Suhu Parameter fisika perairan

maupun jumlah individu makrozoobenthos. Pada tahun 2003 musim timur ditemukan 110 jenis dan 76093 individu makrozoobenthos dan musim barat 124 jenis dan 26610 individu, sedangka n tahun 2004 musim timur 16 jenis dan 196 individu dan musim barat 39 jenis dan 991 individu. Penurunan ini seiring dengan menurunnya semua jenis dan jumlah individu pada semua kelompok taxa, namun jenis seperti Jassa sp. dari kelompok Crustacea dan Alveinus sp dari kelompok Mollusca. tetap hadir dengan kelimpahan yang selalu lebih tinggi dari jenis lainnya. Ini menunjukkan bahwa kedua jenis ini mempunyai sebaran yang cukup luas di perairan Teluk Jakarta.

2.3. Parameter fisika perairan

2.3.1. Suhu

Suhu perairan dipengaruhi oleh musim, lintang, waktu dalam satu hari, sirkulasi udara, penutupan awan, aliran dan kedalaman badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi perairan Effendi, 2003. Menurut Klein 1972 in Ardi 2002 suhu air yang tinggi dapat menambah daya racun senyawa-senyawa beracun seperti NO 2 , NH 3 terhadap hewan akuatik, serta dapat mempercepat kegia tan metabolisme hewan akuatik. Menurut Razak 2004 suhu air laut di sekitar perairan Teluk Jakarta pada musim barat bervariasi. Suhu di dekat dasar perairan antara 29,03-30,95 o C dengan rata-rata 29,90 o C. Suhu permukaan Teluk Jakarta berkisar antara 30,49-31,87 o C dengan rata-rata 31,13 o C. Suhu air relatif tinggi pada siang hari dan semakin ke lapisan dalam, suhu air memperlihatkan nilai yang cenderung makin dingin. Maksimum suhu air pada lapisan permukaan di Teluk Jakarta adalah lokasi sekitar muara Cilincing. Untuk nilai rerata suhu air menunjukkan bahwa suhu di sekitar Muara Baru relatif lebih hangat dari pada lokasi lainnya. 2.3.2. Kedalaman Kedalaman perairan mempengaruhi kelimpahan dan distribusi makrozoobenthos. Dasar perairan yang kedalamannya berbeda akan dihuni oleh makrozoobenthos yang berbeda pula, sehingga terjadi stratifikasi komunitas menurut kedalaman Wright, 1984. Menurut Razak 2004 Perairan Teluk Jakarta bagian barat sekitar Sungai Cengkareng dan Sungai Kamal kedalamannya dari dekat darat ke arah laut berkisar antara 1 hingga 7 meter. Hal ini karena adanya sedimentasi yang cukup tinggi serta adanya pembuangan limbah dari darat. Bagian tengah teluk mempunyai kedalaman air berkisar antara 4 sampai 9,5 meter dan pada bagian timur teluk Sekitar Sungai Cilincing dan Sungai Marunda berkisar antar 1,5 hingga 12 meter. 2.3.3. Kekeruhan Kekeruhan adalah gambaran sifat optik air dari suatu perairan yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang dipancarkan dan diserap oleh partikel-partikel yang ada dalam air. Kekeruhan juga dapat disebabkan oleh bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut, maupun bahan organik dan anorganik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain Effendi, 2003. Padatan tersuspensi dan kekeruhan memiliki korelasi positif yaitu semakin tinggi nilai padatan tersuspensi maka semakin tinggi nilai kekeruhan. Akan tetapi tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan. Air laut memiliki padatan terlarut tinggi, tetapi tidak berarti kekeruhan tinggi pula. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi seperti pernafasan dan daya lihat organisme akuatik serta dapat menghambat penetrasi cahaya dalam air Effendi, 2003. Menurut Razak 2004 kekeruhan air laut merupakan kebalikan dari kecerahan. Pada musim timur nilai kekeruhan di sepanjang perairan Teluk Jakarta bervariasi antara 0,5-66,4 NTU. Nilai rerata kekeruhan air laut di Muara Baru relatif lebih keruh dari pada di sekitar Marunda maupun Cilincing. Maksimum nilai kekeruhan dijumpai di sekitar perairan Cilincing. 2.3.4. Kecerahan Kecerahan adalah ukuran transparansi perairan yang diamati secara visual dengan alat bantu yang disebut Secchi Disk Effendi, 2003. Kecerahan dapat menggambarkan banyaknya kandungan partikel tersuspensi di perairan baik plankton, lumpur maupun baha n organik. Menurut Razak 2004 kecerahan perairan Teluk Jakarta kurang dari 5 diperoleh di sebelah barat dekat muara Sungai Cengkareng dan Sungai Kamal. Hal yang sama dijumpai di sebelah timur di dekat muara Sungai Cilincing dan Sungai Marunda serta muara Sungai Bekasi. Secara umum menunjukkan bahwa lokasi di sepanjang Teluk Jakarta yang diteliti ternyata hanya mempunyai tingkat kecerahan sampai 50 saja. Ini berarti sebagian teluk sudah menunjukkan kondisi keruh. 2.3.5. Total Padatan Tersuspensi Total padatan tersuspensi TSS adalah bahan-bahan tersuspensi yang tidak larut dalam air. Bahan-bahan ini baik organik maupun anorganik yang keberadaannya antara lain berbentuk partikel dan tidak larut dalam air Effendi, 2003. Menurut Canter dan Hill 1981 in Vitner 2001, terdapat hubungan antara indeks kualitas air dengan kandungan padatan tersuspensi. Kandungan muatan padatan tersuspensi dan kategori air terlihat dalam Tabel 2. Tabel 2. Konsentrasi padatan tersuspensi dan kategori kualitas lingkungan perairan Canter dan Hill, 1981 in Vitner, 2001. Konsentrasi Padatan tersuspensi mgl Kategori Kualitas Lingkungan Perairan 4 4 – 10 10 - 15 15 – 20 20 – 35 Sangat baik Baik Sedang Kurang baik Tidak baik 2.4. Parameter kimia perairan 2.4.1. Salinitas Salinitas adalah jumlah berat semua garam dalam gram yang terlarut dalam satu liter air, biasanya dinyatakan dalam satuan ‰ per mil, gram per liter. Menurut Razak 2004 nilai salinitas perairan Teluk Jakarta pada musim barat bervariasi antara 31,241-33,065 psu dan pola distribusi memperlihatkan bahwa semakin ke lapisan dalam, nilai salinitas cenderung makin besar atau makin asin. Salinitas pada lapisan permukaan lebih bervariasi dari lapisan di bawahnya. Perbedaan kisaran nilai salinitas di setiap lokasi sepanjang perairan Teluk Jakarta mulai dari Muara Baru, Marunda hingga Cilincing berturut -turut adalah 0,72, 1,203 dan 1,823 psu. Perbedaan nilai salinitas relatif tinggi dijumpai pada lapisan permukaan di lokasi sekitar perairan Cilincing. Maksimum nilai salinitas teramati pada lapisan kedalaman dekat dengan dasar, sedangkan nilai rerata salinitas di perairan sekitar Cilincing relatif lebih tinggi daripada lokasi perairan Marunda dan Muara Baru.

2.4.2. pH