Analisis Faktor Suku Bunga deposito dan Nilai Kurs Terhadap Permintaan SUN oleh Investor Asing

(1)

Lampiran 1

Permintaan SUN oleh investor asing (Y), Tingkat suku Bunga Deposito (), dan Nilai Kurs ()

Tahun Bulan SUN yang

dimiliki pihak asing (Miliar Rupiah) Suku bunga Deposito (%) Kurs (Rupiah) 2009

Januari 16.385 10.52 11355

Februari 19.434 9.89 11980

Maret 22.217 9.42 11575

April 23.718 9.04 10713

Mei 22.396 8.77 10340

Juni 19.219 8.52 10225

Juli 18.606 8.31 9920

Agustus 19.620 7.94 10006

September 18.634 7.43 9681

Oktober 16.994 7.38 9545

November 17.219 7.16 9480

Desember 17.045 6.87 9400

2010

Januari 16.980 6.44 9365

Februari 16.996 6.42 9335

Maret 15.927 6.45 9115

April 12.859 6.75 9012

Mei 17.652 6.67 9180

Juni 17.649 6.71 9083

Juli 12.093 6.62 8952

Agustus 12.347 6.75 9041

September 14.206 6.72 8924

Oktober 13.249 6.81 8928

November 13.042 6.78 9013

Desember 8.735 6.83 8991

2011

Januari 11.376 6.72 9057

Februari 10.110 6.72 8823

Maret 10.273 6.83 8709

April 8.452 6.80 8574

Mei 9.306 6.85 8537

Juni 9.38 6.82 8597

Juli 7.775 6.86 8508

Agustus 13.967 6.80 8578

September 24.877 6.83 8823


(2)

November 20.306 6.56 9170

Desember 17.408 6.35 9068

Lampiran 2

Hasil Estimasi Tingkat Suku Bunga Deposito dan Nilai Kurs Terhadap Permintaan SUN oleh Investor Asing

Dependent Variable: LSUN Method: Least Squares Date: 03/29/12 Time: 18:46 Sample: 2009M01 2011M12 Included observations: 36

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -36.98385 8.911756 -4.150007 0.0002 LDEPOSITO -1.785064 0.733110 -2.434920 0.0205 LKURS 4.726280 1.116596 4.232757 0.0002

R-squared 0.474053 Mean dependent var 2.709420 Adjusted R-squared 0.442177 S.D. dependent var 0.315464 S.E. of regression 0.235612 Akaike info criterion 0.026394 Sum squared resid 1.831929 Schwarz criterion 0.158354 Log likelihood 2.524906 F-statistic 14.87198 Durbin-Watson stat 0.724865 Prob(F-statistic) 0.000025


(3)

Lampiran 3

Hasil Estimasi Tingkat Suku Bunga Deposito Terhadap Nilai Kurs

Dependent Variable: LDEPOSITO Method: Least Squares

Date: 04/12/12 Time: 10:26 Sample: 2009M01 2011M12 Included observations: 36

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -10.70929 0.986406 -10.85688 0.0000 LKURS 1.387180 0.107860 12.86087 0.0000 R-squared 0.829490 Mean dependent var 1.976197 Adjusted R-squared 0.824475 S.D. dependent var 0.131559 S.E. of regression 0.055117 Akaike info criterion -2.904749 Sum squared resid 0.103290 Schwarz criterion -2.816776 Log likelihood 54.28548 F-statistic 165.4021 Durbin-Watson stat 0.514216 Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 4

Hasil Estimasi Nilai Kurs Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Dependent Variable: LKURS

Method: Least Squares Date: 04/12/12 Time: 10:25 Sample: 2009M01 2011M12 Included observations: 36

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 7.963101 0.092081 86.47896 0.0000 LDEPOSITO 0.597969 0.046495 12.86087 0.0000 R-squared 0.829490 Mean dependent var 9.144805 Adjusted R-squared 0.824475 S.D. dependent var 0.086376 S.E. of regression 0.036188 Akaike info criterion -3.746239 Sum squared resid 0.044525 Schwarz criterion -3.658265


(4)

Durbin-Watson stat 0.539401 Prob(F-statistic) 0.000000 Lampiran 5

Tingkat Inflasi di Indonesia (%)

