maksimum kandungan H
2
S bagi kehidupan biota laut adalah 0,01 mgl. Hal ini menyatakan bahwa kandungan H
2
S di Teluk Jakarta telah melebihi ambang batas bagi kehidupan organisme karena kandungan H
2
S teluk diatas 0,01 mgl.
4.3 Karakteristik sedimen
Ada beberapa tipe sedimen di Teluk Jakarta dari fraksi pasir ukuran sedang sampai lumpur Gambar 7a, Lampiran 2. Tetapi secara keseluruhan tipe
sedimen dominan lumpur kecuali stasiun 1 bertipe pasir ukuran sangat halus, stasiun 2 bertipe pasir ukuran sedang dan stasiun 6 bertipe pasir halus. Tipe
sedimen di Teluk Jakarta dominan lumpur diduga berasal dari sedimen yang dibawa ke estuari baik oleh laut maupun air tawar. Sungai yang merupakan
sumber air tawar mengikat partikel lumpur dalam bentuk suspensi. Ketika partikel tersuspensi ini bercampur dengan air laut di estuari menyebabkan partikel lumpur
menggumpal, membentuk partikel yang lebih berat dan besar serta mengendap dan membentuk dasar lumpur yang khas. Adanya tipe pasir diduga karena stasiun
tersebut merupakan daerah yang kurang terlindungi dari pergerakan air atau mempunyai pergerakan air yang tinggi sehingga sulit untuk mempertahankan
berbagai partikel-partikel halus dalam bentuk tersuspensi. Hal ini didukung oleh pernyataan Nybakken 1992, bahwa pengendapan partikel bergantung pada arus
dan ukuran partikel. Partikel yang lebih besar mengendap lebih cepat dari pada partikel yang lebih kecil dan arus yang kuat mempertahankan partikel tersuspensi
lebih lama dari pada arus lemah. Oleh karena itu substrat pada tempat arus kuat akan menjadi kasar pasir, karena partikel besar yang akan mengendap,
sedangkan pada perairan arus lemah, lumpur halus yang akan mengendap. Kandungan C-organik pada perairan Teluk Jakarta berkisar antara 2,84-
4,33 Gambar 7b, Lampiran 2. Kandungan C-organik pada sedimen menunjukkan banyaknya bahan organik yang mengendap di dasar perairan.
Rendahnya kandungan C-organik pada perairan Teluk Jakarta diduga karena masih ada penyusun bahan organik lain seperti N atau P. Adanya perbedaan
kandungan C-organik diduga karena tipe sedimen yang berbeda ukuran partikelnya antar stasiun sehingga mempengaruhi banyak sedikitnya kandungan
C-organik yang terkandung. Hal ini didukung oleh pernyataan Nybakken 1992,
Nilai Tengah diameter butiran
m 100
200 300
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 Pasir
halus Pasir
Sedang Lumpur Lumpur Pasir
sangat halus
Lumpur Lumpur Lumpur Lumpur Lumpur Lumpur Lumpur Lumpur
Stasiun
30 60
90
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 Stasiun
Kandungan debu liat 2
4 6
8
C-organik
Debu liat C-Organik
bahwa pantai berlumpur cenderung untuk mengakumulasi bahan organik. Akibatnya substrat ini sangat kaya akan bahan organik. Tingginya kandungan C-
organik dalam sedimen tidak menguntungkan bagi makrozoobenthos. Hal ini disebabkan berlimpahnya partikel organik yang halus dan mengendap di lumpur
akan menyumbat permukaan alat organisme apabila terjadi resuspensi. Namun di sisi lain dapat bermanfaat sebagai sumber makanan terutama bagi deposit feeder.
Berikut adalah gambar hasil analisis terhadap parameter fisika -kimia sedimen di Teluk Jakarta. Parameter-parameter tersebut disajikan pada Gambar 7
berikut.
a
b
Gambar 7. Hasil pengukuran parameter sedimen yang meliputi tipe sedimen a, kandungan debu liat dan C=organik b di setiap stasiun pengamatan
4.4 Pengelompokan komunitas makrozoobenthos dan lingkungan