4.2 Pembahasan
4.2.1 Hubungan Gaya Pemotongan dengan Geometri Geram
Dari seluruh perhitungan Gaya pemotongan dan pengukuran geometri geram yang telah dilakukan, maka dapat diamati hubungan antara gaya
pemotongan dengan geometri geram untuk setiap kondisi pemotongan. Hasil perhitungan gaya pemotongan dan pengukuran geometri geram untuk setiap
kondisi disajikan pada tabel 4.17 Tabel 4.17 Hasil perhitungan Gaya pemotongan dan pengukuran geometri geram
untuk setiap kondisi pemotongan
Kondisi Pemotongan 1
2 3
4 5
Vc = 200 mmin f = 0,1 mmrev
a = 0,3 mm Vc =200 mmin
f = 0,1 mmrev a = 1 mm
Vc = 200 mmin f = 0,15 mmrev
a = 0,3 mm Vc = 225 mmin
f = 0,1 mmrev a = 0,7 mm
Vc = 225 mmin f = 0,125 mmrev
a = 0,7 mm
h
c
mm 0,16
0,22 0,3
0,19 0,16
mm 0,07
0,12 0,057
0,1 0,08
n
p
5 3
7 4
4 r
p
13,8 8,33
19,44 11,11
11,11 F
v
N 134,79
449,36 189,48
319,64 382,11
Dari Tabel 4.17 dapat diamati bahwa:
1. Gaya pemotongan F
v
tidak selalu dipengaruhi oleh kecepatan pemotongan, untuk kasus pemesinan laju tinggi, keras dan kering, gaya pemotongan dipengaruhi oleh
pemakanan f dan kedalaman pemotongan a. Dapat dilihat pada kecepatan pemotongan v
c
tetap, dengan pemakanan f tetap dan kedalaman pemotongan a yang meningkat, menghasilkan gaya pemotongan yang naik secara signifikan.
Namun bila dibandingkan antara kondisi pemotongan 2 dengan kondisi pemotongan 4 dan 5, disana dapat kita amati manakala kecepatan pemotongan v
c
naik, kedalaman pemotongan a turun, dan pemakanan f naik, gaya pemotongan menjadi lebih rendah.
2. Untuk kondisi pemotongan 1 dan 2, dapat kita bandingkan, dimana terjadi
peningkatan kedalaman pemotongan a yang menyebabkan gaya pemotongan F
v
naik,sehingga menyebabkan tebal geram h
c
menjadi meningkat pula. Sementara
Universitas Sumatera Utara
pada kondisi pemotongan 1 dan 3, terjadi peningkatan pemakanan f, sehingga menyebabkan naiknya gaya pemotongan F
v
, namun tidak sebesar pada kondisi pemotongan 2. Akan tetapi, terjadi peningkatan tebal geram h
c
yang cukup besar, hal ini dikarenakan kenaikan pemakanan f sangat berpengaruh pada kenaikan
tebal geram h
c
3. Untuk kondisi pemotongan 4 dan 5, terjadi peningkatan pemakanan f, sehingga
terjadi peningkatan gaya pemotongan F
v
. Namun, dapat pula dilihat terjadi penurunan tebal geram H
c
. Hal ini terjadi dikarenakan pada kecepatan pemotongan v
c
yang tinggi, tebal geram h
c
akan semakin menurun. 4.
Pada kondisi 1 dan 2, dapat dilihat jarak antar puncak semakin renggang seiring
kenaikan gaya pemotongan F
v
yang disebabkan kenaikan kedalaman potong a. Namun jika dibandingkan kondisi pemotongan 1 dan 3, jarak antar puncak semakin
rapat meskipun terjadi kenaikan gaya pemotongan F
v
, hal ini dikarenakan yang menyebabkan kenaikan gaya pemotongan F
v
adalah pemakanan f. sehingga dapat dikatakan, bila pemakanan f meningkat, jarak antar puncak
akan semakin rapat. Sama halnya yang terjadi pada kondisi pemotogan 4 dan 5, pada
kondisi tersebut terjadi peningkatan pemakanan f yang menyebabkan jarak antar puncak
menjadi semakin rapat. 5.
Dari penjelasan pada nomor 4, kenaikan gaya pemotongan F
v
yang disebabkan karena kenaikan pemakanan f akan menyebabkan jarak antara puncak semakin
rapat. Semakin rapatnya jarak ini akan mempengaruhi jumlah mata gergaji yang sama
– sama diukur per 0,36 mm panjang. Jarak antara puncak yang semakin rapat akan membuat jumlah mata gergaji semakin banyak untuk satuan panjang tersebut.
Dengan kata lain, jika gaya pemotongan Fv besar maka jumlah mata gergaji n
p
akan semakin banyak. 6.
Rasio r
p
untuk geram dipengaruhi oleh jumlah mata gergaji n
p
dan jarak persatuan panjang, karena jarak yang digunakan dalam penentuan nilai rasio r
p
adalah 0,36 mm dan sama untuk setiap kondisi pemotongan. Maka nilai rasio r
p
ini akan bergantung kepada jumlah mata gergaji n
p
semakin banyak jumlah mata gergaji maka n
p
maka semakin besar nilainya. Dari tabel 4.17 dapat dilihat hubungan antara gaya dengan rasio r
p
geram, bahwa semakin tinggi gaya pemotongan maka rasio r
p
geram akan kecil
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penjelasan dari nomor 1, 2, 3, dan 4 maka dapat disimpulkan bahwa gaya pemotongan F
v
dipengaruhi oleh pemakanan f dan kedalaman pemotongan a. Gaya pemotongan F
v
yang tinggi menyebabkan geram lebih tebal dan jarak antara mata puncak
semakin renggang. Akibat renggangnya jarak tersebut maka jumlah mata gergaji n
p
akan sedikit dan nilai rasio r
p
geram akan kecil.
4.2.2. Hubungan Suhu Pemotongan dengan Geometri Geram