Tahun Bulan Inflasi

2009

Januari 9.17

Februari 8.6

Maret 7.92

April 7.31

Mei 6.04

Juni 3.65

Juli 2.71

Agustus 2.75

September 2.83

Oktober 2.57

November 2.41

Desember 2.78

2010

Januari 3.72

Februari 3.81

Maret 3.43

April 3.91

Mei 4.16

Juni 5.05

Juli 6.22

Agustus 6.44

September 5.8

Oktober 5.67

November 6.33

Desember 6.96

2011

Januari 7.02

Februari 6.84

Maret 6.65

April 6.16

Mei 5.98

Juni 5.54

Juli 4.61

Agustus 4.79

September 4.61

Oktober 4.42

November 4.15

Desember 3.79


(5)

(6)

Lampiran 6

Hasil Estimasi Nilai Kurs dan Inflasi Terhadap Permintaan SUN oleh Investor Asing

Dependent Variable: LSUN Method: Least Squares Date: 04/10/12 Time: 20:44 Sample: 2009M01 2011M12 Included observations: 36

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -19.62552 3.926332 -4.998437 0.0000 LKURS 2.504468 0.431885 5.798929 0.0000 LINFLASI -0.361069 0.101628 -3.552854 0.0012 R-squared 0.551222 Mean dependent var 2.709420 Adjusted R-squared 0.524023 S.D. dependent var 0.315464 S.E. of regression 0.217642 Akaike info criterion -0.132278 Sum squared resid 1.563142 Schwarz criterion -0.000318 Log likelihood 5.380997 F-statistic 20.26649 Durbin-Watson stat 0.883578 Prob(F-statistic) 0.000002


(7)

DAFTAR PUSTAKA

Aris, Ahmad. 2012. SURAT UTANG: Sukuk Indonesia Laris Manis. 2012)

Berlianta, Heli Charisma, 2004. Mengenal Valuta Asing, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin, 2006. Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab, Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta.

GATRA, Majalah Berita Mingguan, 1998. Upaya Memperkuat Rupiah. PT Gramedia, Jakarta.

Kartini, Dupla dan Djumyati Partawidjaja. Lari Rupiah Kembali Tersandung Krisis.

(27 Mar.

2012)

Kasmir, 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi 2008, Rajawali Pers, Jakarta.

Kretarto, Agus, 2001. INVESTOR RELATIONS: Pemasaran dan Komunikasi Keuangan Perusahaan Berbasis Kepatuhan. Grafiti Pers, Jakarta.

Lubis, Prof. Dr. Ade Fatma, 2008. Pasar Modal: Sebuah Pendekatan Pasar Modal Terintegrasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Manurung, Jonni dan Adler Haymans Manurung, 2009. Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Moneter, Salemba Empat, Jakarta.

Ming, The Fei, 2001. Day Trading Valuta Asing: Analisis Fundamental dan Teknikal Teori dan Aplikasi, PT Gramedia, Jakarta.

Mishkin, Frederic S. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan, Edisi Kedelapan, Salemba Empat, Jakarta.

Nachrowi, D Nachrowi dan Hardius Usman, 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.


(8)

Nopirin, 2007. Ekonomi Moneter, Edisi Keempat, BPFE, Yogyakarta.

Pratomo, Wahyo Ario dan Paidi Hidayat, 2007. Pedoman Praktis Penggunaan Eviews Dalam Ekonometrika, USU Press, Medan.

Salim dan Budi Sutrisni, 2008. Hukum Investasi di Indonesia, Edisi Pertama, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Sembiring, Dr. Sentosa, 2010. Hukum Investasi: Pembahasan Dilengkapi dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Edisi Revisi, Nuansa Aulia, Bandung.

Sidabariba, Chandra Dion. 2008.

Sihombing, DR. Jonker, 2008. Investasi Asing Melalui Surat Utang Negara Di Pasar Modal, PT. Alumni, Bandung.

Silitonga, Linda T. 2011. Hatta: SUN Kita Bagus!

Widoatmodjo, Sawidji, 2009. Pasar Modal Indonesia: Pengantar & Studi Kasus, Ghalia Indonesia, Bogor Selatan.

