Penyidikan Tindak Pidana Pencucian Uang

b. menetapkan pedoman identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan; c. mengoordinasikan upaya pencegahan tindak pidana Pencucian Uang dengan instansi terkait; d. memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai upaya pencegahan tindak pidana Pencucian Uang; e. mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi dan forum internasional yang berkaitan dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang; f. menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan antipencucian uang; dan g. menyelenggarakan sosialisasi pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang.

B. Penyidikan Tindak Pidana Pencucian Uang

1. Proses pra ad judikasi Setelah mengetahui terjadinya tindak pidana, baik melalui laporan yang disampaikan oleh PPATK, dari hasil penyidikan tindak pidana ataupun laporan dari masyarakat, maka Polri selaku penyidik melakukan proses lebih lanjut. Untuk menjaga agar supaya harta kekayaan yang telah tersimpan di dalam Penyedia Jasa Keuangan tidak diambil atau dipindahkan, maka penyidik dengan kewenangan yang diberikan dalam Pasal 32 UUTPPU memerintahkan kepada Penyedia Jasa Keuangan untuk melakukan pemblokiran terhadap harta kekayaan milik orang yang telah dilaporkan oleh PPATK atau berstatus Tersangka atau Terdakwa. Pemblokiran ini Universitas Sumatera Utara dimaksudkan bahwa Tindak Pidana Pencucian Uang merupakan perbuatan berlanjut delictictum contiuatum voortgezettehandeling, 70 Adapun dasar yang memberikan kewenangan bagi Polri dalam melakukan penyidikan atas Tindak Pidana Pencucian telah digariskan di dalam Pasal 30 UUTPPU antara lain : “Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan sidang pengadilan terhadap tindak pidana pencucian uang sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini, dilakukan berdasarkan ketentuan dalam hukum acara pidana, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini” oleh karena di dalam UUTPPU tidak mengatur secara khusus tentang Penyidik maka mengacu kepada hukum acara pidana penyidik untuk Tindak Pidana Pencucian Uang adalah Polri. sebagaimana yang diatur dalam Pasal 64 KUHP yang menyatakan bahwa ada perbuatan berlanjut apabila seseorang melakukan perbuatan, perbuatan tersebut merupakan kejahatan atau pelanggaran, antara perbuatan-perbuatan itu ada hubungan sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai suatu perbuatan berlanjut. 71 Menurut ketentuan UU No. 8 Tahun 2010 Pasal 71 ayat 2, menyebutkan bahwa Perintah Polri untuk melakukan pemblokiran kepada Penyedia Jasa Keuangan tersebut diberikan secara tertulis dengan menyebutkan secara jelas mengenai : i. Nama dan jabatan Penyidik ii. Identitas pemilik harta kekayaan tersebut 70 Barda Nawawi Arief, Sari Kuliah Hukum Pidana II . Semarang : Badan Penyedia Bahan Kuliah, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, 1999, hal 49. 71 Loebby Loqman, Kekuasaan Kehakiman Ditinjau dari Hukum Pidana. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1990, hal 36. Universitas Sumatera Utara iii. Alasan pemblokiran iv. Tindak pidana yang disangkakan atau didakwakan v. Tempat harta kekayaan berada Kemudian dalam UU No. 8 Tahun 2010 Pasal 71 ayat 6, Penyedia Jasa Keuangan wajib melaksanakan pemblokiran setelah menerima surat perintah pemblokiran tersebut dan wajib menyerahkan berita acara pemblokiran kepada Penyidik paling lambat 1 satu hari kerja terhitung sejak tanggal pemblokiran. Terhadap harta kekayaan yang diblokir harus tetap berada pada Penyedia Jasa. Keuangan yang bersangkutan . Secara garis besar penyidikan terhadap kasus Tindak Pidana Pencucian Uang dilakukan berdasarkan dua sumber yaitu : 72 1. Dari laporan hasil analisis PPATK, berdasarkan laporan tersebut Polri c.q penyidik melakukan penelitian mendalam lebih lanjut, karena laporan tersebut bersifat informasi yang harus dilakukan penelitian atau penyelidikan akan kebenarannya. 