Jenis Iklan URAIAN TEORITIS

perusahaan-perusahaan iklan menyatu atau hanya dalam bentuk kerjasama dengan surat kabar, maka berbagai perusahaan tidak memerlukan seksi tersendiri lagi, malah menyerahkan desain dan perhitungan pencapaian khalayak sasaran serta cara pendekatannya kepada perusahaan–perusahaan iklan tadi. Dalam tahap inilah berkembang kegiatan periklanan sebagai suatu profesi baru. Dengan sendirinya penilaian orang terhadap kegiatan periklanan berbeda-beda, tetapi tidak dapat disangsikan bahwa dalam masyarakat yang semakin modern, makin maju dan makin berkurangnya komunikasi tatap muka maka pekerjaan ini sangat membantu dalam meningkatkan ekonomi, antara lain dengan tugas utama iklan membawa penjual dan pembeli dalam suatu kesempatan untuk saling bertemu, sehingga terjadilah komunikasi antara penjual dan pembelipencari barang atau jasa. Apalagi kini makin didukung dengan kehadiran televisi, radio, film, majalah dan sebagainya.

3. Jenis Iklan

Setiap saat jika seseorang berhadapan dengan surat kabar, majalah, radio dan televisi, seketika melihat adanya pesan yang menawarkan mengenai keunikan suatu barang atau melayani suatu jasa, maka kita mengatakan itu iklan. Iklan juga ada di papan-papan reklame di perempatan ramai dengan lampu berwarna-warni, ditempelkan di dinding bis-bis kota, atau dibagikan pedagang asongan waktu menunggu lampu hijau dalam kendaraan untuk bergerak maju. Secara teoritis umumnya iklan terdiri atas dua jenis: pertama iklan standar, dan kedua iklan layanan masyarakat. Jika kemudian terdapat jenis-jenis yang lain, maka itu merupakan perluasan dari kehadiran kedua jenis iklan tersebut, demikian dinyatakan oleh Bitter dalam bukunya Mass Communication, an Introduction Liliweri, 1992: 31. Yang dimaksudkan dengan iklan standar, adalah iklan yang ditata secara Universitas Sumatera Utara khusus untuk keperluan memperkenalkan barang, jasa pelayanan untuk konsumen melalui sebuah media massa. Tujuan iklan standar, adalah merangsang motif serta minat para pembeli atau para pemakai. Karena akibat iklan telah merangsang pembeli melalui daya tariknya yang besar, maka iklan menggugah minat, perasaan konsumen dan mengambil sikap terhadap barang atau jasa yang ditawarkan tersebut. Sebagian besar iklan standar pesan-pesannya ditata secara profesional oleh lembaga periklanan. Kehadiran lembaga seperti ini, sangat dibutuhkan oleh para pemasang iklan yaitu mereka yang mempunyai barang, jasa, ide serta gagasan yang ingin ditawarkannya itu. Pesan-pesan iklan ini disusun secara mantap baik dalam kata, kalimat, memilih gambar dan warna, tempat pemasangan atau media yang cocok, menjangkau jenis khalayak sasaran tertentu, menyebarkannya pada waktu yang pas yang seluruhnya berada dalam penanganan orang-orang profesional. Sedangkan jenis iklan layanan masyarakat adalah iklan yang bersifat nonprofit, jadi iklan ini tidak mencari keuntungan akibat pemasangannya kepada khalayak. Hal ini berbeda dengan iklan standar, yang mengharapkan dari pemasangan iklannya menggaet keuntungan atas penjualan barang produksinya. Umumnya iklan layanan masyarakat, bertujuan memberikan informasi dalam rangka pelayanan dengan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi, bersikap positif terhadap pesan yang disampaikan. Iklan layanan masyarakat juga tidak terlalu terikat pada penetapan yang ketat, perancangan pesan yang rumit, pemilihan media yang sesuai, sampai pada penentuan khalayak sasaran serta pemilihan tempat dan juga waktu yang benar-benar pas. Untuk selanjutnya iklan secara umum dapat dibagi atas : a. Iklan Tanggung jawab Sosial Universitas Sumatera Utara Adalah iklan yang bertujuan untuk menyebarkan pesan – pesan yang bersifat informatif, penerangan dan pendidikan agar membentuk sikap warga masyarakat sehingga mereka bertanggung jawab terhadap masalah sosial juga kemasyarakatan tertentu. Tanggung-jawab ini merupakan bagian dari kewajiban masyarakat secara moral maupun material yang ditunjukkannya dalam aktivitas sosial. b. Iklan Bantahan Iklan ini diajukan melalui media massa untuk membantah dan memperbaiki citra suatu produk, yang namanya sudah tercemar di kalangan masyarakat akibat suatu informasi yang tidak benar. Perusahaan yang memproduksi produk itu dapat mengajukan iklan melalui kuasa hukumpengacara untuk membantah ketidak- benaran informasi tersebut. c. Iklan Pembelaan Iklan ini mirip sebenarnya dengan iklan bantahan, namun iklan pembelaan merupakan iklan yang diajukan untuk membela keberadaan suatu barang, jasa, ide atau gagasan tertentu dari pengajuan atau klaim dari pihak yang lain terhadap suatu produk tertentu, terutama sekali pembelaan ini terhadap hak patent. d. Iklan Perbaikan Iklan perbaikan adalah iklan yang memperbaiki pesan-pesan tentang suatu produk tertentu yang terlanjur salah dan disebarluaskan melalui media massa. Jenis iklan seperti ini terlihat misalnya dalam iklan untuk memperbaiki isi iklan yang sama tentang suatu produk pada edisi terbitnya suatu media beberapa waktu sebelumnya. e. Iklan Keluarga Universitas Sumatera Utara Iklan keluarga adalah iklan yang pesan-pesannya merupakan pemberitahuan tentang terjadinya suatu peristiwa kekeluargaan kepada keluargakhalayak lainnya. Sebagai contoh, iklan perkawinan, iklan ucapan selamat hari raya, iklan ucapan selamat sukses, iklan kematian atau turut berduka cita dan sebagainya.

