Analisis Psikosis dalam Cerpen karya Guy de Maupassant

Di samping menggambarkan petualangan narator, kutipan di atas secara tidak langsung menunjukkan bahwa narator seorang yang sangat kaya. Narator tidak mungkin dapat melakukan perjalanan ke luar negeri dalam jangka waktu yang lama bila ia tidak mempunyai banyak uang.

B. Analisis Psikosis dalam Cerpen karya Guy de Maupassant

Hal atau peristiwa dalam cerpen karya Guy de Maupassant yang mengidentifikasi gejala psikosis dijabarkan dalam bentuk deskriptif.

1. Analisis Psikosis dalam Cerpen Le Horla

Cerpen yang ditulis dalam format buku harian ini berkisah tentang tokoh “Je” yang teridentifikasi sebagai penderita psikosis. Tokoh ini juga berperan sebagai narator yang menceritakan kejadian-kejadian aneh yang dialaminya. Narator adalah pria yang lemah fisiknya dan sering merasa sakit, khususnya demam. Dari segi mental, ia sering diserang kecemasan, ketakutan, dan kekhawatiran tidak beralasan yang mengubah emosinya dalam sesaat. Ia mendapat rawatan dokter dan harus meminum bromida potasium senyawa garam pereda ketegangan otot dan mandi dengan shower untuk mengurangi ketegangan yang dialaminya dan membuatnya lebih rileks. Ketakutan yang berlebihan membuatnya merasa tidak aman sehingga ia selalu memutar anak kunci sampai dua kali, bahkan menyuruh tukang kunci untuk memasang kerai besi di jendela kamarnya. Hal ini dilakukannya bukan karena khawatir akan pencuri, tetapi karena ketakutan akan ‘sesuatu’ yang selalu mengancamnya. Ketika ia sendirian, ia seolah mendengar sesuatu dalam kamarnya sehingga sebelum tidur ia selalu mengecek ke dalam lemarinya dan melihat ke kolong ranjangnya. Ketegangan yang berlebihan membuatnya susah tidur dan mengalami mimpi buruk. Sosok ganda tercipta dalam otaknya dan iapun mulai bertanya-tanya tentang eksistensi manusia, makhluk lain di luar manusia maupun kekuatan gaib di luar jangkauan manusia. Gangguan pikirannya berkembang progresif disertai delusi dan halusinasi. Saat ia bercermin, ia tidak lagi melihat dirinya dalam cermin. Bayangannya seperti diselimuti kabut yang samar-samar kemudian mulai terlihat jelas. Ia bingung, apakah orang lain yang meminum air dan susunya, atau dirinya sendiri karena ia merasa seperti menjadi sleep walker orang yang melakukan sesuatu dalam tidur tanpa kesadaran penuh. Gangguan yang dialaminya membuatnya tertarik untuk mencari informasi tentang kegilaan dan mencoba mencari jenis penyakit yang dideritanya. Ia menemukan bahwa dalam otaknya terdapat cekungan dalam dan indera pengontrol dalam otaknya tertidur serta syaraf daya tangkapnya mengalami kelumpuhan. Narator sangat menderita atas apa yang dialaminya, hingga pada akhirnya ia yang selama ini pasrah dikuasai oleh ‘sosok gandanya’ mulai berontak dan melawan makhluk kasat mata yang menamakan dirinya sebagai Le Horla. Ia berubah menjadi beringas dan agresif, kemudian membakar rumahnya sendiri karena mengira bahwa Le Horla ada di dalamnya. 2. Analisis Psikosis Cerpen Qui Sait ? Cerpen Qui Sait adalah curahan hati seorang pria yang sedang menjalani perawatan di sebuah rumah sakit jiwa. Tokoh utama atau narator adalah orang yang cenderung memisahkan diri dari lingkungan. Ia membangun rumah yang jauh dari tetangga dan keramaian, bahkan para pembantunya tinggal terpisah di rumah yang lain. Narator sering mengalami halusinasi dengar seperti mendengar bunyi kereta lewat, bunyi lonceng, derap jalan sekumpulan orang dan bunyi dengung entah yang berasal dari urat nadinya atau yang lain. Kehidupan Paris yang tidak pernah tidur membuatnya merasa sekarat dan tidak bisa beristirahat karena ia merasakan kehidupannya yang terhenti oleh akal sehat yang mengalami kemunduran progresif. Sampai suatu kali ia melihat perabot rumahnya satu per satu meninggalkan rumahnya dengan bunyi gaduh. Kejadian aneh itu ibarat mimpi buruk yang sangat mencekam dan telah menggoncangkan jiwanya. Dokter yang ia temui menyarankannya agar pergi bertamasya untuk menyegarkan pikirannya. Kejadian aneh terulang dengan ditemukannya perabot rumahnya di sebuah toko barang antik. Iapun berpura-pura membeli untuk menjebak pemilik toko itu kemudian melaporkannya pada polisi. Sayangnya sang pemilik toko menghilang dan seakan-akan hanya dia sendiri yang bisa menemuinya. Anehnya ia sendiri justru merasa ketakutan seandainya pemilik toko itu mencarinya untuk balas dendam dan iapun masuk ke rumah sakit jiwa atas kehendaknya sendiri.

C. Hubungan Psikosis dalam karya Guy de Maupassant dengan Riwayat Kesehatan Pengarang