2. Setelah dilakukan penelitian dan dirasa dapat ditingkatkan ke dalam penyidikan maka laporan tersebut dituangkan dalam laporan Polisi model A, yaitu laporan polisi yang dibuat oleh anggota polisi, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan bukti. 72 Sutanto, Peran Polri Untuk Peningkatan Efektifitas Penerapan UU TPPU. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Keynote address pada Pelatihan Anti Tindak Pidana Pencucian Uang, Medan, tanggal 15 September 2005, hal 7. Universitas Sumatera Utara Langkah selanjutnya dilakukan Penyidik adalah mengumpulkan alat bukti yang terkait dalam Tindak Pidana Pencucian Uang. Alat bukti dalamTindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana diatur dalam Pasal 73 UU No. 8 Tahun 2010. Untuk mendapatkan alat bukti Penyidik meminta keterangan dari Penyedia Jasa Keuangan terhadap harta kekayaan yang terindikasi pencucian uang yang telah dilaporkan olrh PPATK, atau berstatus Tersangka atau Terdakwa sebagaimana diatur di dalam Pasal 72 ayat 2 UU No. 8 Tahun 2010, di dalam meminta keterangan tersebut Penyidik harus memperhatikannya berlakukanya ketentuan yang mengatur tentang rahasia bank dan rahasia transaksi lainnya. Surat permintaan untuk memperoleh keterangan tersebut ditandatangani oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Kepala Kepolisian Daerah. Dalam hal Kepala Kepolisan Daerah berhalangan, penandatanganan dapat dilakukan terhadap pejabat ditunjuk Pasal 72 ayat 5 UU No. 8 Tahun 2010. Berdasarkan alat bukti yang berhasil dikumpulkan maka Penyidik akan mendapatkan : a. Pelaku aktif yaitu pelaku tindak pidana asal predicate crime, sekaligus pelaku Tindak Pidana Pencucian Uang Pasal 3 UU No. 8 Tahun 2010. Terhadap hal yang demikian maka Penyidik merumuskan sangkaannya secara kumulatif pelanggaran terhadap predicate crime dan Tindak Pidana Pencucian Uang. Apabila terhadap tindak pidana asalnya belum diproses. Namun apabila tindak pidananya telah diproses maka sangkaan secara tunggal. Universitas Sumatera Utara b. Pelaku pasif orang yang menerima atau menguasai penempatan, pentransferan dan seterusnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Ayat 1 UU No. 8 Tahun 2010. Hal ini dimungkinkan pelaku aktifnya berada di luar negeri. Terhadap hal yang demikian maka Penyidik merumuskan sangkaan tunggal yaitu pelanggaran terhadap UUTPPU. 2. Proses Judikasi berupa penyidikan Tindak Pencucian Uang. Proses penyidikan merupakan rangkaian dari proses penegakkan hukum pidana pencucian melalui criminal justice system di Indonesia sebagaimana diatur dalam KUHAP, karena dalam Pasal 68 UU No. 8 Tahun 2010 dikemukakan bahwa Penyidikan, Penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap Tindak Pidana Pencucian Uang, dilakukan berdasarkan ketentuan dalam Hukum Acara Pidana, kecuali ditentukan lain dalam UU No. 8 Tahun 2010. Mengingat dalam UU No. 8 Tahun 2010 tidak diatur secara khusus tentang pejabat Penyidik maka pedomani Hukum Acara Pidana yang ada yakni UU No.8 Tahun 1981 dimana Polri sebagai Penyidik. Menurut UU Nomor 8 Tahun 1981 yang dimaksudkan penyidikan adalah