penyerangan kayu dibandingkan dengan dua jenis jamur lainnya. Rata-rata persentase penurunan bobot kayu yang disebabkan oleh ketiga jenis jamur
tersebut masing-masing yaitu, S. commune 19,19, P. sanquineus 14,04, dan D. spatularia sebesar 13,86.
D. Pengawetan Kayu
Pengawetan kayu adalah perlakuan kimia danatau perlakuan fisik terhadap kayu untuk memperpanjang masa pakai kayu. Dalam kenyataan sehari-
hari, yang dimaksud dengan pengawetan adalah proses pemasukan bahan kimia ke dalam kayu untuk meningkatkan keawetannya. Bahan kimia yang digunakan
dalam perlakuan tersebut dinamakan bahan pengawet kayu Nandika et al. 1996. Hunt dan Garrat 1986 mengemukakan bahwa suatu bahan pengawet
kayu yang baik untuk penggunaan komersial umumnya harus beracun terhadap perusak-perusak kayu, permanen, mudah meresap, aman untuk digunakan, tidak
merusak kayu dan logam, banyak tersedia dan murah. Untuk mengawetkan kayu- kayu bangunan atau barang-barang kerajinan, atau untuk tujuan-tujuan khusus
lainnya diperlukan juga bersih, tidak berwarna, tidak berbau, dapat dicat, tidak mengembangkan kayu, tahan api, tahan lembab, atau mempunyai kombinasi-
kombinasi tertentu dari sifat-sifat ini. Keefektifan suatu bahan pengawet bergantung pada daya racunnya atau
kemampuan menjadikan kayu itu beracun terhadap organisme-organisme yang makan kayu atau masuk ke dalamnya untuk memperoleh perlindungan. Beberapa
bahan nampaknya dapat menahan serangan serangga tanpa bersifat racun, tetapi untuk perlindungan terhadap cendawan dan cacing kapal sifat beracun ini adalah
sangat penting Hunt Garrat 1986. Cara-cara mengawetkan kayu yang digunakan saat ini dapat digolongkan
sebagai proses-proses tanpa tekanan, yang dilakukan tanpa pemakaian tekanan buatan, dan proses-proses bertekanan, dimana kayu dimasukkan dalam silinder
pengawet lalu diimpregnasi dengan bahan pengawet dibawah tekanan tinggi. Proses-proses pengawetan tanpa tekanan dapat berupa pelaburan, penyemprotan,
pencelupan, perendaman dingin dan perendaman panas-dingin Hunt Garrat 1986
Menurut Nandika et al. 1996, proses perendaman dingin dapat dilakukan dalam suhu kamar selama beberapa hari atau beberapa minggu. Lebih dari
separuh absorbsi terjadi pada hari pertama 24 jam pertama. Penetrasi bahan pengawet pada kayu yang tidak mengalami pengeringan lebih dulu biasanya
relatif kecil. Kayu yang sudah diawetkan memiliki keuntungan dan manfaat antara lain
nilai guna jenis-jenis kayu kurang awet dapat meningkat secara nyata sejalan dengan peningkatan umur pakainya; biaya untuk perbaikan dan penggantian kayu
dalam suatu penggunaan akan berkurang dan dalam jangka panjang kelestarian hutan lebih terjamin karena konsumsi kayu per satuan waktu lebih rendah
Nandika et al. 1996.
E. Bahan Pengawet