2.4. Pengertian Label Halal

Label halal produk pada dasarnya meruang lingkupi produk pangan yang diatur di dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan. Pangan sebagaimana dikatakan dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 adalah : Segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman. Sedangkan label pangan pada undang-undang ini diartikan sebagai setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan. Farid Wajdi 2003:2 mengatakan, secara normatif–empiris label dan iklan pangan memiliki beberapa fungsi : 1. Sebagai sumber informasi. Label pangan dan iklan merupakan sumber informasi bagi konsumen tentang suatu produk pangan karena konsumen tidak dapat langsung bertemu dengan pelaku usahanya. Pelaku usaha dapat saja memasukkan unsur-unsur upaya memikat atau membujuk konsumen untuk membeli produknya. Akan tetapi label dan iklan tidak diperkenankan hanya sekedar menginformasikan sesuatu yang hanya mengutungkan dari sisi pelaku saja. Informasi yang benar, jelas dan jujur harus disampaikan Universitas Sumatera Utara kepada konsumen termasuk higienis dan kehalalannya Pasal 4 UU No. 8 Tahun 1999. 2. Label dan iklan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi konsumen untuk menentukan pilihan. Konsumen kritis tentu saja terlebih dahulu membaca label dan iklan dengan cermat, teliti dan melakukan perbandingan dengan produk lain dari segi komposisi, berat bersih, harga dan lain-lain sebelum membeli dan menjatuhkan pilihan Pasal 4 UU No. 8 Tahun 1999. 3. Label dan iklan dapat digunakan sebagai sarana mengikat transaksi. Label dan iklan harus bersifat mengikat. Segala sesuatu yang diinformasikan dalam label dan yang dijanjikan dalam iklan, harus dapat dibuktikan kebenarannya. Iklan harus legal, terukur, jujur dan objektif. Pelaku usaha harus bersedia dituntut apabila ternyata label dan iklannya tidak terbukti benar Pasal 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16 dan 17 UU No. 8 Tahun 1999. Dari uraian di atas maka pada dasarnya label adalah suatu tanda yang dilekatkan pada suatu produk yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat, dimana label tersebut menentukan keadaan serta keterangan dari produk yang bersangkutan. Sedangkan pengertian halal itu sendiri menurut Ali Deli 1997:252 adalah “segala sesuatu yang diijinkan dalam Hukum sesuatu yang didapat dari jalan baik- baik tak melanggar syara”. Halal merupakan lawan dari kata haram, yaitu “sesuatu yang dituntut oleh agama untuk ditinggalkan dengan tuntutan yang pasti, baik dalilnya qath’i maupun dalil dzanni” Masjfuk Zuhdi, 1990: 11. Menurut pendapat jumhur, haram ada dua macam, yaitu : Universitas Sumatera Utara 1. Haram li dzaith, ialah sesuatu yang dilarang oleh agama karena mengandung bahayarisiko, seperti makan bangkai, minum-minuman keras dan berbuat zina. 2. Haram li ghairih, ialah sesuatu yang dilarang oleh agama karena faktor lain. Misalnya melihat aurat wanita yang bukan isterinya, dilarang haram karena bisa mendorong orang berbuat zina Masjfuk Zuhdi, 1990: 11. Dari pengertian yang diberikan oleh halal di atas maka pada dasarnya halal tersebut mencakup pengertian yang dapat diperbolehkan bagi umat Islam dimana hukumnya tidak haram. Dengan demikian maka dapat diberikan pengertian label haram pada dasarnya mencakup pengertian tentang adanya pencantuman dalam bentuk gambar maupun huruf terhadap sesuatu barang pangan yang akan dikonsumsi oleh umat Islam yang menerangkan bahwa benda tersebut diperbolehkan untuk dikonsumsi oleh umat Islam sesuai dengan hukum syara.