serangkaian Penyidik untuk mencari dan mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan Tersangkanya. Mendasari pada pengertian tersebut, maka dalam proses Penyidikan ini Polri khususnya Penyidik akan mewujudkan suatu perbuatan yang dikatakan pencucian Universitas Sumatera Utara uang sehingga memenuhi unsur-unsur pasal-pasal di dalam UU No. 8 Tahun 2010 yang kemudian perbuatan tersebut dapat diadili. Proses peradilan merupaklan perwujudan dari proses penegakkan hukum pidana dengan menyatakan bahwa Tersangka adalah benar dan patut diyakini sebagai pelaku tindak pidana, oleh sebab itu diperlukan peningkatan prinsip akuntabiltas lembaga peradilan. Dengan prinsip ini akan ditemukan proses penegakkan hukum yang bersifat responsif, untuk pencapaian hal ini di dalam Tindak Pidana Pencucian Uang yang menekankan pada tindakan refresif Kepolisian maka sangat diperlukan beberapa hal : 73 1. Diketahuinya Tindak Pidana Pencucian Uang Untuk melakukan penyidikan Tindak Pidana Pencucian Uang ini maka indikasi adanya terjadinya Tindak Pidana Pencucian Uang dapat diketahui melalui : a. Penyidik menerima laporan dari PPATK Mekanisme diketahuinya indikasi terjadinya Tindak Pidana Pencucian Uang oleh PPATK berawal adanya kewajiban Penyedia Jasa Keuangan untuk melaporkan kepada PPATK terhadap hal-hal sebagai berikut Pasal 23 UU No. 8 Tahun 2010 : 1 Adanya Transaksi Keuangan yang Mencurigakan, maksudnya adalah : 73 Didik Miroharjo, Peran Polri Sebagai Penyidik Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang , Tesis untuk memperoleh gelar Magister Humaniora dalam Program Studi Ilmu Hukum pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Jumat 7 Juli 2006. Universitas Sumatera Utara a Transaksi keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola transaksi dari nasabah yang bersangkutan. b Transaksi keuangan oleh nasabah yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pelaporan transaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh Penyedia Jasa Keuangan sesuai dengan ketentuan UUTPPU. c Transaksi keuangan yang dilakukan dengan menggunakan harta kekayaan yang diduga berasal dari Hasil Tindak Pidana. 2 Adanya transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai dalam jumlah kumulatif sebesar Rp.500.000.000,- lima ratus juta rupiah atau lebih atau mata uang asing yang nilainya setara, baik dilakukan atau batal dilakukan dalam satu kali transaksi maupun beberapa kali transaksi dalam satu hari kerja, kecuali transaksi-transaksi tertentu dikecualikan, misalnya ; transaksi antar bank, pembayaran gaji dan lain-lainnya yang ditetapkan oleh Kepala PPATK. Disamping itu dari Penyedia Jasa Keuangan PPATK juga menerima laporan dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai terhadap adanya pembawaan uang tunai keluar maupun masuk wilayah Indonesia dengan nilai Rp. 100.000.000,- seratus juta rupiah atau lebih atau mata uang asing. 3 Transaksi keuangan transfer dana dari dan keluar negeri. Berdasarkan laporan tersebut maka PPATK melakukan analisa terhadap kemungkinan terjadinya Tindak Pidana Pencucian Uang, kemudian Universitas Sumatera Utara PPATK melaporkan hasil analisis transaksi keuangan berindikasi Tindak Pidana Pencucian Uang kepada Polri dalam hal ini Penyidik membuat laporan Polisi dan berdasarkan laporan Polisi tersebut Penyidik memulai Proses Penyidikan. b. Didapatkan oleh Penyidik sendiri Tugas Penyidik adalah melakukan penyidikan terhadap setiap tindak pidana yang terjadi baik yang diketahui sendiri oleh maupun berdasarkan