dan dicampur dengan bahan baku dari campuran semen, pasir, gypsum, CaCO
3
dan katalis aluminium. Dengan adanya katalis Al selama terjadi reaksi hidrasi semen akan
menimbulkan panas sehingga timbul gelembung-gelembung gas H
2
O, CO
2
dari reaksi tersebut. Akhirnya gelembung tersebut akan menimbulkan jejak pori dalam bata yang
sudah mengeras. Semakin banyak gas yang dihasilkan akan semakin banyak pori yang terbentuk dan bata akan semakin ringan.
Berbeda dengan bata non aerated, pada bata ini ditambahkan agregat ringan
dalam pembuatannya seperti, serat sintesis dan alami, slag baja, perlite, dan lain-lain. Pembuatan bata ringan berpori jauh lebih mahal karena menggunakan bahan-bahan
kimia tambahan dan mekanisme pengontrolan yang cukup sulit. Zulfikar Syaram, 2010 .
Pembuatan bata ringan berpori bata aerasi ini pada prinsipnya membuat
rongga udara didalam bata. Ada tiga macam cara membuat bata aerasi, yaitu : Yang paling sederhana yaitu dengan memberikan agregatcampuran isian
bata ringan. Agregat itu bisa berupa batu apung pumice, stereofoam, batu alwa atau abu terbang yang dijadikan batu.
Menghilangkan agregat halus agregat halusnya disaring, contohnya debu abu terbangnya dibersihkan
Meniupkan atau mengisi gelembung udara di dalam bata. Dengan tidak memakai pasir agar bata banyak mengandung rongga sehingga
bobotnya rendahringan. Kardiyono Tjokrodimuljo, 2003 .
2.2. Bahan-bahan Bata Berpori
Bahan – bahan bata berpori terdiri dari :
Universitas Sumatera Utara
a. Semen
Semen cement adalah hasil industri dari paduan bahan baku : batu kapurgamping sebagai bahan utama dan lempung tanah liat atau bahan pengganti
lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubukbulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air.
Batu kapurgamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa Calcium Oksida CaO, sedangkan lempungtanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa
: Silika Oksida SiO
2
, Alumunium Oksida Al
2
O
3
, Besi Oksida Fe
2
O
3
dan Magnesium Oksida MgO. Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar
sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips gypsum dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari proses
produksi dikemas dalam kantongzak dengan berat rata-rata 40 kg atau 50 kg.
Jenis-jenis semen menurut BPS adalah :
- Semen Abu atau Semen Portland adalah bubukbulk berwarna abu kebiru-
biruan, dibentuk dari bahan utama batu kapurgamping berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa
digunakan sebagai perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan persentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5 lima tipe, yaitu tipe I sampai dengan V.
http:www.beacukai.go.idlibrarydataSemen.htm
Macam – macam tipe semen, seperti yang di jelaskan berikut :
a. Semen Portland Type I
Universitas Sumatera Utara
Dipakai untuk keperluan konstruksi umum yang tidak memakai persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok dipakai pada
tanah dan air yang mengandung sulfat 0,0 – 0,10 dan dapat digunakan untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung bertingkat, perkerasan
jalan, struktur rel, dan lain-lain.
b. Semen Portland Type II
Dipakai untuk konstruksi bangunan dari beton massa yang memerlukan ketahanan sulfat Pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat antara 0,10
– 0,20 dan panas hidrasi sedang, misalnya bangunan dipinggir laut, bangunan dibekas tanah rawa, saluran irigasi, beton massa untuk dam-dam dan
landasan jembatan.
c. Semen Portland Type III Dipakai untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal
tinggi pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi, misalnya untuk pembuatan jalan beton, bangunan-bangunan tingkat tinggi, bangunan-bangunan
dalam air yang tidak memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat.
d. Semen Portland Type IV Adalah tipe semen dengan panas hidrasi rendah. Semen tipe ini digunakan untuk
keperluan konstruksi yang memerlukan jumlah dan kenaikan panas harus diminimalkan. Oleh karena itu semen jenis ini akan memperoleh tingkat kuat
beton dengan lebih lambat ketimbang Portland tipe I. Tipe semen seperti ini digunakan untuk struktur beton masif seperti dam gravitasi besar yang mana
Universitas Sumatera Utara
kenaikan temperatur akibat panas yang dihasilkan selama proses curing merupakan faktor kritis.
e. Semen Portland Type V Dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan pada tanahair yang mengandung
sulfat melebihi 0,20 dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan, dan pembangkit
tenaga nuklir. Hansen’s Kammer, 2009 .
- Semen Putih gray cement adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan
digunakan untuk pekerjaan penyelesaian finishing, seperti sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit calcite limestone
murni.
- Oil Well Cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang
digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas pantai.
- Mixed dan Fly Ash Cement adalah campuran semen abu semen Portland
dengan Pozzolan buatan fly ash. Pozzolan buatan fly ash merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara yang mengandung amorphous silika,
aluminium oksida, besi oksida dan oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat beton,
sehingga menjadi lebih keras.
Semakin baik mutu semen maka semakin lama mengeras atau membatunya jika dicampur dengan air, dengan angka-angka hidrolitas yang dapat dihitung dengan
rumus :
Universitas Sumatera Utara
SiO
2
+ Al
2
O
3
+ Fe
2
O
3
: CaO + MgO
Angka hidrolitas ini berkisar antara 11,5 lemah hingga 12 keras sekali. Namun demikian dalam industri semen angka hidrolitas ini harus dijaga secara teliti untuk
mendapatkan mutu yang baik dan tetap, yaitu antara 11,9 dan 12,15.
Proses pembuatan semen dapat dibedakan menurut :
· Proses basah : semua bahan baku yang ada dicampur dengan air, dihancurkan dan diuapkan kemudian dipanaskan dengan menggunakan bahan bakar minyak, bakar
bunker crude oil. Proses ini jarang digunakan karena masalah keterbatasan energi BBM.
· Proses kering : menggunakan teknik penggilingan dan blending kemudian dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap pengelolaan
yaitu :
- proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal.
- proses pencampuran homogenizing raw meal untuk mendapatkan campuran yang homogen.
- proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak clinker : bahan setengah jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan semen.
- proses pendinginan terak. - proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan
cement mill.
Universitas Sumatera Utara
Dari proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena pembakaran dengan suhu mencapai 900 derajat Celcius sehingga menghasilkan :
residu sisa yang tak larut, sulfur trioksida, silika yang larut, besi dan alumunium oksida, oksida besi, kalsium, magnesium, alkali, fosfor, dan kapur bebas.
http:www.beacukai.go.idlibrarydataSemen.htm
b. Pasir