2.5. Lembaga Yang Mengeluarkan Label Halal

Konsep makanan dalam Islam adalah halal dan baik. Bagi umat Islam 4 sehat 5 sempurna belumlah cukup, karena suatu makanan yang sehat belum tentu halal tetapi makanan yang halal sudah pasti sehat. Suatu makanan akan dikonsumsi umat Islam apabila umat Islam tersebut tidak ragu lagi tentang kehalalan dari makanan tersebut. Walau makanan itu enak dan murah tetapi umat Islam ragu akan kehalalannya maka makanan tersebut tidak akan dikonsumsi. Jika suatu makanan yang dijual diberitakan mengandung bahan haram maka umat Islam tidak akan memakannya, dan karena umat Islam adalah umat yang mayoritas maka makanan yang mengandung bahan haram tersebut tidak akan laku di pasar dan akan Universitas Sumatera Utara menumpuk di gudang. Label halal merupakan label yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia kepada suatu perusahaan makanan, minuman, kosmetika atau obat-obatan yang telah diperiksa asal bahan bakunya, sumber bahan bakunya, proses produksinya dan hasil akhirnya. Pemeriksaan ini dilakukan oleh Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia LP POM MUI. Hasil pemeriksaan ini akan diseminarkan di depan rapat auditor LP POM MUI yang kemudian hasilnya akan diajukan kepada Komisi Fatwa halal. Kemudian fatwa halal ini diberikan kepada perusahaan yang mengajukan permohonan dalam bentuk label dengan menggunakan 3 tiga bahasa yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Label halal merupakan tulisan halal baik dalam huruf latin dan atau huruf arab yang ditempelkan pada kemasan makanan, minuman, obat-obatan atau kosmetika atas persetujuan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Label halal ini akan menunjukkan kepada konsumen bahwa makanan yang memiliki label halal tersebut memang telah diperiksa kehalalannya dan dijamin kehalalannya oleh lembaga yang memeriksanya. Label halal akan menunjukkan kepada konsumen bahwa makanan atau minuman yang mempunyainya telah dinyatakan halal oleh MUI. Dengan label ini maka produsen dapat mengajukan permohonan pencantuman label halal pada kemasannya kepada departemen kesehatan. Label halal yang tercantum pada kemasan makanan tersebut akan mempermudah konsumen terutama konsumen muslim untuk memilih makanan yang halal. Jika suatu makanan sudah diyakini kehalalannya maka umat Islam tidak akan ragu-ragu dalam memakannya. Jika umat Islam tidak ragu lagi memakannya maka Universitas Sumatera Utara umat Islam akan menjadi pasar terbesar di Indonesia. Jika pasar yang besar tersebut sudah membeli produk halal maka hanya perusahaan yang memproduksi barang yang halal saja yang dapat hidup dan berkembang. Sebaiknya jika suatu perusahaan diketahui memproduksi dan menjual barang yang tidak halal maka konsumen akan menjauhi produk tersebut. Akibatnya produk haram tersebut hanya dikonsumsi oleh sebagian kecil masyarakat Indonesia. Jika hal ini yang terjadi maka omzet penjualan akan kecil dan perkembangan perusahaan juga akan lambat. Di samping hal yang sudah dikemukakan di atas masih ada keuntungan lain bagi konsumen yaitu konsumen