28
4.2 Karakteristik Kompos
Kompos dinyatakan telah matang ketika bentuk dan teksturnya telah menyerupai tanah dan berbau seperti tanah serta berwarna kehitaman. Namun, karena metode
pengomposan yang digunakan pada penelitian ini adalah natural static pile composting, maka tidak dilakukan pembalikan atau pengadukan secara berkala seperti proses
pengomposan pada umumnya. Hal tersebut menyebabkan tidak dapat terlihatnya bentuk ataupun warna kompos yang dihasilkan sebelum dilakukan proses panen kompos matang.
Pada penelitian ini, penentuan kematangan kompos dilakukan dengan melihat perubahan suhu kompos yang dipantau setiap harinya. Material kompos yang telah melewati proses
pengomposan diujikan kandungan hara dan logam yang terkandung di dalamnya untuk mengetahui kualitas kompos dan menjustifikasi kelayakan kompos yang dihasilkan untuk
digunakan secara praktis.
Gambar 4.2 Kompos yang Sudah Matang
4.2.1 Karakteristik Fisik Kompos
Karakteristik fisik kompos matang dapat dilihat secara langsung pada akhir pengomposan. Analisis kondisi fisik kompos matang terdiri dari massa, bau, warna, dan
tekstur kompos yang dihasilkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pengomposan yang berlangsung selama 60 hari menyebabkan terjadinya pengurangan
massa yang cukup banyak dari tumpukan awal material kompos. Perubahan massa kompos dapat dilihat pada Tabel 4.2. Perubahan massa tumpukan kompos secara otomatis
menyebabkan terjadinya perubahan volume. Volume tumpukan kompos semakin berkurang seiring dengan berjalannya proses pengomposan.
29
Pengomposan mendekomposisi dan mentransformasi material organik menjadi material seperti tanah yang disebut humus. Dekomposisi adalah pemecahan fisik dan
kimia dari detritus yaitu, tumbuhan mati, hewan, dan mikroba. Dekomposisi menyebabkan penurunan massa detrital, bahan akan diubah dari bahan organik mati
menjadi unsur hara anorganik dan CO
2
Chapin et al., 2002. Proses ini menggunakan asupan makanan organik, air, dan oksigen bagi mikroorganisme.
Proses dekomposisi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya sangatlah penting bagi perjalanan proses pengomposan. Proses dekomposisi dipengaruhi oleh tiga faktor,
yaitu kondisi lingkungan fisik, kualitas dan kuantitas dari substrat yang tersedia untuk dekomposer, serta karakteristik dari komunitas mikroba Chapin et al., 2002. Kondisi
lingkungan fisik yang mempengaruhi proses dekomposisi diantaranya adalah suhu, kelembaban, properti tanah, serta gangguan yang terjadi pada tanah. Kulitas dan kuantitas
substrat yang dapat mempengaruhi dekomposisi adalah sampah atau residu itu sendiri dan materi organik tanah. Sedangkan karakteristik dari komunitas mikroba merupakan
kombinasi keadaan antara komposisi dari komunitas mikroba itu sendiri dengan kapasitas enzimatis yang tercipta atau terjadi akibat dari komposisi komunitas mikroba tersebut.
Massa tumpukan yang hilang kemungkinan besar adalah gas-gas hasil penguraian oleh mikroba yang terbuang ke udara, misalnya amonia dan uap air sehingga
menyebabkan berat bahan akhir menjadi berkurang Cahaya dan Nugroho, 2008. Perubahan volume yang terjadi pada proses pengomposan ini disebabkan oleh
berubahnya material baku kompos menjadi material dengan bentuk atau tekstur yang lebih sederhana dan halus. Perubahan bentuk material ini membuat material awal dengan
bentuk yang berbeda-beda daun, batang, butiran menjadi bentuk yang seragam yang menyerupai bentuk dan tekstur tanah, sehingga mengurangi penggunaan ruang pada bak
pengomposan yang menyebabkan berkurangnya volume kompos. Material yang dinyatakan sebagai kompos yang dihasilkan adalah material yang
lolos saringan dengan diameter 1,18 mm, sedangkan yang tertinggal merupakan sisa bahan yang tidak terkomposkan seperti sisa kotoran kambing yang tidak terdekomposisi
dan batuan yang ikut masuk dalam proses penumpukan. Tingkat pengomposan dianggap terbesar selama fase awal ketika substrat organik mudah tersedia dan nutrisi yang
digunakan oleh mikroorganisme menghasilkan panas, CO
2
, air dan bentuk lebih stabil dari bahan organik, yang mengakibatkan berkurangnya massa Zheng et al., 2007 .
30
Tabel 4.2 Perubahan Massa Tumpukan Kompos
Kompos Massa Awal
Tumpukan kg
Massa Kompos Halus disaring
kg Massa Sisa
Kompos kg
Massa Tumpukan yang Hilang
kg
Bogor 600
231,9 252,4
115,7 Cibinong
600 220,0
239,4 140,6
Buaran 600
220,0 237,8
142,2
Kompos yang telah matang berbau seperti tanah karena material awal kompos telah bercampur dan berubah menjadi material yang meyerupai tanah dan berwarna coklat
kehitam-hitaman. Hal ini terbentuk akibat dari proses penghumusan dan perubahan bahan organik yang menjadi stabil selama proses pengomposan. Selain itu, tekstur akhir
kompos yang lebih halus dan tidak terlihat bantuk material awalnya disebabkan oleh leburnya material awal akibat penguaian alami oleh mikroorganisme yang hidup di dalam
kompos. Karakteristik fisik kompos yang dihasilkan pada penelitian ini sesuai dengan standar SNI 19-7030-2004.
4.2.2 Suhu dan Tingkat Stabilisasi Kompos