Gmelina arborea Roxb. TINJAUAN PUSTAKA A.

F. Gmelina arborea Roxb.

Tumbuhan yang termasuk famili Verbenaceae ini disebut juga gmelina, yemane, gamari, gumhar, dan jati putih. Gmelina merupakan tumbuhan asli India, penyebarannya meliputi negara Pakistan, Kamboja, Thailand, Srilangka, dan Cina bagian Selatan. Pohon gmelina dapat tumbuh baik pada ketinggian 90-900 mdpl. Dalam keadaan khusus seperti di daerah lembah Srilangka, dapat tumbuh pada ketinggian 1500 mdpl. Curah hujan tahunan yang dikehendaki berkisar antara 760-4500 mm. Bentuk pohon gmelina bulat, lurus, dan tidak berbanir. Ketinggian pohon dapat mencapai 30 m dengan diameter sampai 100 cm dan berbatang bebas cabang 15 m. Tajuk menyerupai kerucut atau tidak teratur dengan percabangan banyak. Daur tanaman untuk bahan baku pulp 8 tahun dan non-pulp 15 tahun. Gmelina dapat berbuah setelah berumur 4 tahun, yaitu setahun sekali antara bulan April-Juli. Untuk pembuatan benih sebaiknya dipetik dari induk yang sehat dan telah berumur 7 tahun atau lebih Khaerudin 1999. Ciri-ciri makroskopik kayu gmelina antara lain, warna teras berwarna putih atau putih kekuning-kuningan, gubal putih, kadang-kadang kehijauan, tidak tegas batas teras dan gubalnya. Corak permukaan polos dengan tekstur agak kasar sampai kasar sedangkan arah seratnya lurus sampai berpadu. Permukaannya sedikit mengkilap, kesan rabanya licin dan kayu agak lunak. Gmelina memiliki ciri-ciri mikroskopik diantaranya, sel pembuluhpori bertata baur, sebagian besar berganda radial yang terdiri atas 2-4 pori, kadang-kadang sampai 5, diameter porinya agak kecil sampai agak besar, frekuensinya jarang sampai agak jarang, tilosis banyak dijumpai, bidang perforasi sederhana. Parenkima biasanya bertipe paratrakeal bentuk selubung, sebagian cenderung bentuk sayap, jarang-jarang yang konfluen. Jari-jari sempit sampai agak lebar, letaknya jarang, ukurannya agak pendek Mandang Pandit 1997. Bobot jenis rata-rata terendah gmelina adalah 0,42 dan tertinggi 0,61. Kayu gmelina termasuk dalam kelas kuat III II-IV dan kelas awetnya IV-V. Menurut SNI 03-5010.1-1999, kelas awet kayu adalah tingkatan keawetan alami dari kayu teras, yang terbagi menjadi kelas awet I sangat awet, kelas awet II awet, kelas awet III kurang awet, kelas awet IV tidak awet, dan kelas awet V sangat tidak awet. Kayu gmelina dapat digunakan sebagai bahan konstruksi ringan, kayu pertukangan, pembungkus, barang kerajinan, perabot rumah tangan, vinir hias; juga digunakan untuk lantai, alat musik, korek api, badan kereta dan kapalperahu; jenis kayu ini cocok juga untuk dibuat pulp Mandang Pandit 1997.

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005 hingga Maret 2006 di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan dan Laboratorium Penyakit Hutan, Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB.

B. Bahan dan Alat

Bahan baku yang digunakan adalah potongan kayu dari jenis pohon gmelina, sebagai contoh uji. Bahan pengawet yang dipakai berupa air belerang, kapur, dan ekstrak akar tuba. Biakan murni jamur dari jenis D. concentrica dan S. commune. Selain itu diperlukan juga bahan untuk menumbuhkan biakan murni jamur yaitu, PDA Potatoes Dextrose Agar, alkohol 70, kapas, tissue, alumunium foil. Peralatan yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi, a peralatan untuk pembuatan contoh uji yaitu gergaji, kaliper, b peralatan pengawetan kayu yaitu evaporator, bak rendam, gelas piala, gelas ukur, c peralatan untuk pembiakan jamur yaitu laminar airflow, autoklaf, oven, timbangan, lampu bunsen, erlenmeyer, cawan Petri, jarum inokulasi, botol kaca, pinset, penyaring.

C. Metode 1.

Penyiapan Biakan Murni Jamur Pembiakan jamur dilakukan dengan menggunakan media PDA. Komposisi bahan untuk menghasilkan 1000 ml PDA yaitu terdiri dari 200 gram kentang, 20 gram gula pasir, dan 17 gram agar-agar bubuk. Proses pembuatan media PDA, pertama merebus potongan-potongan kentang dalam 500 ml air hingga kentang lunak dan didapat ekstrak kentang. Agar dan gula pasir dilarutkan ke dalam ekstrak kentang, lalu ditambahkan air hingga 1000 ml. Kemudian campuran tersebut dipanaskan kembali hingga mendidih. Media yang telah jadi dimasukkan ke dalam erlenmeyer atau botol kaca lalu ditutup rapat dengan kapas dan alumunium foil agar udara tidak masuk. Selanjutnya media disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 o C selama 15 menit dengan tekanan 15 psi.