Pelaksanaan penelitian Study of the Temperature and Food Source Effect on Development and Reproduction Model of the Cyclopoid Copepod Apocyclops sp. That Individual Cultured in the Laboratory at Different Temperature and Food Source

29

a. Fekunditas total dan Kemampuan Telur Menetas

Fekunditas pada Apocyclops sp. adalah jumlah telur yang dihasilkan oleh induk betina dalam satu tahap fertilasi. Pengukuran fekunditas total dilakukan untuk mengetahui jumlah total telur yang dimiliki oleh kopepoda betina setelah kopulasi berlangsung. Nauplii yang berhasil menetas dan telur-telur yang tidak menetas infertil dari peristiwa penetasan dihitung. Jumlah naupli dan telur infertil tersebut dihitung secara langsung dengan bantuan mikroskop dan “hand counter”. Adapun periode pengamatan terhadap fekunditas total dan kemampuan menetas dilakukan setiap hari pada tiap kali penetasan. Pengukuran kemampuan menetas dilakukan dengan menghitung jumlah telur-telur yang berhasil menetas setelah dilepaskan oleh induk betina dan telur-telur yang tidak menetas. Adapun pengamatan terhadap variabel ini dilakukan setiap hari setiap kali terjadi penetasan.

b. Kemampuan Pelepasan Telur

Kemampuan pelepasan telur adalah kemampuan maksimal induk kopepoda betina dalam melepaskan kantung telur setelah melakukan kopulasi selama hidupnya. Pengamatan terhadap kemampuan pelepasan telur tersebut dilakukan setiap hari yang dimulai pada saat induk pertama kali melepaskan kantung telur. Adapun data yang dicatat adalah tanggal kopulasi dan tanggal pelepasan kantung telur. Kegiatan ini dihentikan setelah induk tidak lagi membawa kantung telur. Hal ini diasumsikan bahwa cadangan spermatofor dari induk jantan dalam tubuh induk betina telah habis.

c. Frekwensi Kopulasi dan Kisaran Waktu Aktivitas Reproduksi

Frekwensi kopulasi dilakukan untuk menghitung berapa kali kopepoda betina melakukan kopulasi selama hidupnya. Sedangkan pengukuran aktivitas reproduksi dimaksudkan untuk mengetahui kisaran waktu yang digunakan oleh kopepoda betina saat mulai reproduksi kopulasi - penetasan.

d. Rasio Seks

Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan rasio jumlah betina dan jantan kopepoda yang dikultur dari satu induk. Penghitungan rasio seks dilakukan mengikuti pola yang digunakan oleh Hagiwara 1995, yaitu pada saat kopepoda telah jelas antara jenis jantan dan betinanya.