Kepadatan dan komposisi Karakteristik makrozoobenthos

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik makrozoobenthos

Hasil analisis struktur komunitas makrozoobenthos antara lain kepadatan dan komposisi, indeks keanekaragaman dan indeks keseragaman. Hasil analisis tersebut dijelaskan sebagai berikut :

4.1.1 Kepadatan dan komposisi

Hasil perhitungan komposisi menunjukkan makrozoobenthos di Teluk Jakarta terdiri dari Polychaeta 51,3, Mollusca 36,84, Crustacea 9,76, Chaetognatha 0,61, Foraminifera 0,57, Sipuncula 0,35, Echinodermata 0,39, Chordata 0,16, dan Branchiopoda 0,02. Biota yang mempunyai kepadatan tinggi secara keseluruhan di Teluk Jakarta adalah dari kelas Polychaeta yaitu seperti Cirratulus sp. , Dodecaceria sp. dan Prionospio sp. dari filum Mollusca yaitu Macta sp. dan Chione sp. Hal ini diduga kondisi lingkungan perairan menunjukkan adanya tekanan ekologis yang cukup tinggi karena banyaknya sungai-sungai yang bermuara di teluk dan membawa limbah yang berbahaya bagi kelangsungan hidup makrozoobenthos. Akibatnya adalah kematian bagi makrozoobenthos yang tidak mampu beradaptasi dan bagi spesies yang mampu beradaptasi akan mendominasi dalam hal ini adalah kelas Polychaeta. Menurut Pearson dan Rosenberg 1978, kelas Polychaeta jenis Prionospio sp., Cirratulus sp. dan Dodecaceria sp. termasuk ke dalam spesies yang mempunyai toleransi tinggi atau hidup di habitat yang tercemar. Kepadatan total dan komposisi pada setiap stasiun pengamatan disajikan pada Gambar 3 berikut. 3000 6000 9000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Stasiun Kepadatan indm 2 20 40 60 80 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Stasiun Komposisi Molusca Crustacea Foraminifera Polychaeta Chaetognatha Sipuncula Echinodermata Chordata Branchiopoda a b Gambar 3. Hasil pengukuran makrozoobenthos yang meliputi kepadatan a dan komposisi b di setiap stasiun pengamatan Stasiun 1 dan 2 merupakan stasiun yang mempunyai kepadatan yang tinggi jika dibandingkan dengan stasiun yang lain Gambar 3a dan komposisi jenis tertinggi merupakan dari kelas Polychaeta Gambar 3b. Nilai kepadatan pada stasiun 1 sebesar 8168 Indm 2 dan 95,7 merupakan kelas Polychaetha, sedangkan untuk stasiun 2 nilai kepadatannya sebesar 4629 Indm 2 dan 89,5 merupakan kelas Polychaeta. Kelas Polychaeta yang yang tertinggi pada stasiun 1 dan 2 yaitu jenis Cirratulus sp. dengan kisaran nilai kepadatan antara 196-422 indm 2 dan Sigambra sp. dengan kisaran nilai kepadatan 125-258 indm 2 . Hal ini diduga karena pada kelompok ini mempunyai karakteristik sedimen dominan pasir sedang sampai pasir sangat halus , sedangkan Cirratulus sp. dan Sigambra sp. merupakan Polychaeta tipe tabung. Menurut Nybakken 1992, organisme pembuat tabung dapat kita jumpai pada substrat pasir. Razak 2004 , cacing yang tinggal dalam tabung dapat mengatasi rendahnya konsentrasi oksigen sampai kondisi tanpa oksigen. Cacing tersebut mengkonsumsi oksigen dari permukaan 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Stasiun Keanekaragaman H 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Stasiun Keseragaman E sedimen dangan insangnya, selain itu juga dapat mengatur respirasi aerobik dengan mukus yang diproduksi oleh permukaan tubuh di dalam tabungnya. Kepadatan terendah terdapat pada stasiun 4 yaitu sebesar 16 Indm 2 dan hanya ada 2 jenis yaitu Mactra sp. dari filum Mollusca dengan kepadatan 12 indm 2 dan Cirratulus sp. dari filum Polychaeta de ngan nilai kepadatan 4 indm 2 . Hal ini diduga karena stasiun tersebut mempunyai kandungan oksigen yang rendah sehingga hanya biota yang mempunyai toleransi tinggi yang dapat bertahan hidup.

4.1.2 Indeks keanekaragaman dan keseragaman