Yasinta. 2008. Investasi Asi(07 Mar. 2012)

________________/web/id/Publikasi/Laporan+Tahunan/Laporan+Perekonomian+Indo nesia/lpi_2010.htm Bauran Kebijakan Bank Indonesia Di tengah Derasnya Aliran Masuk Modal Asing (04 Des. 2011)


(9)

(27


(10)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah-langkah sistematik atau prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian ilmiah yang

sistematis terhadap bagian-bagian da

penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan data dari Bank Indonesia cabang Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan November 2011 – April 2012.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan asing terhadap SUN dengan menggunakan variabel tingkat suku bunga deposito, dan nilai kurs yaitu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.


(11)

3.4 Definisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dari variabel yang digunakan pada penelitian ini, maka berikut ini dijelaskan batasan operasional sebagai berikut:

a. Surat Utang Negara (SUN) adalah surat berharga dalam bentuk surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.

b. Tingkat suku bunga deposito adalah tingkat keuntungan yang diperoleh pemodal investasi dalam bentuk simpanan deposito dari pihak bank umum di Indonesia dalam jangka waktu tertentu.

c. Nilai kurs adalah harga mata uang Indonesia terhadap harga mata uang asing. Dalam penelitian ini menggunakan perbandingan nilai rupiah dengan dollar Amerika Serikat.

3.5 Skala Pengukuran Variabel

a. Surat Utang Negara (SUN) diukur dalam satuan Miliar Rupiah. b. Suku bunga deposito diukur dalam satuan persen (%).

c. Nilai kurs diukur dalam satuan Rupiah.

3.6 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk data berkala atau time series yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka selama kurun waktu 3 tahun (2009-2011). Sumber data diperoleh dari data Bank Indonesia cabang Medan, serta bahan-bahan kepustakaan berupa bacaan yang berhubungan dengan penelitian, website, artikel, dan jurnal-jurnal.


(12)

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah metode studi kepustakaan (Library Research). Library Research adalah penelitian yang dilakukan menggunakan bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah seperti artikel atau jurnal-jurnal ilmiah serta laporan-laporan penelitian ilmiah yang berkaitan dengan topik yang sedang diteliti. Sumber data diperoleh dari data Bank Indonesia cabang Medan, serta bahan-bahan kepustakaan berupa bacaan yang berhubungan dengan penelitian, website, artikel, dan jurnal-jurnal.

3.8 Teknik Analisis Data

Model yang digunakan dalam analisis ini adalah model ekonometrika. Model analisis data yang digunakan adalah kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square). Model persamaannya adalah sebagai berikut:

Y = f(X1, X2)...(1) Dengan spesifikasi model sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + µ...(2)

Kemudian ditransformasikan ke dalam model persamaan logaritma berganda sebagai berikut:

Y = α + β1LogX1 + β2LogX2 + µ...(3)

Dimana:

Y = Permintaan Asing terhadap SUN (Miliar Rupiah) α = Intercept / Konstanta

β1 β2 = Koefisien arah regresi

X1 = Tingkat suku bunga deposito (%)

X2 = Nilai kurs (Rupiah)

µ = Term of Error


(13)

Secara sistematis bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut: ∂Y

∂X1 < 0, artinya jika kenaikan pada X1 (suku bunga deposito), maka Y (Permintaan

asing terhadap SUN) menurun, ceteris paribus. ∂Y

∂X2 > 0, artinya jika kenaikan pada X2 (nilai kurs), maka Y (Permintaan asing

terhadap SUN) meningkat, ceteris paribus.

3.8.1 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) 3.8.1.1 Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel-variabel independen secara bersama mampu memberikan penjelasan mengenai variabel independen. Dimana nilai R2 antara 0 sampai 1 (0 < R2 ≤ 1).

3.8.1.2 Uji F-Statistik

Pengujian ini bertujuan untuk mnegetahui apakah variabel independen mampu secara bersama-sama mempengaruhi peningkatan variabel dependen.

Dalam pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut:

H0 : b1 = b2 = 0, artinya variabel independen secara simultan tidak berpengaruh nyata atau signifikan terhadap variabel dependen.

Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0, artinya semua variabel independen secara simultan


(14)

Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus: F-hitung = R2/ (�−1)

(1−R2)/ (n−�)

Dimana:

R2 = Koefisien determinasi k = jumlah variabel independen n = jumlah sampel

Gambar 3.1 Uji F-statistik

3.8.1.3 Uji t-Statistik

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen, dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

H0 : bi = 0, artinya suatu variabel independen yang diuji tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

0

Penerimaan H0

Ha diterima


(15)

0

H0 diterima Ha diterima

Ha diterima

Ha: bi ≠ 0, artinya suatu variabel independen yang diuji berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus:

t∗ = (��−�) ���

Dimana:

b1 = koefisien variabel ke-i b = nilai hipotesis nol

Sbi = simpangan baku dari variabel independen ke-i

Gambar 3.2 Uji t- statistik

3.8.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.8.2.1 Uji Normalitas

Asumsi dalam Ordinary Least Square adalah nilai rata-rata dari faktor pengganggu (µ) adalah nol. Untuk menguji apakah normal atau tidaknya faktor pengganggu, maka perlu dilakukan uji Normalitas dengan menggunakan Jarque-Bera Test (J-B test).


(16)

Multikolinearitas adalah uji untuk mengetahui apakah ada hubungan diantara variabel bebas. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai R2 yang sangat tinggi, nilai F-statistik yang signifikan tetapi uji t-F-statistik tidak signifikan, dan standar error yang tidak terhingga. Multikolinearitas terjadi karena adanya hubungan yang kuat antara variabel independen dari suatu model estimasi.

3.8.2.3 Autokorelasi (Serial Correlation)

Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada hubungan variabel-variabel dari serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (data time series

Untuk menguji apakah hasil estimasi tidak mengandung autokorelasi, maka digunakan Uji Durbin-Watson (DW), dimana ditentukan terlebih dahulu besarnya nilai kritis dari du dan dl berdasarkan jumlah pengamatan dari variabel independennya.

). Autokorelasi dapat terjadi bila nilai variabel masa lalu memiliki pengaruh terhadap nilai variabel masa kini atau masa datang.

d = Σ(e�−e�−1)2 Σei Dimana:

d = nilai Durbin Watson

Σei = jumlah kuadrat sisa

Hipotesis:

Ho : ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi Ha : ρ ≠ 0, artinya ada autokorelasi

Dengan kriteria sebagai berikut:


(17)

1.Jika DW < dl, berarti terdapat autokorelasi positif 2.Jika DW > (4 – dl), berarti terdapat autokorelasi negatif 3.Jika du < DW < (4 – dl), berarti tidak terdapat autokorelasi 4.Jika dl < DW < du atau (4 – du), berarti tidak dapat disimpulkan 5. Jika 4 – du ≤ DW ≤ 4 – dl, berarti tidak dapat disimpulkan


(18)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Ekonomi Indonesia Secara Umum

Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan III 2008 mulai melambat menjadi 6,1% seiring dengan perlambatan ekonomi dunia. Cadangan Devisa Indonesia sempat mencapai posisi tertinggi sepanjang sejarah pada Februari 2008 yaitu 67,1 miliar US$. Cadangan devisa per 28 November 2008 sebesar 50,18 miliar US$, turun sebagai akibat intervensi Bank Indonesia terhadap rupiah di pasar. Investasi sebagai salah satu pemacu pertumbuhan ekonomi masih didominasi investor-investor asing. Hal ini terlihat sangat bergantungnya Indonesia pada aliran dana panas (hot money) dari investor asing, baik di pasar saham, SBI maupun SUN. Angka penanaman modal asing hingga November 2008 menunjukkan peningkatan yang signifikan sebesar 40,38% bila dibandingkan tahun 2007, sedangkan penanaman modal dalam negeri merosot tajam (51 persen).

Pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2009 dinilai lambat sehingga memicu pemerintah melakukan perubahan asumsi makro ekonomi pada tahun tersebut. Pemerintah merombak berbagai asumsi makro ekonomi 2009 menyusul semakin memburuknya perkembangan ekonomi global. Usulan perubahan asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5 – 6,1 persen dari kesepakatan semula sebesar 6,3 persen, untuk nilai tukar diusulkan Rp 9.500 per Dolar AS dari Rp 9.150, inflasi 7,0 persen dari 6,2 persen, suku bunga SBI 3 bulan jadi 8,5 persen dari 8,0 persen, dan harga minyak Indonesia 85 dolar dari 95 Dolar AS per barel. Pertumbuhan ekonomi 2009 yang ditetapkan pemerintah antara 5,5-6,1 persen turun dari patokan sebelumnya 6,3 persen


