Saran KESIMPULAN DAN SARAN

4 empat tahun atau lebih yang masih belum sepenuhnya mengikuti standar nasional. Kendala lain muncul berkaitan dengan kewenangan PPATK yang masih sangat terbatas seharusnya bisa sampai pada tahap penyelidikan karena PPATK lebih memahami seluk beluk transaksi keuangan dibandingkan dengan Kepolisian. Kesulitan akan menjadi bertambah ketika masih kurangnya profesioanlitas dan intergritas dari para penegak hukum yang masih belum menunjukkan intergritas dalam hal moral dan mental. Selain itu ada cara pandang yang berbeda dari masing-masing sub sistem walaupun menggunakan aturan yang sama, sehingga belum ada satu persepsi pada aparat penegak hukum. Disisi lain budaya hukum masyarakat juga belum mendukung anti pencucian uang karena masyarakat belum mempunyai pandangan bahwa praktik pencucian uang adalah suatu tindakan yang sangat merugikan perekonomian karena masyarakat hanya memiliki pemahaman dan pengalaman yang terbatas tentang Tindak Pidana Pencucian Uang dan juga merupakan hal yang baru bagi masyarakat sehingga anggapan bahwa pencucian uang tidak berpengaruh secara langsung terhadap masyarakat.

B. Saran

Setelah mengetahui secara garis besar pengertian Tindak Pidana Pencucian Uang dalam Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan fungsi pembuktian serta kesulitan yang dihadapi dalam pembuktian Tindak Pidana Pencucian Uang. Universitas Sumatera Utara Adapun saran-saran yang dapat diberikan oleh Penulis adalah sebagai berikut : 1. Agar Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dirubah dengan menghapuskan ketentuan Pasal 2 ayat 1 UTPPU yang secara limitatif memberikan batasan hanya pada 25 jenis tindak pidana juga tindak pidana lainnya yang diancam dengan pidana penjara 4 empat tahun atau lebih, yang dikatagorikan sebagai bentuk Tindak Pidana Pencucian Uang dan mempertegas pengertian yang dimaksud dengan “bukti permulaan yang cukup” adalah cukup dengan 1 alat bukti sah, serta pembuktian dalam Pasal 77 UU No 8 Tahun 2010 yang diterapkan juga dalam tahap penyidikan selain dalam pemeriksaan di persidangan sehingga filosofi pembuatan Undang- udang Tindak Pidana Pencucian Uang tercapai. Atau alternatif kedua, Pasal 2 ayat 1 harus diubah dengan melakukan sinkronisasi dan harmonisasi dalam politik hukum Indonesia terhadap Pasal 2 ayat 1 dengan tindak pidana asal predicate crime dibawah 4 empat tahun yang menghasilkan harta kekayaan yaitu dengan menaikkan ancaman hukumannya menjadi lebih dari 4 empat tahun atau menambah tindak pidana asal predicate crime pada Pasal 2 ayat 1. 2. Diberikannya suatu pendidikan dan pelatihan kepada para penegak hukum dengan pengetahuan yang komperhensif dalam menghadapi Tindak Pidana Pencucian Uang yang tindak pidana asalnya predicate offence adalah perbankan misalnya, maka bukan hanya pengetahuan pidana saja yang Universitas Sumatera Utara diperlukan bagi para penegak hukum tetapi juga ilmu perbankan atau akuntansi, yang dalam prakteknya sangat diperlukan koordinasi antara aparat penegak hukum dengan para ahlinya guna diminta keterangan sebagai ahli sehingga profesionalitas penegak hukum memadai. 3. Agar ditingkatkan hubungan antara penegak hukum, khususnya Penyidik, Penuntut Umum dan Hakim melalui lembaga Criminal Justice System Intergrated untuk mengatasi kekosongan hukum dan perbedaan penafsiran dalam sistem pembuktian sehingga pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dapat berjalan dengan baik dan ruang gerak pelaku kejahatan dapat dibatasi tanpa harus menunggu adanya perubahan Undang – Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku Amin, S.M, 2002 Hukum Acara Pengadilan Negeri, Pradya Paramitha, Jakarta