 watt pada ruangan yang dilengkapi alat pendingin AC dengan suhu 24 o C. Gambar 14 Ruang kultur mikroalga

3. Persiapan Hewan Uji Kultur Apocyclops sp.

a. Hewan uji berupa kopepoda siklopoida diambil dari lokasi tambak di desa Manembo-nembo, Bitung Sulawesi Utara. b. Dari sampel air tambak Manembo-nembo, diambil beberapa kopepoda jantan dan betina untuk diidentifikasi kembali jenisnya Apocyclops sp.. Proses identifikasi didasarkan pada Lindberg 1954 dan Sugeha 1996. c. Setelah diketahui pasti bahwa kopepoda tersebut adalah jenis Apocyclops sp., kemudian diambil 10 kopepoda betina dewasa siap bertelur C 5 – C 6 . d. Ditaruh dalam tabung reaksi 10 tabung dengan perbandingan dua ekor jantan untuk satu ekor betina dan dibiarkan sampai terjadi kopulasi. e. Setelah terjadi pelepasan telur dan penetasan “hatching” induk diangkat dengan menggunakan pipet. f. Naupli F 1 dibiarkan hingga mencapai dewasa C 5 – C 6 dan dipisahkan antara jantan dan betinanya. g. Kopepoda dewasa dari F 1 tersebut kemudiaan dibiarkan saling kawin kopulasi untuk menghasilkan turunan F 2 nya. h. Turunan F 2 inilah yang dijadikan hewan uji dan dijadikan stok 28 i. Aklimatisasi stok kopepoda masing-masing pada suhu 24 ± 1 o C, 28±1 o C, dan 32±1 o C, dan diberi pakan mikroalga Tetraselmis sp., Chlorella, dan N. oculata. j. Stok Apocyclops sp. kemudian dikultur dalam tiga wadah stoples berbeda pada suhu yang berbeda 24 ± 1 C, 28 ± 1 C, dan 32 ± 1 C, salinitas 20 ppt, dan diberi pakan berupa mikroalga Tetraselmis sp., Chlorella spp., dan N. oculata sebanyak 1 x 10 5 sel ml. k. Untuk meminimalkan fluktuasi suhu, maka wadah dimasukkan dalam bak fiber yang diberi pemanas ’heater’ dengan pengatur suhu dan pompa air akuarium ‘submersible aquarium pump’.

4. Pelaksanaan penelitian