(19)

cukup realistis dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang cenderung melambat. Pada tahun 2009 pertumbuhan industri hanya mencapai 1,4 persen dan investasi hanya 3,4 persen. Angka itu menunjukkan pertumbuhan yang lebih rendah dari angka pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan mencapai 4,0 hingga 4,5 persen pada 2009. Berdasarkan data yang ada, total dana asing di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sampai akhir November 2009 mencapai 5,29 miliar Dolar AS dan di Surat Utang Negara (SUN) sebesar 10,95 miliar Dolar AS. Kenaikan dana asing baik di SBI maupun SUN tidak terlepas karena BI Rate tetap bertahan di level 6,5 persen. Pada saat suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) rendah, arus masuk dana asing berjangka pendek ke Indonesia meningkat.

Memasuki tahun 2010 pemerintah menilai perekonomian makro Indonesia cenderung membaik dibandingkan dengan negara-negara kawasan Asia lainnya. Perkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal I sebesar 5,7 persen dan proyeksi kuartal II 5,9 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut didorong dari realisasi investasi dan kinerja ekspor. Ekspor di bulan April mencapai 12,1 miliar dolar AS atau naik 42,6% dibanding tahun 2009. Kinerja IHSG serta nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS menguat. Sampai 10 Juni, Rupiah mengalami apresiasi sebesar 1,71 persen terhadap Dolar AS, dimana mata uang Singapura mengalami depresiasi 0,03 persen, Thailand apresiasi 2,72 persen, Malaysia apresiasi 3,62 persen. Sampai 15 Juni, IHSG menguat hingga 11,7 persen, lebih besar dibanding pertumbuhan bursa Jepang yang minus 7,2 persen, Hongkong minus 8,3 persen, dan Korea minus 0,4 persen. Pada bulan Mei terdapat capital outflow (arus modal keluar) di saham sebesar Rp 1,65 triliun. Dan memasuki


(20)

bulan Juni terdapat capital inflow (arus modal masuk) Rp 2,36 triliun. Untuk SUN (Surat Utang Negara), pada bulan Mei terjadi outflow sebesar Rp 4,04 triliun, sampai 15 Juni capital inflow sebesar Rp 5,23 triliun. Inflasi juga terhitung relatif rendah yakni 1,44 persen sampai bulan Mei 2010, dan secara tahunan sebesar 4,16 persen serta secara month to month

Menapaki kuartal terakhir 2010 terdapat hawa optimis yang berhembus dalam ruang perekonomian Indonesia. Financial Times (12/08/2010) mengatakan, perekonomian Indonesia merupakan macan yang tengah terbangun. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 ditargetkan mencapai 6 persen. Mempertimbangkan kondisi makro ekonomi selama tahun 2010, baik di Indonesia maupun global membuat kondisi makro ekonomi Indonesia selama 2011 secara umum akan relatif kuat dengan kecenderungan menguat.

0,29 persen.

4.2 Perkembangan Permintaan SUN di Indonesia

Aliran masuk portofolio masih merupakan kekuatan pendorong yang dominan dari surplus neraca keuangan dan permodalan Indonesia. Dari data kepemilikan pihak asing atas SUN oleh Bank Indonesia menunjukkan adanya tendensi peningkatan dari tahun ke tahun. Pada akhir tahun 2003, kepemilikan asing pada SUN tercatat Rp 6,06 triliun atau 1,6% dari total surat utang negara yang beredar. Pada akhir tahun 2006 porsi kepemilikan investor asing menignkat menjadi Rp 54,92 triliun atau 13,11% dari surat utang negara yang beredar, dan pada akhir bulan Oktober 2007 meningkat menjadi Rp 80,89 triliun atau 17,12% dari jumlah surat utang negara yang beredar. Hal ini memiliki makna bahwa investasi asing pada SUN di pasar modal dapat menjadi salah


(21)

satu alternatif untuk membiayai pembangunan ekonomi nasional. Bersama-sama dengan dana yang didapatkan pemerintah dari sumber-sumber lainnya, dana dari investor asing dengan cara membeli surat utang negara di pasar modal tersebut digunakan untuk membiayai defisit APBN. Sebagian besar APBN dialokasikan untuk membiayai pembangunan ekonomi, sehingga secara langsung maupun tidak langsung investasi asing pada SUN berfungsi untuk pembiayaan pembangunan ekonomi.