akan dengan mudah memilih makanan apa yang sudah dinyatakan halal oleh MUI. Misalnya jika seseorang ingin makan di suatu restoran maka orang tersebut tinggal menanyakan ada tidaknya label halal. Jika restoran tersebut memiliki label halal berarti restoran tersebut telah diperiksa dan telah dinyatakan halal oleh MUI, tetapi jika restoran tersebut tidak dapat menunjukkan foto kopi label halalnya maka restoran tersebut belum jelas kehalalannya walaupun yang menjual adalah orang Islam pada etalasenya tertulis halal. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan dan Kosmetika dibentuk pada tanggal 6 Januari 1989 bertepatan dengan tanggal 28 Jumadil Awal 1409 H berdasarkan Surat Keputusan Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia No. Kep. 018MUII1989. Berdasarkan SK tersebut LP-POM MUI menerima amanah dari MUI untuk melakukan tugas antara lain : 1. Mengadakan inventarisasi, klarifikasi dan pengkajian terhadap makanan, obat-obatan dan kosmetik yang beredar di masyarakat. Universitas Sumatera Utara 2. Mengkaji dan menyusun konsep yang berkaitan dengan peraturan mengenai penyelenggaraan rumah makanrestoran, perhotelan, hidangan dalam perjalanan, pemotongan hewan serta penggunaan berbagai jenis bahan bagi pengolahan pangan, obat-obatan dan kosmetik yang dipergunakan oleh masyarakat khususnya bagi umat Islam agar terjamin halal Bisma, Medan, 2003 : 4. Peringatan Allah SWT tentang pengharaman babi ternyata sangat melekat di hati sanubari umat Islam di Indonesia bahkan di dunia sehingga ketika dipublikasikannya hasil penelitian Dr. Ir. Tri Susanto dalam Buletin Canopy yang diterbitkan oleh Senat Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang pada bulan Januari 1988 tentang jenis-jenis makanan dan minuman yang mengandung lemak babi maka hebohlah seluruh umat Islam Indonesia sehingga terjadilah apa yang dikenal dengan istilah “lemak babi“. Isu ini sangat cepat tersebar ke masyarakat dan akhirnya menjalar ke sistem ekonomi Indonesia. Sistem perdagangan Indonesia dikejutkan dengan isu lemak babi karena seluruh makanan dan minuman yang terkena isu lemak babi tersebut praktis tidak dapat bergerak dari produsen ke konsumen karena tidak satupun konsumen muslim yang mau membeli produk tersebut sehingga produk-produk tersebut hanya tertimbun di gudang-gudang pabrik dan swalayan. Ketika isu tersebut telah mencapai puncaknya dalam arti hampir tidak dapat dikendalikan maka Sekretaris Jenderal Departemen Agama Indonesia menemui Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia. Menurut Majelis Ulama Indonesia, ketika disampaikan apa yang telah terjadi akibat isu lemak babi tersebut maka dengan tenang Ketua MUI mengucapkan suatu kaidah ushul fiqih yaitu mencegah kerusakan lebih diutamakan untuk menjaga kemaslahatanmanfaat. Mendengar ucapan tersebut maka pemerintah melalui Departemen Agama menjadi tenang dan MUI mulai Universitas Sumatera Utara memasuki masalah halal makanan secara aktif. Ada 2 tindakan yang diambil oleh MUI dalam kaitan ini pada waktu itu, yaitu : 1. Bagaimana memperbaiki keadaan yang sedang