laporan Polisi. Merupakan bagian dari pengungkapan tindak pidana yang terjadi adalah pelacakan terhadap hasil kejahatan yang berupa harta kekayaan, baik berupa uang tunai maupun barang-barang berharga lainnya. Sudah barang tentu para pelaku menyembunyikan atau menyamarkan asal- usul hasil kejahatannya, hal ini untuk menghindari kemungkinan adanya penggeledahan petugas bilamana kasusnya terungkap dan maksud-maksud lain yang dikehendaki oleh pelaku. Dalam pelacakan apabila Penyidik telah mendapatkan bahwa pelaku telah menyembunyikan atau menyamarkan hasil kejahatannya maka berarti Penyidik telah mendapatkan terjadinya Tindak Pidana Pencucian Uang, karena menyembunyikan atau menyamarkan dari hasil kejahatannya tersebut adalah unsur yang penting dalam Tindak Pidana Pencucian Uang. Dengan syarat lain adalah Tindak Pidana yang dilakukan oleh Tersangka termasuk dalam rumusan Pasal 2 UUTPPU. Apabila Penyidik telah mendapatkan indikasi terjadinya Tindak Pidana Pencucian Uang dari hasil pengungkapan tindak pidana yang dilakukan, maka Universitas Sumatera Utara penyidikan dilanjutkan dengan pengungkapan Tindak Pidana Pencucian Uang. Disamping itu Penyidik dapat menginformasikan kepada PPATK apabila hasil tindak pidana tersebut dimasukkan ke dalam Penyedia Jasa Keuangan, hal ini untuk memudahkan pelacakannya, dengan demikian maka proses penyidikan dapat dilakukan dengan cepat, kususnya dalam menelusuri mengalirnya hasil kejahatan tersebut di dalam Penyedia Jasa Keuangan. Proses penyidikan terhadap Tindak Pidana Pencucian Uang yang diperoleh dari informasi PPATK harus dimulai dari adanya transaksi mencurigakan yang telah diidentifikasikan oleh Penyedia Jasa Keuangan. Apabila diperlukan Penyedia Jasa Keuangan dapat melakukan klarifikasi atau meminta dokumen pendukung transaksi yang dilakukan oleh nasabah, dalam menetapkan transaksi keuangan yang mencurigakan. Dalam laporan transaksi keuangan yang mencurigakan, yang menjadi objek kecurigaan lebih dominan pada transaksi itu sendiri, bukan orang atau nasabah yang melakukan transaksi. Adapun beberapa transaksi mencurigakan dengan menggunakan Lembaga Penyedia Jasa Keuangan dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 74 1. Pola transaksi tunai yakni dengan : a. Penyetoran dalam jumlah besar yang tidak lazim oleh perorangan atau perusahaan yang memiliki kegiatan usaha tertentu dan penyetoran tersebut 74 Bismar Nasution, Rezim Pencucian Anti Money Laundering Di Indonesia. Book Terrace An Library, Pusat Informasi Hukum Indonesia Information Centre For Indonenation Law. Bandung, 2005, hal 1. Universitas Sumatera Utara biasanya dilakukan dengan menggunakan cek atau instrument non tunai lainnya; b. Peningkatan penyetoran tunai yang sangat material pada rekening perorangan atau perusahaan tanpa disertai penjelasan yang memadai, khususnya atau apabila setoran tunai tersebut langsung ditransfer ke tujuan yang tidak mempunyai hubungan atau keterkaitan dengan perorangan atau perusahaan tersebut; c. Penyetoran tunai dengan menggunakan beberapa slip setoran dalam jumlah kecil sehingga total penyetoran tunai tersebut mempunyai jumlah yang sangat besar; d. Penggunaan rekening perusahaan yang lazimnya dilakukan dengan menggunakan cek atau instrumen non tunai lainnya namun dilakukan secara tunai; e. Pembayaran atau penyetoran dalam bentuk tunai untuk penyelesaian tagihan wesel, transfer atau intrumen pasar uang lainnya; f. Penukaran uang tunai berdenominasi kecil dalam jumlah besar dengan uang tunai berdenominasi