semakin ke lapisan dalam, nilai salinitas cenderung makin besar atau makin asin. Salinitas pada lapisan permukaan lebih bervariasi dari lapisan di bawahnya.
Perbedaan kisaran nilai salinitas di setiap lokasi sepanjang perairan Teluk Jakarta mulai dari Muara Baru, Marunda hingga Cilincing berturut -turut adalah 0,72,
1,203 dan 1,823 psu. Perbedaan nilai salinitas relatif tinggi dijumpai pada lapisan permukaan di lokasi sekitar perairan Cilincing. Maksimum nilai salinitas teramati
pada lapisan kedalaman dekat dengan dasar, sedangkan nilai rerata salinitas di perairan sekitar Cilincing relatif lebih tinggi daripada lokasi perairan Marunda dan
Muara Baru.
2.4.2. pH
Nilai pH merupakan parameter yang sa ngat penting dalam pemantauan kualitas perairan. Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa parameter antara lain
aktivitas biologi, suhu, kandungan oksigen terlarut dan adanya ion-ion. Menurut Odum 1992 dan Nybakken 1992 perubahan pH pada perairan laut biasanya
sangat kecil karena adanya turbulensi massa air yang selalu menstabilkan kondisi perairan.
Menurut Razak 2004 secara keseluruhan nilai rata-rata pH tertinggi 8,07 diperoleh pada musim barat di lokasi perairan Teluk Jakarta bagian timur dan
terendah 7,89 diperoleh pada musim timur di perairan Teluk Jakarta bagian timur. Rendahnya pH mungkin disebabkan bercampurnya pH di lapisan
permukaan dan dekat dasar akibat terjadinya pengadukan massa air laut pada musim timur. Distribusi derajat keasaman air laut menunjukkan distribusi yang
beraturan dengan nilai yang semakin tinggi ke arah laut baik pada lapisan permukaan maupun dasar.
2.4.3. Oksigen terlarut DO
Penyebaran oksigen di laut dipengaruhi oleh kedalaman perairan, sehingga dalam suatu perairan dapat terjadi stratifikasi oksigen secara vertikal Nybakken,
1992. Menurut Razak 2004 oksigen terlarut pada perairan Teluk Jakarta semakin ke dasar semakin berkurang kadarnya dengan variasi yang tidak terlalu
mencolok perbedaannya. Hal ini merupakan kondisi yang wajar untuk suatu
perairan, karena semakin ke dasar semakin banyak pemakaian oksigen terlarut untuk proses pembentukan komponen anorganik. Secara keseluruhan kadar rata-
rata oksigen terlarut pada musim barat lebih tinggi dari pada musim timur. Kadar oksigen tertinggi 4,28 ml diperoleh pada musim barat di Teluk Jakarta bagian
barat sekitar Sungai Cengkareng dan Sungai Kamal dan terendah 3,95 ml diperoleh pada musim timur di perairan Teluk Jakarta bagian timur sekitar
Sungai Cilincin g dan Sungai Marunda. Distribusi oksigen terlarut menunjukkan nilai yang semakin tinggi kearah laut baik pada lapisan permukaan maupun dasar.
Menurut Razak 2004 banyaknya bahan organik yang pada akhirnya mengendap menuju dasar perairan dapat menjadikan alasan terjadinya penurunan
kadar oksigen tersebut di atas, namun demikian variasi kadar oksigen terlarut di perairan Teluk Jakarta ini masih dalam kisaran yang wajar untuk suatu perairan.
Pescod 1977 in Razak 2004 menyatakan bahwa standar kadar oksigen terlarut dalam suatu perairan yang baik untuk budidaya perikanan di daerah tropis
minimal 2,86 ml. Ketersediaan oksigen menurut Wardoyo 1975 in Vitner 2001 harus lebih dari 2 ppm. Karena kondisi tersebut merupakan batas
minimum oksigen yang dapat mendukung berlangsungnya aktifitas organisme perairan. Karena itu sering tingkat kelarutan oksigen dijadikan sebagai indikator
gangguan perairan. 2.4.4. Kebutuhan oksigen biokimiawi BOD
5
Menurut APHA 1989 BOD
5
merupakan ukuran banyaknya oksigen yang digunakan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan organik yang
terdapat dalam air dalam waktu 5 hari. Nilai BOD yang besar menunjukkan aktivitas organisme yang semakin tinggi dalam menguraikan bahan organik. Nilai
BOD
5
yang tinggi menunjukkan penurunan kualitas perairan. BOD
5
di perairan bagian tengah Teluk Jakarta ± 15 km dari pantai berkisar antara 10,08– 13,42 mgl, dan dekat pantai berkisar antara 19,95-23,68 mgl. Baku
mutu BOD
5
yang diinginkan untuk biota laut dan perikanan kurang dari 25 mgl KPPL, 1997. Kep MENLH No.51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut
menetapkan ambang batas maksimum kandungan BOD
5
bagi kehidupan biota laut sebesar 20 mgl.
2.4.5. Hidrogen sulfida H