berlangsung yang sudah menjurus kepada terganggunya stabilitas ekonomi dan, 2. Bagaimana supaya hal ini tidak terjadi lagi di kemudian hari. Untuk memperbaiki keadaan yang sedang berlangsung maka dibentuklah suatu komisi oleh MUI untuk meninjau beberapa pabrik yang dicurigai lalu terlihatlah di layar televisi, koran-koran dan majalah gambar para ulama meminum susu dan makan mie. Cara ini dapat mengatasi masalah yang terjadi pada waktu itu untuk sementara dan untuk mencegah agar isu semacam ini tidak terjadi lagi maka tanggal 6 Januari 1989 bertepatan dengan 28 Jumadil Awal 1409 H melalui SK Nomor : Kep. 018MUII1989 tentang pembentukan Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetik MUI maka terbentuklah LP-POM MUI seperti yang dikenal dewasa ini tugas sebagai berikut: 1. Mengadakan inventarisasi, klarifikasi dan pengkajian terhadap makanan, obat- obatan dan kosmetika yang beredar dalam masyarakat, 2. Mengkaji dan menyusun konsep-konsep dalam upaya yang berkaitan dengan memproduksi, memperjualbelikan dan menggunakan makanan, obat-obatan dan kosmetika sesuai dengan ajaran Islam. 3. Mengkaji dan menyusun konsep-konsep yang berkaitan dengan peraturan- peraturan yang mengenai penyelenggaraan rumah makan, restoran, perhotelan, hidangan dalam pelayaran dan penerbangan, pemotongan hewan serta penggunaan berbagai jenis bahan bagi pengolahan pangan, obat-obatan dan kosmetika yang dipergunakan oleh masyarakat khususnya masyarakat Islam agar Universitas Sumatera Utara terjamin halal. 4. Menyampaikan hasil-hasil pengkajian dan konsep-konsep kepada Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan kebijaksanaan yang berkaitan dengan pengolahan, memperjualbelikan dan penggunaan pangan obat-obatan dan kosmetika. 5. Dengan persetujuan Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia lembaga mengadakan kegiatan-kegiatan dalam rangka kerja sama dengan pemerintah dan swasta, serta melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia. Tugas yang diemban oleh LP POM MUI bukanlah tugas yang ringan dan ternyata semakin hari LP POM MUI bekerja maka semakin meningkatlah permintaan label halal kepada MUI. Bukan hanya perusahaan yang berlokasi di Pulau Jawa saja tetapi sudah menjalar ke perusahaan yang terletak di luar Pulau Jawa termasuk Sumatera. Dengan alasan bahwa semakin padatnya pekerjaan LP POM MUI dan semakin beratnya biaya yang harus dipikul oleh perusahaan jika mengajukan permohonan label halal, maka MUI Pusat mengeluarkan surat keputusan yang memerintahkan MUI propinsi untuk membentuk LP POM MUI Propinsi. Untuk memenuhi kebutuhan ini maka MUI Sumatera Utara mengutus 2 orang anggotanya untuk dilatih menjadi tenaga auditor sertifikasi halal LP POM MUI di Bogor selama 1 bulan penuh. Secara administratif sebenarnya keberadaan LP POM MUI SU yang sudah ada sejak tahun 1997. Tetapi karena tenaga yang ditugaskan untuk itu terbatas maka kegiatan LP POM MUI terhenti. Kemudian dengan telah adanya tenaga yang terlatih di MUI SU maka LP POM MUI SU kembali dibenahi. Dan akhirnya secara resmi terbentuklah LP POM MUI