besar; g. Penukaran uang tunai ke dalam mata uang asing dalam frekuensi yang tinggi; h. Peningkatan kegiatan transaksi tunai dalam jumlah yang sangat besar untuk ukuran suatu kantor Bank; i. Penyetoran tunai yang di dalamnya selalu terdapat uang palsu; Universitas Sumatera Utara j. Transfer dalam jumlah besar dari suatu negara lain dengan instruksi untuk dilakukan pembayaran tunai; k. Penyetoran tunai dalam jumlah besar melalui rekening titipan setelahjam kerja kas untuk menghindari hubungan langsung dengan petugas bank; 2. Transaksi mencurigakan dengan menggunakan rekening Bank : a. Pemeliharaan beberapa rekening atas nama pihak lain yang tidak sesuai dengan jenis kegiatan usaha nasabah; b. Penyetoran tunai dalam jumlah kecil ke dalam beberapa rekening yang dimilki nasabah pada bank sehingga total penyetoran tersebut mempunyai jumlah sangat besar; c. Penyetoran dan atau penarikan dalam jumlah besar dari rekening perorangan atau perusahaan yang tidak sesuai atau tidak terkait dengan usaha nasabah; d. Pemberian informasi yang sulit dibuktikan atau memerlukan biaya yang sangat besar bagi bank untuk melakukan pembuktian; e. Pembayaran dari rekening nasabah yang dilakukan setelah adanya penyetoran tunai kepada rekening dimaksud pada hari yang sama atau hari sebelumnya; f. Penarikan dalam jumlah besar dari rekening nasabah yang semula tidak aktif atau dari rekening nasabah yang menerima setoran dalam jumlah besar dari rekening nasabah yang semula tidak aktif atau dari rekening nasabah yang menerima setoran dalam jumlah besar dari luar negeri; Universitas Sumatera Utara g. Penggunaan petugas teller yang berbeda oleh nasabah yang secara bersamaan untuk melakukan transaksi keuangan mata uang asing; h. Pihak yang mewakili perusahaan selalu menghindar untuk berhubungan dengan petugas Bank; i. Peningkatan yang besar atas penyetoran tunai atau negotiable instruments oleh suatu perusahaan dengan menggunakan rekening klien perusahaan, khususnya apabila penyetoran tersebut langsung ditransfer diantara rekening klien lainnya; j. Penolakan oleh nasabah untuk menyediakan tambahan dokumen atau informasi yang apabila diberikan memungkinkan nasabah menjadi layak untuk memperoleh fasilitas pemberian kedit atau jasa perbankan lainnya; k. Penolakan nasabah terhadap fasilitas perbankan yang diberikan, seperti penolakan untuk diberikan tingkat bunga yang lebih tinngi terhadap jumlah saldo tertentu; l. Penyetoran untuk rekening yang sama oleh banyak pihak tanpa penjelasan memadai; 3. Transaksi mencurigakan melalui transaksi yang berkaitan dengan investasi : a. Pembelian surat berharga untuk dismpan di Bank sebagai custodian yang seharusnya tidak layak apabila memperhatikan reputasi atau kemampuan finasial nasbah; b. Transaksi pinjaman dengan jaminan dana diblokir back-to-back deposit loan transactions antara Bank dengan anak perusahaan, perusahaan Universitas Sumatera Utara afilasi, atau institusi perbankan di negara lain yang dikenal dengan negara tempat lalu lintas perdagangan narkotika; Permintaan nasabah untuk jasa pengelolaan investasi dengan sumber dana investasi yang tidak jelas sumbernya atau tidak konsisten dengan reputasi atau kemampuan finansial nasabah; c. Transaksi dengan pihak lawan counterparty yang tidak dikenal atau, jumlah dan frekuensi transaksi yang tidak lazim; d. Investor yang diperkenalkan oleh Bank di negara lain, perusahaan afiliasi, atau investor lain dari negara yang diketahui umum sebagai tempat produksi atau perdagangan narkotika; 4. Transaksi