tekanan oksigen di dalam flasenta dan juga pada janin dan darah. Hal inilah yang menyebabkan kelahiran prematur bayi dengan berat badan yang rendah
dibandingkan dengan kelahiran bayi normal.
2.4. Absorbsi
Absorbsi adalah terserapnya atau terikatnya suatu subtansi adsorbat pada permukaan yang dapat menyerap adsorben. Adsorbsi dapat terjadi diantara zat padat
dan zat cair, zat padat dengan gas, zat cair dengan zat cair, dan zat cair dengan gas. Adsorbsi terjadi karena molekul-molekul pada permukaan zat yang memiliki gaya
tarik dalam keadaan tidak setimbang yang cenderung tertarik kearah dalam gaya kohesi adsorben lebih besar dari gaya adhesinya. Ketidakseimbangan gaya tarik
tersebut mengakibatkan zat yang digunakan sebagai adsorben cenderung menarik zat- zat lain yang bersentuhan dengan permukaannya. Berdasarkan interaksi molekular
antara permukaan adsorben dengan adsorbat, adsorbsi dibagi menjadi dua bagian, yaitu adsorbsi fisika dan adsorbsi kimia.
Adsorbsi fisika terjadi bila gaya intermolekul lebih besar dari gaya tarik antar
molekul atau gaya tarik menarik yang relatif lemah antara adsorbat dengan permukaan adsorben, gaya ini disebut gaya Van der Waals, sehingga adsorbat dapat
bergerak dari satu bagian permukaan ke bagian permukaan lain dari adsorben. Adsorbsi ini berlangsung cepat, dapat membentuk lapisan jamak multilayer,
dan dapat bereaksi balik reversible karena energi yang dibutuhkan relatif rendah.
Adsorbsi kimia terjadi karena adanya reaksi antara molekul-molekul adsorbat
dengan adsorben dimana terbentuk ikatan kovalen dengan ion. Gaya ikat adsorben ini bervariasi tergantung pada zat yang bereaksi. Adsorben jenis ini bersifat irreversible
dan hanya dapat membentuk lapisan tunggal monolayer.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Pembuatan Bata Berpori
Proses pembuatan bata berpori dapat dilakukan dengan berbagai cara antara
lain:
a. Pembuatan campuran
Agregat batu apung dibebaskan dari kotoran serat benda-benda organik lainnya, kemudian dilanjutkan dengan pencampuran semen, pasir dan batu
apung sesuai dengan komposisi yang telah ditetapkan, dan kemudian ditambahkan air sampai tercapai campuran setengah basah lengas yang
merata.
b. Pencetakan
Pencetakan bata berpori dilakukan dengan menggunakan alat cetak manual. Alat cetak diolesi dengan minyak pelumas secukupnya, kemudian campuran
dimasukkan ke dalam cetakan sedikit demi sedikit sambil dipadatkan dengan penumbukan sampai dicapai kepadatan optimum
c. Pemeliharaan awal Pembukaan cetakan dilakukan dengan hati-hati dan perlahan-lahan untuk
menghindari kerusakan-kerusakan dan ketidaksempurnaan hasil seperti retak – retak, bentuk maupun sudut-sudutnya. Bata berpori yang sudah dilepaskan
dari cetakannya dibiarkan selama 24 jam. d. Pemeliharaan akhir
Pengeringan dilakukan selama 3 – 4 minggu dalam keadaan tersusun. Dan juga pengeringan dilakukan dengan angin karena pengeringan di bawah sinar
Universitas Sumatera Utara
matahari akan menyebabkan retak – retak, yang dapat mengurangi kekuatan bata. Rusli, Iwan Suprijanto, I B Gd Putra Budiana, 2009
2.6. Karakteristik Bahan 2.6.1.