3.3.3 Indeks keseragaman
Indeks keseragaman makrozoobenthos pada masing-masing stasiun pengamatan merupakan hasil rata -rata dari 10 ulangan. Menurut Magurran 1983
nilai E sama dengan 1 artinya jumlah individu tiap jenis adalah sama. Indeks tersebut dianalisis menggunakan indeks keseragaman Krebs,1989 sebagai
berikut :
max
H H
E =
dengan S
H
2 max
log =
Keterangan : S = Jumlah taksa E = nilai keseragaman
H’ = Nilai keanekaragaman
3.3.4 Pengelompokan habitat dan komunitas makrozoobenthos
Untuk melihat pengelompoka n antar stasiun berdasarkan parameter fis ika- kimia dan makrozoobenthos digunakan analisis Nonmetrik Multi Dimentional
Scaling NMDS. Program yang digunakan adalah program Primer versi 5. Nilai
stress berkisar antara 0-1. Data dikatakan representatif apabila nilai stress
mendekati nilai 0 dan begitu sebaliknya.
3.3.6 Hubungan makrozoobenthos dengan fisika-kimia sedimen
Untuk melihat adanya hubungan antara makrozoobenthos dengan keadaan fisika-kimia sedimen, maka dilakukan uji korelasi Spearman Rank. Uji tersebut
dianalisis menggunakan program SPSS Statistical Program for Social Sciences versi 12 dengan selang kepercayaan 95.
Hipotesis : H
o
= Jenis makrozoobenthos ke-i dengan parameter ke-j tidak berhubungan H
1
= Jenis makrozoobenthos ke-i dengan parameter ke-j berhubungan Apabila di tabel korelasi dengan kaidah keputusan sebagai berikut :
Probabilitas 0,05 , maka gagal tolak H
o
Probabilitas 0,05 , maka tolak H
o
Jika dari tabel korelasi diperoleh nilai probabilitas 0,05, maka sedikitnya ada jenis ke -i yang berhubungan dengan parameter ke-j.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik makrozoobenthos
Hasil analisis struktur komunitas makrozoobenthos antara lain kepadatan dan komposisi, indeks keanekaragaman dan indeks keseragaman. Hasil analisis
tersebut dijelaskan sebagai berikut :
4.1.1 Kepadatan dan komposisi
Hasil perhitungan komposisi menunjukkan makrozoobenthos di Teluk Jakarta terdiri dari Polychaeta 51,3, Mollusca 36,84, Crustacea 9,76,
Chaetognatha 0,61, Foraminifera 0,57, Sipuncula 0,35, Echinodermata 0,39, Chordata 0,16, dan Branchiopoda 0,02. Biota yang mempunyai
kepadatan tinggi secara keseluruhan di Teluk Jakarta adalah dari kelas Polychaeta yaitu seperti Cirratulus sp. , Dodecaceria sp. dan Prionospio sp. dari filum
Mollusca yaitu Macta sp. dan Chione sp. Hal ini diduga kondisi lingkungan perairan menunjukkan adanya tekanan ekologis yang cukup tinggi karena
banyaknya sungai-sungai yang bermuara di teluk dan membawa limbah yang berbahaya bagi kelangsungan hidup makrozoobenthos. Akibatnya adalah
kematian bagi makrozoobenthos yang tidak mampu beradaptasi dan bagi spesies yang mampu beradaptasi akan mendominasi dalam hal ini adalah kelas
Polychaeta. Menurut Pearson dan Rosenberg 1978, kelas Polychaeta jenis Prionospio
sp., Cirratulus sp. dan Dodecaceria sp. termasuk ke dalam spesies yang mempunyai toleransi tinggi atau hidup di habitat yang tercemar. Kepadatan
total dan komposisi pada setiap stasiun pengamatan disajikan pada Gambar 3 berikut.