BAB II LANDASAN TEORI
A. Psikosis 1. Pengertian
Istilah psikosis
psychosis pertama kali digunakan pada tahun 1845 oleh Ernst Von Feuchtersleben sebagai alternatif untuk menyatakan penyakit gila atau
keranjingan. Psikosis berasal dari bahasa Yunani psyche pikiran jiwa dan osis penyakit keadaan tidak normal. Kata ini digunakan untuk membedakan antara
gangguan jiwa dengan neurosis yang berasal dari gangguan syaraf. Psikosis sering digambarkan sebagai hilangnya hubungan dengan kenyataan
http:www.en.wikipedia.orgwikietymology. Chaplin 2005:407 mendefinisikan psikosis sebagai suatu penyakit mental
yang parah dengan ciri-ciri khas adanya disorganisasi proses pikiran, gangguan dalam emosionalitas, disorientasi waktu, ruang, person atau orang, dan pada
beberapa kasus disertai halusinasi dan delusi. Atkinson 1993:452 mendefinisikan halusinasi sebagai pengalaman
sensorik palsu tanpa adanya stimulus eksternal yang relevan atau adekuat. Bentuknya bisa berupa halusinasi auditorik dengar, visual lihat, maupun
halusinasi sensorik lain bau busuk yang keluar dari tubuh penderita, rasa racun dalam makanan, merasa kulit ditusuk-tusuk jarum. Walgito 1980: 99
menambahkan pada orang yang berhalusinasi, ia merasa seolah-olah menerima suatu stimulus yang sebenarnya secara objektif stimulus itu tidak ada dan ia tidak
menyadari bahwa itu hanya bayangan saja.
Menurut Chaplin 2005:407 ada beberapa tipe khusus psikosis, antara lain: manic-depressive psychosis, paranoia, schizophrenia, paresis dan alcoholic
psychosis. Adapun penjelasan dari masing-masing istilah adalah sebagai berikut:
a. Manic-Depressive Psychosis Psikosis Manik Depresif
Manic-Depressive Psychosis adalah satu penyakit mental yang berat, dicirikan dengan ayunan-ayunan dalam emosi atau suasana hati. Dalam fase
manik, timbul hyperexitability rangsangan kegemparan yang hebat dan berlebihan, kegirangan ekstrem, perbuatan motorik berlebihan, dan mengalirnya
arus ide-ide. Dalam fase depresif, sedikit sekali kegiatan, ketidaktanggapan, perlambatan, hambatan ide, kecemasan, kesedihan, dan kadangkala impuls bunuh
diri. Dalam bentuk klasiknya, penyakit ini merupakan perselang-selingan antara kedua fase tadi. Pasien mungkin memperlihatkan periode depresi dengan
sebentar-sebentar diselingi periode mania dengan disertai keringanan relatif.
b. Paranoia
Paranoia adalah satu penyakit psikotik yang dicirikan dengan adanya delusi penyiksaan delusion of persecution atau delusi kebesaran delusion of
grandeur yang sangat tersistemasi dengan kemerosotan jiwa yang ringan. Dalam PPDGJ-III Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa, Edisi III ada
beberapa tambahan yaitu: ‘delusion of control’, delusi tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, ‘delusion of influence’,
waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan dari luar dan ‘delusion of perception’, pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas
bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
c. Paresis
Paresis adalah satu psikosis disertai kelumpuhan progresif. Paresis
disebabkan oleh sifilis dari sistem syaraf. d. Schizophrenia Skizorenia
Schizophrenia adalah nama umum untuk sekelompok reaksi psikotis, dicirikan dengan adanya pengunduran atau pengurungan diri, gangguan pada
kehidupan emosional, afektif dan bergantung pada tipe dan adanya halusinasi, delusi, tingkah laku, negativistis dan kemunduran atau kerusakan progresif.
Atkinson 1983:452 menyebutkan pada episode skizofrenik akut, sebagian pasien mengalami gangguan persepsi yaitu tidak dapat mengenali diri sendiri di cermin
atau melihat bayangannya sebagai tiga citra.
e. Alcoholic Psychosis Psikosis Alkoholik
Alcoholic Psychosis adalah penyakit mental parah ditandai oleh peradangan kronis atau akut di otak, hadirnya delirium, halusinasi, kerusakan pada
daya ingatan dan kemunduran umum dari daya pertimbangan.
