3.4.1 Wawancara
Berkaitan dengan wawancara Moleong 2005, h.186 menjelaskan bahwa
“wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu”. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara interviewer yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Tujuan menggunakan metode
wawancara dalam penelitian kualitatif adalah karena di dalam bidang psikologi, wawancara dapat digunakan untuk mencapai tujuan utama, yaitu
sebagai alat pengukur psikologis dan pengumpul data penelitian. Data yang diperoleh dari wawancara akan diinterpretasi untuk mendapatkan pemahaman
lebih mendalam tentang subjek, melakukan diagnosis permasalahan dan usaha mengatasi masalah tersebut.
Wawancara adalah “metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik, dan berlandaskan kepada
tujuan penyelidikan ” Hadi 1993 dalam Rahayu Ardani 2004, h.63.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara semi terstruktur yaitu “wawancara yang menggunakan interview guide atau
pedoman wawancara yang dibuat berupa daftar pertanyaan, tetapi tidak berupa kalimat-kalimat yang permanen atau men
gikat” Rahayu Ardani, 2004, h.79. Dalam wawancara semi struktur diberikan kebebasan yang akan
memberikan kesempatan untuk mengontrol kekakuan dan kebekuan proses
wawancara.
Untuk memperoleh data sesuai yang diharapkan, maka langkah - langkah yang ditempuh peneliti dalam melaksanakan wawancara atau
interview adalah sebagai berikut: 1.
Mencari informasi dari berbagai sumber melalui studi pustaka maupun dari informan mengenai learned helplessness pada wanita korban
kekerasan dalam rumah tangga, sehingga terbentuklah suatu daftar pertanyaan sebagai pedoman dalam mengumpulkan data dari subjek
penelitian. 2.
Menciptakan hubungan yang baik rapport dengan subjek yang akan diwawancarai. Peneliti perlu membangun rapport yang baik dengan subjek
sehingga dapat mengetahui kesiapan dan penerimaan subjek terhadap peneliti. Tujuan menjalin rapport adalah untuk menciptakan suasana
saling menghargai, mempercayai, memberi, dan menerima, bekerja sama, memberi rasa aman dan perhatian, oleh karena itu tugas peneliti tidak
hanya terbatas untuk mendapatkan informasi, melainkan membuat suasana wawancara yang sebaik-baiknya.
3. Menciptakan kerja sama yang baik dengan narasumber. Pada awal
wawancara peneliti melakukan pembicaraan-pembicaraan yang sifatnya ramah tamah, kemudian mengemukakan tujuan dari penelitian dengan
bahasa yang mudah dimengerti dan menciptakan suasana bebas agar narsumber tidak merasa tertekan sehingga bersedia bekerja sama dari
penelitian dapat dengan mudah menggali informasi dari narasumber.
4. Peneliti menggunakan alat bantu recording yaitu handphone sebagai alat
perekam hasil wawancara penelitian terhadap subjek. 5.
Melakukan pencatatan terhadap hasil wawancara taking note agar peneliti dapat mencatat ekspresi subjek ketika menjawab pertanyaan.
Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tiak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman wawancara itu juga sebagai alat
bantu untuk mengkategorisasikan jawaban sehingga memudahkan pada tahap analisis data. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian,
tapi juga berdasarkan pada berbagai teori yang berkaitan dengan masalah yang ingin dijawab Poerwandari, dalam Syafitri, 2008, h.46. Pedoman
wawancara dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 Pedoman Wawancara Interview Guide Learned Helplessness Pada
Wanita Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga No
Unit Analisis Pertanyaan Wawancara
1. Latar Belakang
Pernikahan 1.
Menikah sudah berapa lama? 2.
Bagaimana awal mengenal suami? 3.
Berapa lama mengenal suami? 4.
Setelah menikah tinggal sendiri bersama suami?
5. Apakah sudah merasa menjalankan peran
sebagi seorang istri? 6.
Adakah ada hal yang membuat merasa tidak nyaman dengan pernikahan ?
7. Bagaimana hubungan dengan keluarga
suami? 8.
Setelah menikah masih masih bekerja taua tidak?
9. Pernah tidak mengalami kesulitan dalam
perekonomian? 2.
Komponen Dasar
Learned Helplessness: a. Penurunan Motivasi
1. Apakah mengalami penurunan respon
terhadap suatu tindakan yang dilakukan? 2.
Apakah mengalami penurunan tekanan suara?
3. Apakah merasa terisolasi?
4. Apakah merasa ada penolakan dalam diri
sendiri? 5.
Mampu atau tidak membuat keputusan sendiri?
6. Apakah mengalami keterlambatan atau
penuruna dalam bertindak? 7.
Peka tidak terhadap lingkungan sekitar? 8.
Apakah selalu menunda-nunda hal yang yang akan dilakukan?
9. Apakah ada usaha untuk keluar dari situasi
yang mengancam? b. Penurunan Kognitif
1. Apakah mempunyai keyakinan bahwa
masalah yang dihadapi dapat terselesaikan? 2.
Mampukah keluar dari situasi yang mengancam?
3. Apakah ada pemikiran-pemikiran tentang
hal-hal negatif? 4.
Pernah tidak masalah kecil dijadikan sebagai masalah besar?
5. Pernah tidak menganggap suatu masalah
tidak dapat diselesaikan? 6.
Apakah mengalami
kesulitan dalam
merespon kejadian? 7.
Pernah tidak memperlambat persepsi terhadap masalah yang dialami?
c. Penurunan Emosional 1. Mampukah mengendalikan situai yang tidak
menyenangkan? 2.
Apakah merasakan
ketakutan yang
berlebihan? 3.
Pernah mengalami keinginan untuk bersaing? 4.
apakah termasuk tipe orang yang mendominasi?
5. Apakah mengalami kehilangan nafsu makan?
6. Apakah mengalami penurunan dalam hal
seksualitas? 7.
Apakah termasuk orang yang mudah tersinggung?
3.4.2 Observasi