SU melalui SK MUI SU No. 18KPTSMUI- Universitas Sumatera Utara SUVII1999 tanggal 24 Rabiul Awal 1420 H bertepatan dengan 8 Juli 1999. SK ini kemudian diperbaharui kembali oleh karena DR. H. Mulkan Yahya sebagai Direktur LP POM MUI SU dipanggil Allah SWT untuk menghadap-Nya, lalu diangkatlah Prof. Dr. H. Urip Harahap. Apt, sebagai Direktur LP Pomk MUI SU melalui SK No. 08KPTSMUI-SUIV2000 tanggal 18 Dzulhijjah 1421 H bertepatan dengan tanggal 3 April 2000. Tata cara pengajuan prosedur label halal dimulai dengan tahap awal dengan mengajukan permohonan dengan mengisi blangko permohonan yang sudah disiapkan oleh LP POM MUI. Selain mengisi permohonan sertifikasi halal, perusahaan yang menginginkan label halal MUI juga diwajibkan untuk mengisi pernyataan bahan baku dan bahan tambahan serta bahan pendukung yang dipergunakan dalam proses produksi. Pernyataan-pernyataan ini harus dilengkapi dengan dokumen pendukung yang menerangkan tentang bahan-bahan yang dipergunakan dalam proses produksi tersebut. Dokumen ini berupa label analisis dari bahan yang dipergunakan, dan atau dapat juga label halal dari bahan yang digunakan tersebut. Permohonan dan dokumen pendukungnya dibuat dalam rangkap 4 dan masing-masing dimasukkan dalam sebuah map dan kemudian diserahkan kepada LP POM MUI SU. Setelah berkas permohonan tersebut diterima oleh LP POM MUI SU, kemudian LP POM MUI SU akan melakukan evaluasi terhadap berkas yang diserahkan tersebut. Pemeriksaan berkas permohonan tersebut bertujuan untuk menentukan apakah perusahaan tersebut layak untuk disertifikasi atau tidak, selain itu juga bertujuan untuk menentukan berapa besar biaya yang dibebankan kepada perusahaan tersebut. Setelah dinilai memenuhi persyaratan maka LP POM MUI SU akan melakukan pemeriksaan atau peninjauan langsung ke lokasi produksi. Hasil Universitas Sumatera Utara pemeriksaan akan dicatat dalam pedoman laporan audit LP POM MUI SU dan akan diseminarkan di depan rapat auditor. Hasil rapat auditor akan diajukan ke komisi fatwa untuk mendapatkan fatwa halal. Setelah mendapatkan fatwa halal dari komisi fatwa maka MUI akan segera menerbitkan label halal yang ditanda tangani oleh Direktur LP POM MUI SU, ketua komisi fatwa, hukum dan perundang-undangan dan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Sumatera Utara. Label halal MUI berlaku selama 2 tahun. Diantara interval waktu yang 2 tahun ini akan diadakan pemeriksaan mendadak terhadap perusahaan yang telah mendapatkan label halal tersebut. Sidak dilakukan paling sedikit 3 kali dalam interval waktu 2 tahun tersebut. Jika dalam sidak diketahui perusahaan tersebut melakukan pelanggaran perjanjian sertifikasi halal maka perusahaan tersebut akan diberi sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Jika masa berlakunya label sudah berakhir maka perusahaan berkewajiban mengembalikan label tersebut kepada MUI. Dan jika perusahaan ini tetap mendapatkan sertifikasi halal tersebut maka perusahaan tersebut diwajibkan untuk mengajukan permohonan sertifikasi halal kembali sesuai dengan prosedur awal yang tersebut di atas.