2. Gejala Psikosis
Dr. Irmansyah, Sp.KJ, kepala Departemen Psikiatri FKUIRSCM dan Dr. L.S. Chandra, Sp.KJ mengatakan adanya perubahan pikiran, perasaan, dan tingkah
laku manusia yang tidak normal dan berlangsung terus-menerus mengindikasikan adanya gejala psikosis. Gejala psikosis antara lain: gangguan tidur, hilangnya
energi atau motivasi, kemorosotan prestasi, mengisolasi diri dari teman dan keluarga, gagasan atau perilaku yang tidak lazim, selera makan yang tiba-tiba
berubah, melantur berbicara ‘ngawur’, dibayangi oleh permasalahan tertentu,
merasa diikuti, energi yang melimpah eforia, merasa lebih super dari yang lain, merasa mempunyai kekuatan khusus, percaya hal yang aneh, perilaku yang
agitatif, emosional, melihat hal-hal yang tidak terlihat oleh orang lain, mendengar suara yang tidak didengar oleh orang lain, menuruti kata hati dalam menghabiskan
uang, perilaku ingin menyakiti agresif baik diri sendiri maupun orang lain, sulit konsentrasi, susah dalam mengingat dan tidak fokus, merasa curiga, depresi,
cemas, tegang, marah dan ayunan emosi. http:www.jiwasehat.com
3. Penyebab Psikosis
Lalang Ken Handita menuliskan penyebab psikosis menurut laporan WHO http:www.seniornews.co.id di antaranya adalah depresi, penggunaan alkohol,
penyalahgunaan obat-obatan psikotropika, kecelakaan lalu lintas, luka karena kecerobohan sendiri, trauma peperangan dan kekerasan.
Menurut Coleman dkk dalam Supratiknya 1995: 23-32 ada beberapa penyebab antara lain:
a. Faktor biologis
Dalam hal ini adalah genetika keluarga. Penelitian terhadap keluarga menunjukkan bahwa terdapat predisposisi herediter untuk terjadinya gangguan
jiwa; kerabat dari penderita psikosis lebih besar kemungkinannya untuk mengalami gangguan dibandingkan orang dari silsilah keluarga yang sehat.
b. Faktor psikososial Faktor psikososial diantaranya adalah trauma masa kanak-kanak, struktur
keluarga dan hubungan orang tua dan anak yang patogenik, stres berat karena frustasi, konflik nilai maupun tekanan hidup.
c. Faktor sosiokultural Penyebab sosiokultural antara lain: korban perang, diskriminasi, terpaksa
menjalankan peran sosial yang bertentangan dengan hati seperti menjadi tentara dalam peperangan yang harus membunuh musuh, dan terlibat dalam situasi
kekerasan. d. Penyebab primer
Penyebab primer adalah penyebab yang tanpa kehadirannya tidak akan muncul, misalnya infeksi sifilis tahap lanjut yang menyerang otak dan
menghancurkan sistem syaraf. Penderita akan mengalami kemunduran secara progresif dan paresis umum.
e. Keracunan obat dan malnutrisi yang dapat mempengaruhi secara negative kerja otak.
Dr. L.S. Chandra, SpKJ menambahkan bahwa penggunaan ganja kanabis secara oral dapat menginduksi psikosis akut http:www.jiwasehat.com.
4. Pengobatan
Seperti halnya penyakit fisik, psikosis pun dapat diobati tergantung jenis penyakitnya. Sebagian besar dapat berobat jalan tanpa harus dimasukkan ke
rumah sakit jiwa. Beberapa perawatan yang dilakukan adalah:
a. Psikoterapi dan konseling
Terapi ini dilakukan untuk membantu pasien memahami diri dan perasaannya lebih mendalam.
b. Obat psikoterapetik
Obat-obatan jenis antipsikotik bisa mengurangi atau menghilangkan gejala psikosis.
c. Perawatan tingkah laku Terapi ini membantu pasien mengubah cara berpikir atau tingkah laku tertentu
yang mengganggu dan teknik yang digunakan diantaranya adalah teknik relaksasi.
d. Terapi Elektrokonvulsif Terapi ini diberikan melalui arus listrik kecil yang dialirkan ke otak untuk
menghasilkan kejang mirip dengan kejang epileptik. Biasanya diberikan pada pasien yang mengalami kemurungan serius dan pasien akan dibius terlebih
dahulu. http:www.sabah.org.m6mnasihatartikel_kesihatanpenyakit_mental.htm
B. Psikologi Sastra