Kemudian informasi yang tidak tentu tersebut akan diproses dan ditransformasikan di kognitifnya. Komponen representasi kognitif sistem
kepercayaan tersebut akan membangun pengharapan yang salah mengenai hasil dari responnya terhadap suatu peristiwa. Dimana individu merasa
bahwa respon yang baik akan menghasilkan hasil yang baik pula. Tetapi, pada kenyataannya respon yang baik tidak selalu diiringi oleh hasil yang baik
pula. Pengharapan yang salah tersebut akan menyebabkan individu tidak memiliki kontrol terhadap suatu peristiwa dimana respon dan hasil
merupakan dua hal yang bebas. Individu yang tidak memiliki kontrol terhadap suatu peristiwa akan
mengalami penurunan motivasi, kognitif dan emosional. Ketiga penurunan tersebut akan memunculkan learned helplessness ketidakberdayaan yang
dipelajari mengenai bagaimana perilaku individu yang akan datang.
2.2 Kekerasan Dalam Rumah Tangga KDRT
2.2.1 Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga
Kekerasan Dalam Rumah Tangga KDRT dapat diartikan sebagai tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seorang pengasuh, orangtua, atau
pasangan. KDRT dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, di antaranya: Kekerasan fisik, penggunaan kekuatan fisik; kekerasan seksual, setiap
aktivitas seksual yang dipaksakan; kekerasan emosional, tindakan yang mencakup ancaman, kritik dan menjatuhkan yang terjadi terus menerus; dan
mengendalikan untuk memperoleh uang dan menggunakannya Wahab, 2011, h.3.
Berdasarkan Undang-Undang No 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, pada pasal 1 ayat 1 sampai
6, UU PKDRT, 2004, h. 3-4 menyebutkan bahwa : 1.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang
terutama perempuan,
yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,
danatau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan
secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. 2.
Penghapusan kekerasan dalam Rumah Tangga adalah jaminan yang diberikan oleh negara untuk mencegah terjadinya kekerasan dalam
rumah tangga, menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga, dan melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga.
3. Korban adalah orang yang mengalami kekerasan danatau ancaman
kekerasan dalam lingkup rumah tangga. 4.
Perlindungan adalah segala uapaya yang ditujukan untukmemberikan rasa aman kepada korban yang dilakukan oleh pihak keluarga,
advokat, lembaga sosial, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan
pengadilan. 5.
Perlindungan sementara, adalah perlindungan yang langsung diberikan oelh kepolisian danatau lembaga sosial atau pihak lain,
sebelum dikeluarkannya penetapan perintah perlindungan dari pengadilan.
6. Perintah perlindungan adalah penetapan perintah yang dikeluarkan
oleh pengadilan untuk memberikan perlindungan kepada korban. Sampurna dalam Syafitri, 2011, h.15 menyatakan bahwa kekerasan
domestik mengacu pada pola perilaku yang bersifat menyerang atau memaksa yang menciptakan ancaman atau mencederai secara fisik yang
dilakukan oleh pasangan atau mantan pasangan. Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan
mengenai pengertian kekerasan dalam rumah tangga KDRT. Kekerasan dalam rumah tangga adalah tindak atau perilaku yang bersifat menyerang
atau mengancam yang ditujukan pada seseorang, yang berakibat kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual dan atau psikologis.
2.2.2 Penyebab terjadinya Kekerasan dalam Rumah Tangga KDRT