Tabel 4.1

Surat Utang Negara yang Dimiliki oleh Asing Januari 2009 – Desember 2011 (Miliar Rp)

Tahun Bulan SUN yang

dimiliki oleh Asing

Tahun Bulan SUN yang

dimiliki oleh Asing

2009

Januari 16.385

2011

Januari 11.376

Februari 19.434 Februari 10.110

Maret 22.217 Maret 10.273

April 23.718 April 8.452

Mei 22.396 Mei 9.306

Juni 19.219 Juni 9.38

Juli 18.606 Juli 7.775

Agustus 19.620 Agustus 13.967

September 18.634 September 24.877

Oktober 16.994 Oktober 19.888

November 17.219 November 20.306

Desember 17.045 Desember 17.408

2010

Januari 16.980

Februari 16.996

Maret 15.927

April 12.859

Mei 17.652

Juni 17.649

Juli 12.093

Agustus 12.347

September 14.206

Oktober 13.249

November 13.042

Desember 8.735

Sumber: Bank Indonesia Cabang Medan. Statistika Ekonomi Keuangan Indonesia beberapa Tahun Penerbitan.


(22)

Gambar 4.1

Perkembangan permintaan SUN oleh investor asing

Sepanjang 2009, kepemilikan asing di SUN jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Permintaan SUN oleh investor asing mengalami fluktuasi tiap bulannya selama tiga tahun (2009-2011). Kepemilikan SUN oleh investor asing pada bulan Januari 2009 sebesar Rp 16,385 miliar dan pada Desember 2011 menjadi Rp 16,557 miliar. Kepemilikan tertinggi selama tiga tahun terakhir terjadi pada bulan September 2011, dan terendah terjadi pada bulan Juli 2011. Surat Utang Negara diyakini didominasi kalangan asing pada tahun 2011 karena kian terbukanya sikap pemerintah terhadap investor asing. Meningkatnya porsi kepemilikan asing tersebut tidak terlepas dari fundamental ekonomi indonesia yang terus membaik. Tingginya minat asing pada obligasi Indonesia juga tidak terlepas dari menariknya yield yang diberikan. 0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 Ja n -09 A p r-09 Ju l-09 Ok t-09 Ja n -10 A p r-10 Ju l-10 Ok t-10 Ja n -11 A p r-11 Ju l-11 Ok t-11

SUN

SUN


(23)

Namun memasuki Nopember 2010, dana asing yang ada di Surat Utang Negara mulai berkurang. Dana-dana asing juga mulai keluar dari instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Pada periode pertengahan Nopember hot money yang keluar dari SBI mencapai Rp 8,1 triliun. Keluarnya dana asing dari SUN itu dinilai bukan merupakan gejala penarikan uang asing yang tiba-tiba (sudden reversal

4.3 Perkembangan Suku Bunga Deposito

), melainkan dinamika biasa yang terjadi di pasar obligasi karena harga SUN meningkat tajam.

Tingkat suku bunga adalah refleksi situasi sistem moneter, kebijaksanaan, dan berkaitan dengan sistem ekonomi secara menyeluruh, baik domestik maupun internasional. Tinggi tingkat suku bunga pinjaman, termasuk tingkat suku bunga deposito, adalah refleksi langsung dari keadaan lapangan. Ada beberapa hal yang menyebabkan tingkat suku bunga tinggi di Indonesia, antara lain kondisi historis, dinamika, dan kreasi kebijaksanaan di sektor moneter yang akhirnya membawa situasi moneter seperti sekarang. Tingkat suku bunga deposito, sebagai refleksi persaingan perburuan dana di mayarakat, menetukan secara langsung tiap-tiap bank untuk menentukan tingkat suku bunga pinjaman.

Bank Indonesia (BI) selama tahun 2009 menetapkan kebijakan moneter yang longgar sejalan dengan penurunan inflasi dan direspons positif oleh perbankan dengan menurunkan suku bunga deposito ataupun pasar uang antar bank.

