I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Kayu adalah bahan alami yang berasal dari pohon. Pohon-pohon itu sendiri tumbuh di hutan, di taman, di ladang, di kebun bahkan di halaman rumah
kita. Oleh karena itu, dalam bentuknya yang asli, kayu merupakan bagian penting dari alam hayati dan tentu saja merupakan bagian dari lingkungan hidup kita
Nandika et al. 1996. Sebagai bahan alami, diperlukan waktu yang cukup lama untuk menghasilkan kayu dari sebuah pohon. Manusia sangat membutuhkan kayu
dalam kehidupannya, terutama untuk pembangunan perumahan. Salah satu komponen kimia yang terdapat di dalam kayu adalah zat
ekstraktif. Zat ekstraktif bukan merupakan penyusun utama dinding sel. Sebagian zat ekstraktif berada di dalam rongga sel, dan sebagian lainnya berada di
dalam dinding sel. Keberadaannya dalam dinding sel bukan merupakan ikatan kimia dengan komponen-komponen utama penyusun dinding sel Syafii 1996.
Kandungan ekstraktif di dalam kayu memang sangat kecil dibandingkan dengan kandungan selulosa, hemiselulosa maupun lignin, akan tetapi pengaruhnya
cukup besar terhadap sifat kayu dan sifat pengolahannya, antara lain yang sangat penting adalah pengaruhnya terhadap sifat keawetan alami kayu.
Sebagian besar kayu di Indonesia mempunyai keawetan alami yang rendah + 80, sehingga mudah rusak, keropos atau lapuk akibat serangan organisme
perusak kayu. Disamping itu, ketergantungan kepada jenis-jenis kayu awet menyebabkan penggunaan kayu kurang optimal. Untuk mengatasi hal tersebut
perlu dikembangkan upaya untuk meningkatkan keawetan pada jenis kayu yang kurang awet.
Beberapa cara mengawetkan kayu seperti pelaburan, pencelupan, perendaman rendaman dingin dan rendaman panas-dingin sudah dikenal di
Indonesia sejak tahun 1950-an. Metode-metode tersebut dikenal sebagai metode sederhana. Metode yang lebih modern diantaranya adalah vakum tekan serta
injeksi. Dalam mengawetkan kayu diperlukan adanya bahan pengawet yang
bersifat racun terhadap organisme perusak kayu serta alat-alat yang mendukung
proses pengawetan tersebut. Bahan pengawet yang biasa digunakan saat ini, pada umumnya adalah bahan pengawet kimia yang tidak hanya membahayakan bagi
organisme sasaran tapi juga dikhawatirkan dapat membahayakan organisme lain bahkan pada manusia. Untuk itu diperlukan adanya alternatif bahan pengawet
yang lebih aman bagi manusia serta lingkungan dengan biaya relatif rendah dan dapat memberikan perlindungan yang efektif terhadap kayu dari serangan
organisme perusak kayu.
B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak akar tuba, belerang dan kapur sebagai bahan pengawet alami alternatif untuk melindungi
kayu Gmelina arborea Roxb. dari serangan jamur pelapuk kayu Daldinia concentrica dan Schizophyllum commune.
II. TINJAUAN PUSTAKA A.