Dampak Kekerasan dalam Rumah Tangga KDRT

yang merasa bahagia ketika dibutuhkan pasangannya, ini sebagai bentuk pengabdian rasa cintanya, sehingga bisa menimbulkan penindasan terselubung atas nama cinta. i. Pasrah akan tindak kekerasan dengan harapan akan membaik, ketidakmampuan istri dalam membela diri ketika mendapatkan tindak kekerasan dari suami terjadi karena banyak faktor, diantaranya rasa pengharapan istri suatu saat kelak suaminya akan „sayang‟ lagi dan tidak mengulangi kekerasan-kekerasan yang pernah dilakukannya. Siklus kekerasan yang tidak pernah usai, sehingga menimbulkan siklus stres tang tak berujung. j. Merasa rendah diri, karena banyak hal menimpa istri, sehingga timbul rasa tidak percaya diri lagi. Istri merasa dirinya tidak berguna hanya dijadikan pelangkap penderita dalam hidup ini.

2.2.4 Dampak Kekerasan dalam Rumah Tangga KDRT

Menurut Guth dan Pachter dalam Fraser, 2003, h.1-2, penyebab paling umum dari kekerasan pada perempuan adalah cedera traumatis. Mereka mengidentifikasi cedera terkait dengan kekerasan dalam rumah tangga sebagai berikut: Kekerasan berkisar dari luka, memar, dan mata hitam untuk keguguran, kurus cedera, limpa dan hati trauma, hilangnya sebagian pendengaran atau penglihatan, dan bekas luka dari luka bakar atau luka pisau. Cedera pada payudara, dada dan perut lebih sering terjadi pada wanita babak belur, seperti adanya beberapa lama dan saat ini cedera. Luka defensif yang umum.Misalnya, patah tulang, dislokasi, memar pada pergelangan tangan hasil dari upaya untuk menangkis pukulan ke dada atau wajah. Guth Pachter 2000, hal. 135. KDRT dapat menimbulkan dampak yang serius pada korban dan orang terdekatnya misal: anak. Adanya dampak fisik mungkin lebih tampak. Misal: luka, rasa sakit, kecacatan, kehamilan, keguguran kandungan, kematian. Apapun bentuk kekerasannya, selalu ada dampak psikis dari KDRT. Dampak psikis dapat dibedakan dalam ”dampak segera” setelah kejadian, serta ”dampak jangka menengah atau panjang” yang lebih menetap. Dampak segera, seperti rasa takut dan terancam, kebingungan, hilangnya rasa berdaya, ketidakmampuan berpikir, konsentrasi, mimpi buruk, kewaspadaan berlebihan, mungkin pula terjadi gangguan makan dan tidur Indrarani, 2012, h.2. Sedangkan dampak psikologis yang dikemukakan oleh UNICEF 2000 antara lain: depresi, menghindar withdrawal, harga diri yang rendah, kecemasan yang berat, ketakutan yang berlebihan, perasaan bersalah dan malu, menyalahkan diri sendiri, isolasi sosial, penggunaan obat-obatan terlarang, menghindari dari kontak mata, penolakan terhadap pengobatan, merasa tidak nyaman dekat dengan penolongnya caregiver, dan bunuh diri. Matlin 987 menanbahkan adanya perasaan yang tidak adekuat atau tidak berdaya yang juga termasuk di dalam dampak psikologis yang dirasakan oleh istri Syafitri, 2008, h.5. Sismanto dalam Syafitri, 2008, h.4 mengemukakan bahwa bila korban kekerasan dalam rumah tangga tidak melaporkan sebagai akibat kepasrahan” dirinya, maka korban akan mengalami post traumatic syndrome stress PTSS. Ada beberapa hal yang akan menyebabkannya. Pertama, the belief in personal vulnerability, yaitu tidak percaya bahwa dirinya sudah menjadi korban, walaupun sebelumnya telah banyak terjadi kejahatan semacam itu, tidak pernah terpikir bahwa kejadian tersebut akan menimpa dirinya. Hal ini yang menyebabkan kecemasan yang mendalam. Kedua, the world is meaningful, apapun yang terjadi di dunia ini adalah sesuatu yang teratur dan komprehensif. Maksudnya, kalau kita berbuat baik dan hati-hati niscaya akan terhindar dari penderitaan. Tetapi ternyata apa yang diperkirakan tersebut tidak berjalan seperti itu, walaupun dia telah berbuat baik dan hati-hati ternyata dirinya menjadi korban.

2.3 KAJIAN PUSTAKA

Penelitian mengenai learned helplessness dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran learned helplessness pada individu dalam menghadapi masalah. Kegagalan ini memunculkan perasaan tidak berdaya dan menumbuhkan keyakinan bahwa ia tidak dapat berbuat sesuatu untuk mengubah keadaannya saat ini. Jika keadaan ini berlangsung terus menerus, maka perasaan tidak berdaya learned helplessness pada dirinya akan semakin kronis Walker, dalam Syafitri 2011,h.26. Kajian mengenai learned helplessness antara lain dilakukan oleh Syafitri tahun 2011 yang berjudul “Dinamika Proses Terjadinya Learned Helplessness Pada Perempuan Yang Mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangaa, hasil penelitiannya bahwa individu mengalami proses learned helplessness akibat kekerasan dalam rumah tangga dari bentuk kekerasan fisik, emosionalpsikologis, seksualreproduksi dan ekonomi. Adanya