Sejak Januari hingga November 2009, penurunan BI Rate sebesar 275 basis poin telah direspons oleh penurunan suku bunga deposito 1 bulan yang mencapai 359 basis poin. Penurunan suku bunga deposito ini lebih baik dibandingkan dengan periode penurunan BI Rate


(24)

sebelumnya yaitu tahun 2006-2007 hanya 226 basis poin dalam kurun waktu yang sama. Saat pemberhentian penurunan BI Rate pada September hingga Desember 2009, penurunan suku bunga deposito juga masih berlangsung, meskipun dengan besaran yang lebih rendah. Sementara itu, suku bunga deposito di tenor lain khususnya di atas 6 bulan tercatat menurun sangat lambat.Hingga pertengahan tahun 2010, lebar koridor suku bunga merupakan lanjutan kebijakan pada tahun 2009 sebagai respons terhadap krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008.

Seperti yang telah diketahui bahwa sejak pertengahan Oktober 2010 aliran modal asing semakin deras yang mengakibatkan pergerakan suku bunga pasar uang cenderung mendekati level deposit facility. Penerapan kebijakan koridor suku bunga dilengkapi dengan penggunaan instrumen moneter yang meliputi term deposit dan repo serta reverse repo SUN. Di tengah kondisi ekses likuiditas perbankan serta tekanan suku bunga pasar uang yang cenderung bergerak ke bawah, Bank Indonesia mengaktifkan penggunaan term deposit khususnya dengan tenor kurang dari 3 bulan untuk menjaga level suku bunga pasar uang tetap berada di sekitar BI Rate. Instrumen term deposit merupakan penempatan dana rupiah milik perbankan secara berjangka di Bank Indonesia.


(25)

Perkembangan suku bunga deposito setiap bulan selama tiga tahun (2009-2011) dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.2

Perkembangan Suku Bunga Deposito di Indonesia Januari 2009 - Desember 2011

Tahun Bulan Suku Bunga

Deposito (%)

Tahun Bulan Suku Bunga

Deposito (%)

2009

Januari 10.52

2011

Januari 6.72

Februari 9.89 Februari 6.72

Maret 9.42 Maret 6.83

April 9.04 April 6.80

Mei 8.77 Mei 6.85

Juni 8.52 Juni 6.82

Juli 8.31 Juli 6.86

Agustus 7.94 Agustus 6.80

September 7.43 September 6.83

Oktober 7.38 Oktober 6.75

November 7.16 November 6.56

Desember 6.87 Desember 6.35

2010

Januari 6.44

Februari 6.42

Maret 6.45

April 6.75

Mei 6.67

Juni 6.71

Juli 6.62

Agustus 6.75

September 6.72

Oktober 6.81

November 6.78

Desember 6.83

Sumber: Bank Indonesia Cabang Medan. Statistika Ekonomi Keuangan Indonesia Beberapa Tahun Penerbitan

Dilihat dari data di atas, fluktuasi suku bunga deposito setiap bulannya cukup stabil, tidak terlalu bergejolak. Pada tahun 2009 suku bunga deposito masih cenderung tinggi, namun memasuki tahun 2010 sampai tahun 2011 pergerakan suku bunga deposito cukup stabil.


(26)

(27)

4.4 Perkembangan Nilai Kurs di Indonesia

Dalam perkembangannya selama Orde Baru, perekonomian Indonesia terbukti memiliki daya tahan yang kuat. Berbagai analisis ekonomi menunjukkan ketangguhan ekonomi tercapai berkat kebijaksanaan yang tepat selama Orde Baru, terutama sejak proses deregulasi dan reformasi ekonomi dilancarkan pada awal tahun 1980-an. Berbagai kebijaksanaan ekonomi itu telah memperkuat fundamental ekonomi, sehingga kinerja ekonomi Indonesia cukup lumayan. Banyak analis internasional memuji kinerja ekonomi Indonesia tersebut. Di antaranya laporan Bank Dunia, yang memasukkan Indonesia sebagai salah satu East Asian Miracles.

Pada akhir tahun 2009 banyak utang yang jatuh tempo sehingga membuat rupiah cenderung melemah. Namun pada saat itu situasi dalam keadaan abnormal karena data ekonomi Amerika Serikat yang membaik tetapi mata uang Dolar melemah terhadap mata uang asing lain.

Prediksi nilai tukar rupiah tahun 2011 lebih bagus dibandingkan dengan asumsi nilai tukar dalam APBN 2011 yang sebesar 9.300 per Dolar AS. Namun demikian, terdapat beberapa potensi yang membuat nilai tukar ini melemah jauh dari 9.000 per Dolar. Pertama, pemulihan ekonomi global, terutama di Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa akan menyebabkan dana yang ada di negera berkembang, termasuk di Indonesia akan kembali masuk ke negara-negara maju tersebut. Kedua, hedging yang dilakukan oleh beberapa pemain hedge fund besar berpotensi menyebabkan terjadinya capital outflow.


