BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian dan Material Bata Berpori
Bata berpori adalah bata yang memiliki berat jenis density lebih ringan dari pada bata pada umumnya. Ngabdurrochman,2009 .
Bata berpori disebut juga sebagai bata ringan atau beton ringan alternatif bata. Hal ini bertujuan memudahkan pengertian dan sudah akrab bagi pemakai bahan
bangunan dinding. http:properti.mediatata.com201001beton-ringan-alternatif- pengganti-bata.html
Bata berpori dapat dibuat dengan berbagai cara antara lain dengan menggunakan agregat ringan fly ash, batu apung, expanded polystyreneEPS dan
lain – lain , campuran antara semen, silika, pozzolan dan lain – lain yang dikenal dengan nama aerated concrete atau semen dengan cairan kimia penghasil gelembung
udara dikenal dengan nama foamed concrete atau cellular concrete .
Tidak seperti bata biasa, berat bata ringan dapat diatur sesuai kebutuhan. Pada umumnya berat bata ringan berkisar antara 600-1600 kgm
3
. Karena itu keunggulan bata ringan utamanya ada pada berat, sehingga apabila digunakan pada proyek
bangunan tinggi high rise building akan dapat secara signifikan mengurangi berat sendiri bangunan, yang selanjutnya berdampak kepada perhitungan pondasi.
Bata berpori ringan atau beton ringan AAC Autoclaved Aerated Concrete ini pertama kali dikembangkan di Swedia pada tahun 1923 sebagai alternatif material
Universitas Sumatera Utara
bangunan untuk mengurangi penggundulan hutan. Bata ringan AAC ini kemudian dikembangkan lagi oleh Joseph Hebel di Jerman pada tahun 1943. Hasilnya bata
berpori ringan atau beton ringan aerasi ini dianggap sempurna, termasuk material bangunan yang ramah lingkungan, karena dibuat dari sumber daya alam yang
berlimpah. Sifatnya kuat, tahan lama, mudah dibentuk, efisien, dan berdaya guna tinggi. Di Indonesia sendiri bata berpori beton ringan mulai dikenal sejak tahun
1995, saat didirikannya PT Hebel Indonesia di Kerawang Timur, Jawa Barat. Ngabdurrochman, 2009 .
Dalam kontruksi, bata adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi agregat dan pengikat semen.
Biasanya dipercayai bahwa bata mengering setelah pencampuran dan peletakan. Sebenarnya, bata tidak menjadi padat karena air menguap, tetapi semen
berhidrasi, mengelem komponen lainnya bersama dan akhirnya membentuk material seperti batu.
Bata beton normal diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu bata normal dan bata ringan. Bata normal tergolong bata yang memiliki densitas sekitar 2,2 – 2,4
grcm
3
dan kekuatannya tergantung pada komposisi campuran bata mix design . Sedangkan untuk bata ringan atau beton ringan memiliki densitas 1,8 grcm
3
, begitu juga dengan kekuatannya sangat bervariasi dan sesuai dengan penggunaan dan
pencampuran bahan bakunya. Jenis dari bata ringan beton ringan ada dua, yaitu bata ringan berpori aerated concrete dan bata ringan tidak berpori non aerated
concrete . Bata ringan berpori beton ringan berpori adalah bata yang dibuat agar strukturnya terdapat banyak pori. Bata semacam ini diproduksi dengan menggunakan
agregat ringan, misalnya : batu apung pumice, diatomite, scoria, volcanic cinders,
Universitas Sumatera Utara
dan dicampur dengan bahan baku dari campuran semen, pasir, gypsum, CaCO
3
dan katalis aluminium. Dengan adanya katalis Al selama terjadi reaksi hidrasi semen akan
menimbulkan panas sehingga timbul gelembung-gelembung gas H
2
O, CO
2
dari reaksi tersebut. Akhirnya gelembung tersebut akan menimbulkan jejak pori dalam bata yang
sudah mengeras. Semakin banyak gas yang dihasilkan akan semakin banyak pori yang terbentuk dan bata akan semakin ringan.
Berbeda dengan bata non aerated, pada bata ini ditambahkan agregat ringan
dalam pembuatannya seperti, serat sintesis dan alami, slag baja, perlite, dan lain-lain. Pembuatan bata ringan berpori jauh lebih mahal karena menggunakan bahan-bahan
kimia tambahan dan mekanisme pengontrolan yang cukup sulit. Zulfikar Syaram, 2010 .
Pembuatan bata ringan berpori bata aerasi ini pada prinsipnya membuat
rongga udara didalam bata. Ada tiga macam cara membuat bata aerasi, yaitu : Yang paling sederhana yaitu dengan memberikan agregatcampuran isian
bata ringan. Agregat itu bisa berupa batu apung pumice, stereofoam, batu alwa atau abu terbang yang dijadikan batu.
Menghilangkan agregat halus agregat halusnya disaring, contohnya debu abu terbangnya dibersihkan
Meniupkan atau mengisi gelembung udara di dalam bata. Dengan tidak memakai pasir agar bata banyak mengandung rongga sehingga
bobotnya rendahringan. Kardiyono Tjokrodimuljo, 2003 .
2.2. Bahan-bahan Bata Berpori