mencurigakan yang melalui aktivitas Bank di luar negeri : a. Pengenalan nasabah oleh kantor cabang di luar negeri, perusahaan afiliasi atau bank lain yang berada di negara yang diketahui sebagai tempat produksi atau perdagangan narkotika; b. Penggunaan Letter of Credits LC dan instrumen perdagangan internasional lain untuk memindahkan dana antara negara dimana transaksi perdagangan tersebut tidak sejalan dengan kegiatan usaha nasabah; c. Penerimaan atau pengiriman transfer oleh nasabah dalam jumlah besar ke atau proses, dan atau pemasaran obat terlarang atau kegiatan terorisme; Universitas Sumatera Utara d. Penghinpunan saldo dalam jumlah besar yang tidak sesuai dengan karakteristik perputaran usaha nasabah yang kemudian di transfer ke negara lain; e. Transfer secara elektronik oleh nasabah tanpa disertai penjelasan yang memadai atau tidak menggunakan rekening; f. Permintaan Travellers Cheques, wesel dalam mata uang asing, atau negotiable instrument lainnya dengan frekuensi tinggi; g. Pembayaran dengan menggunakan Travellers Cheques atau wesel dalam mata uang asing khususnya yang diterbitkan oleh negara lain dengan frekuensi tertinggi; 5. Transaksi mencurigakan yang melibatkan karyawan bank dan atau agen : a. Peningkatan kekayaan karyawan dan agen Bank dalam jumlah besar tanpa disertai penjelasan yang memadai; b. Hubungan transaksi melalui agen yang tidak dilengkapi dengan informasi yang memadai mengenai penerimaan akhir ultimate beneficiary; 6. Transaksi mencurigakan melalui transaksi pinjam-meminjam : a. Pelunasan pinjaman bermasalah secara tidak terduga; b. Permintaan fasilitas pinjaman dengan agunan yang asal-usulnya dari aset yang digunakan tidak jelas atau tidak sesuai dengan reputasi dan kemampuan finansial nasabah; Universitas Sumatera Utara c. Permintaan nasabah kepada Bank untuk memberikan fasilitas pembiayaan dimana porsi dana sendiri nasabah dan fasilitas dimaksud tidak jelas asal- usulnya, khususnya apabila terkait dengan properti; 2. Penyidik menerima laporan dari masyarakat. Di dalam Hukum Acara Pidana Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 dijelaskan bahwa masyarakat mempunyai hak untuk melakukan penangkapan dalam hal tindak pidana tertangkap tangan. Hak ini akan digunakan apabila memungkinkan dan tidak membahayakan terhadap keselamatan dirinya. Namun paling tidak masyarakat dapat melaporkan terjadinya tindak pidana tersebut. Dengan demikian masyarakat dapat melaporkan terjadinya Tindak Pidana Pencucian Uang kepada Penyidik. Sesuai dengan Pasal 40 UUTPPU dijelaskan bahwa kepada setiap orang yang melaporkan terjadinya dugaan Tindak Pidana Pencucian Uang diberikan perlindungan kepada setiap orang yang melaporkan terjadinya dugaan Tindak Pidana Pencucian Uang diberikan perlindungan dari kemungkinan ancaman yang membahayakan diri, jiwa dan hartanya termasuk keluarganya. Disamping itu juga kepada pejabat yang terkait dengan proses penyidikan Tindak pidana Pencucian Uang wajib merahasiakan identitas pelapor. Berdasarkan laporan masyarakat tersebut Penyidik mulai melakukan penyelidikan lebih lanjut dan menyampaikan informasi laporan tersebut kepada PPATK untuk melakukan penulusaran atau melakukan analisis terhadap transaksi yang dilakukan oleh Tersangka khususnya yang berhubungan dengan Penyedia Jasa Keuangan. Hasil analisis akan dilaporkan kepada Polri c.q Penyidik apabila Universitas Sumatera Utara didapatkan indikasi terjadinya Tindak Pidana Pencucian Uang, dan Penyidik melanjutkan proses penyidikan.

C. Sistem Pembuktian