2.6. Pengaruh Label Halal Dalam Menumbuhkan Minat Beli

Dari tinjauan pustaka sebagaimana diterangkan terdahulu terlihat bahwa soal halal selalu dikaitkan dengan kepentingan konsumen muslim. Pencantuman label halal produk diberikan bila pelaku usaha menyatakan produk yang diperdagangkannya halal dikonsumsi oleh konsumen muslim. Memang masalah halal-haram sangat peka bagi umat Islam, dan dapat dikatakan soal ini menjadi salah satu norma yang ingin ditegakkan oleh Islam dalam kehidupan di dunia ini. Dalam kehidupan umat Islam di Indonesia, sensitivitas ini kembali terusak ketika kasus Universitas Sumatera Utara Ajinomoto mencuat dengan ditemukannya enzim babi dalam proses pembuatannya. Untuk mengantisipasi hal tersebut di atas maka dalam kegiatan suatu produksi terhadap produk pangan, obat-obatan maupun juga kosmetika oleh masyarakat yang beragama Islam dibutuhkan ketentuan yang sangat mendasar yaitu objek-objek tersebut harus jelas keberadaan halal haramnya. Dengan diketahuinya halal haramnya suatu pangan, obat-obatan maupun kosmetika maka secara langsung akan memberikan pengaruh bagi konsumen khususnya konsumen muslim untuk mempergunakan produk tersebut. Kasus Ajinomoto dapat dilihat secara langsung mempengaruhi minat beli masyarakat, khususnya masyarakat Islam terhadap produk tersebut. Dengan demikian maka dapat dilihat hal yang mendasar dalam pergaulan masyarakat yaitu apabila diketahui keberadaan suatu produk maka konsumen khususnya masyarakat akan berhajat pada produk halal tersebut, sehingga secara langsung akan menaikkan minat belinya. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dokumen yang terkait

Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Pembelian Produk Mie Instan Indomie Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

18 227 92

Perencanaan Jumlah Produksi Mie Instan Dengan Penegasan (Defuzzifikasi) Centroid Fuzzy Mamdani (Studi Kasus : Jumlah Produksi Indomie di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Tanjung Morawa)

9 87 62

Penetapan Bilangan Asam (Acid Value) Dalam Mie Instan Di PT. Indofood CBP Sukses Makmur tbk. Medan

44 184 26

Peningkatan Gizi Mie Instan Dari Campuran Tepung Terigu dan Tepung Ubi Jalar Melalui Penambahan Tepung Tempe dan Tepung Ikan

1 62 91

Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Pembelian Produk Mi Instan

1 20 18

PENGARUH LABELISASI HALAL DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN Pengaruh Labelisasi Halal Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Produk Indomie.

0 4 22

PENGARUH LABELISASI HALAL DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN Pengaruh Labelisasi Halal Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Produk Indomie.

1 3 14

PENGARUH LABELISASI HALAL DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN Pengaruh Labelisasi Halal Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Produk Indomie.

0 3 88

Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Pembelian Produk Mie Instan Indomie Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

0 2 16

PENGARUH MEREK, HARGA, DAN LABELISASI HALAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK MIE INSTAN MEREK INDOMIE (Studi pada Masyarakat Kelurahan Watusigar Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunungkidul) - STIE Widya Wiwaha Repository

0 5 87