Jerami Pupuk Kandang Kotoran Kambing

10 mikroorganisme. Suhu tumpukan merupakan metode terbaik untuk memonitor status kompos. Sedangkan aerasi tumpukan dibutuhkan sebagai sumber oksigen bagi mikroorganisme. Membalik-balikan tumpukan kompos memberikan kesempatan material untuk tetap teroksigenasi. Cornwell et al., 2000 Lumpur pengolahan air telah sukses digunakan sebagai bulking agent pada proses pengomposan. Material kompos seperti dedaunan dan rumput membutuhkan bulking agent untuk meningkatkan spasi pori untuk aerasi dan distribusi kelembaban. Untuk kompos yang menerima material yang sangat kering, lumpur pengolahan air juga efektif untuk menambah kelembaban pada tumpukan yang sangat penting pada proses dekomposisi. Cornwell et al., 2000 Lumpur pengolahan air yang digunakan perlu dikeringkan sampai dengan kandungan padatan minimal 15 untuk digunakan pada proses pengomposan. Tingkat pengeringan tergantung pada material kompos lainnya yang digunakan dan perlu disesuaikan berdasarkan kasus. Lumpur yang terlalu basah tidak direkomendasikan untuk pengomposan karena masalah pengangkutan dan penyimpanan. Cornwell et al., 2000

2.2 Jerami

Jerami merupakan limbah organik yang banyak dihasilkan dari kegiatan budidaya padi sawah. Di dalam jerami terdapat beberapa unsur hara yang berguna untuk tanaman seperti nitrogen dan kalium sehingga dengan membakar jerami berarti sama saja dengan membakar uang karena jerami yang dibakar tersebut sebenarnya dapat membantu menggantikan pupuk KCl sebanyak 1 sak 50 kg. Dengan mengembalikan jerami padi ke lahan sawah, petani dapat menghemat biaya pupuk karena tidak perlu lagi memberikan pupuk KCl Litbang Deptan, 2010. Kandungan unsur hara jerami terlampir pada Tabel 2.2. Jerami telah banyak digunakan sebagai material kompos. Pengomposan jerami sudah banyak dikenal di Indonesia dan prosesnya telah banyak diteliti di berbagai negara. Tujuan dari pengomposan adalah menurunkan nilai rasio CN sehingga meningkatkan kualitas kompos. Salah satu syarat pengomposan adalah tersedianya nitrogen dalam jumlah yang cukup. Tanaman padi yang memproduksi 5 tonha gabah kering panen mengangkut hara dari tanah sekitar 150 kg N, 20 kg P, 150 kg K, dan 20 kg S. Pada saat panen, jerami mengandung sekitar 13 jumlah hara N, P dan S dari total hara tanaman padi, sedangkan kandungan K rata-rata 89. Oleh karena itu jerami padi dapat dijadikan sebagai sumber hara makro bagi tanaman. Makirim et al., 2007 11 Tabel 2.2 Kandungan Hara Jerami Unsur Hara Satuan Konsentrasi N- Organik 0,957 C - Organik 49,2 CN 51,2 Na 0,028 P2O5 2,48 K2O 0,143 MgO 0,129 CaO 0,566 Fe mgkg 420 Mn mgkg 62,8 Cu mgkg 3,6 Zn mgkg 18,9 Cd mgkg 3 Ni mgkg 8,59 Pb mgkg 5 Cr mgkg 6,29 Sumber : Canet et al,. 2008

2.3 Pupuk Kandang Kotoran Kambing

Salah satu ternak yang cukup berpotensi sebagai sumber pupuk organik adalah kambing dan domba. Petani umumnya memelihara ternak tersebut sebagai usaha sampingan. Feses kambing-domba mengandung bahan kering dan nitrogen beturut-turut 40-50 dan 1,2-2,1. Kotoran kambing-domba dapat dimanfaatkan secara langsung dengan mencampurkannya pada saat pengolahan tanah. Namun, untuk mendapatkan hasil lebih baik. Disarankan agar kotoran dapat diolah terlebih dahulu. Kandungan hara kotoran kambing terlampir pada Tabel 2.3. Kotoran kambing domba mengandung bahan organik yang dapat menyediakan zat hara bagi tanaman melalui proses penguraian dekomposisi. Proses ini terjadi secara bertahap dengan melepaskan bahan organik yang sederhana untuk pertumbuhan tanaman. Feses kambing-domba mengandung sedikit air sehingga mudah diurai. Penggunaan kotoran ternak dalam bentuk kompos sebagai pupuk organik akan memperbaiki struktur dan komposisi hara tanah. 12 Tabel 2.3 Kandungan Hara Kotoran Kambing Unsur Hara Satuan Konsentrasi N total 0,55 C organik 7,33 P2O5 0,44 K2O 0,32 MgO 0,44 CaO 2 Fe 0,77 Mn 0.053 Zn ppm 152 Co ppm 3 Pb lbton 0,0049 Sumber : Ikhwan, 2011

2.4 Fase-Fase Pengomposan