mengatribusikan masalah atau kejadian-kejadian dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bersifat kuat, tetap dan menyeluruh.
2.1.2 Komponen Dasar Learned Helplessness
Menurut Seligman dalam Syafitri, 2008, h.20-22 terdapat tiga komponen yang menghasilkan learned helplessness pada perilaku individu
selanjutnya. Adapun komponen-komponen tersebut adalah:
2.1.2.1 Penurunan Motivasi motivation deficit
Menurut Maier Seligman dalam Syafitri, 2008, h.20-22 penurunan motivasi terjadi ketika kejadian yang tidak dapat dikontrol akan
menurunkan motivasi seseorang untuk melakukan respon awal yang rendah dalam mengontrol kejadian yang akan datang. Penurunan motivasi dapat
dilihat dari simptom-simptom berikut: a. Respon awal yang rendah, dimana terjadinya penurunan untuk
merespon segala sesuatu tindakan, tekanan suara yang menurun, isolasi dan penolakan, tidak dapat membuat keputusan sendiri, menjadi pasif,
retardasi psikomotor, perlambatan kemampuan intelektual, tidak memiliki kepekaan sosial.
b. Selalu menunda hal yang akan dilakukan procrastination. c. Melakukan sedikit usaha untuk keluar dari stimulus yang berbahaya.
2.1.2.2 Penurunan Kemampuan Kognitif cognitive deficit
Menurut Maier Seligman dalam Syafitri, 2008, h.20-22 penurunan kognitif akan menghasilkan kesulitan dalam mempelajari respon
untuk sukses. Individu akan percaya bahwa kesuksesan dan kegagalan adalah
suatu hal yang terpisah. Bila individu memproses pengaruh lingkungan yang dalam hal ini adalah kejadian yang tidak terkontrol dalam kognitifnya dan
sampai pada belief atau keyakinannya maka hal inilah yang membuat individu tersebut tidak dapat keluar dari situasi tersebut.
Penurunan kognitif dapat dilihat dari simptom-simptom sebagai berikut:
a. Set kognitif yang negatif, dimana adanya pemikiran-pemikiran negatif, hal- hal yang kecil menjadi sesuatu yang besar dan kesulitan dalam menghadapi
suatu masalah dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat diselesaikan. b. Kesulitan untuk mempelajari respon sukses, walaupun respon sukses dapat
dilakukan dengan berhasil. c. Memperlambat kontrol persepsi.
2.1.2.3
Penurunan emosional emotional deficit
Menurut Seligman dalam Syafitri, 2008, h.21 penurunan emosional adalah dimana seseorang menunjukkan ketidakmampuan dalam mengontrol
situasi yang tidak menyenangkan. Maier Seligman 1976 menambahkan bahwa bila terjadi peristiwa traumatik yang menyebabkan tingkat emosional
yang tinggi atau biasa disebut dengan ketakutan “fear”. Ketakutan yang berlanjut menyebabkan seseorang belajar untuk dapat mengontrol trauma
atau tidak trauma ketakutan tersebut. Jika seseorang dapat mengontrol trauma tersebut maka ketakutan akan menurun dan menghilang, tapi jika seseorang
tidak dapat mengontrol kejadian traumatik tersebut maka ketakutan akan meningkat dan digantikan menjadi depresi.
Penurunan emosional dapat dilihat dari simptom-simptom sebagai berikut;
a. Agresi yang rendah; dimana ketidakberdayaan menjadi awal dari penurunan agresi dan respon untuk dapat bersaing, dan status dominasi
seseorang akan berkurang b. Kehilangan nafsu makan; dimana ketidakberdayaan akan menurunkan
berat badan seseorang, dan penurunan dalam hal seksual dan sosial c. Luka nanah dan stress
d. Perubahan fisiologis; dimana terjadi perubahan pada neuron dan hormon. Seperti cathecholamine.
e. Mc Kein dalam Cemalcilar, Canbeyli dan Sunar, 2003 menyatakan bahwa penurunan emosional biasanya meliputi dysphasia atau depressed mood yang
diikuti dengan hasil akhir yang negatif.
2.1.3 Efek Learned Helplessness