(28)

Perkembangan nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS sepanjang tahun 2009 sampai 2011 dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 4.3

Nilai Kurs Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat Januari 2009 – Desember 2011 (Rupiah)

Tahun Bulan Nilai Kurs

(Rupiah)

Tahun Bulan Nilai Kurs

(Rupiah)

2009

Januari 11355

2011

Januari 9057

Februari 11980 Februari 8823

Maret 11575 Maret 8709

April 10713 April 8574

Mei 10340 Mei 8537

Juni 10225 Juni 8597

Juli 9920 Juli 8508

Agustus 10006 Agustus 8578

September 9681 September 8823

Oktober 9545 Oktober 8835

November 9480 November 9170

Desember 9400 Desember 9068

2010

Januari 9365

Februari 9335

Maret 9115

April 9012

Mei 9180

Juni 9083

Juli 8952

Agustus 9041

September 8924

Oktober 8928

November 9013

Desember 8991

Sumber: Bank Indonesia Cabang Medan. Statistika Ekonomi Keuangan Indonesia Beberapa Tahun Penerbitan


(29)

Gambar 4.2

Perkembangan Nilai Kurs di Indonesia

Memasuki tahun 2010 nilai tukar Rupiah menguat terhadap Dolar dari Rp 9.400 pada akhir tahun 2009 menjadi Rp 9.365 di awal tahun tersebut. Pada semester pertama 2011 nilai Rupiah hanya sempat melemah ke Rp 9.073, lalu terus bergerak menguat ke level Rp 8.500-Rp 8.600. Memasuki kuartal ketiga tahun 2011 nilai rupiah terhadap Dolar semakin kuat. Bulan September, rupiah kembali melemah, bahkan pada bulan Nopember mencapai level Rp 9.170. Pergerakan Rupiah dapat terjadi seperti ini karena fundamental ekonomi, dan sejatinya fundamental ekonomi Indonesia cukup kuat untuk menopang Rupiah. 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 Ja n -09 Ma r-09 M ei -09 Ju l-09 S ep -09 N op -09 Ja n -10 Ma r-10 M ei -10 Ju l-10 S ep -10 N op -10 Ja n -11 Ma r-11 M ei -11 Ju l-11 S ep -11 N op -11

Kurs

Kurs


(30)

4.5 Analisis Data

Analisis regresi merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel. Untuk menganalisis permintaan SUN oleh investor asing, suku bunga deposito, dan nilai kurs digunakan analisis logaritma berganda, dimana jumlah permintaan SUN oleh investor asing pada periode tahun 2009-2011 merupakan variabel terikat (dependent variabel). Sedangkan variabel bebas (independent variabel) adalah suku bunga deposito dan nilai kurs pada periode tahun 2009-2011.

Model estimasi persamaannya adalah sebagai berikut:

Log Y = α + β���� + β���� + µ

Dimana:

Y = Permintaan Asing terhadap SUN (Miliar Rupiah) α = Intercept / Konstanta

β1 β2 = Koefisien arah regresi

X1 = Tingkat suku bunga deposito (%)

X2 = Nilai kurs (Rupiah)

µ = Term of Error

Seberapa besar tingkat pencapaian data yang tersedia dalam pencapaian kebenaran akan dijelaskan dalam perhitungan dan pengujian terhadap masing-masing koefisien regresi, yaitu uji t-statistik, uji F-statistik, dan uji DW yang diperoleh dengan menggunakan alat bantu komputer.


(31)

Berdasarkan data yang telah diperoleh dan diolah dengan menggunakan program Eviews 5.1 dapat dilihat hasilnya sebagai berikut:

Tabel 4.4

Hasil Estimasi Tingkat Suku Bunga Deposito (), dan Nilai Kurs () Terhadap Permintaan SUN oleh Investor Asing

LogSUN= -36.98385 – 1.785064LogDeposito + 4.726280LogKurs

Std. Error (8.912) (0.733) (1.117)

t- statistik (-4.15) (-2.435)** (4.233)***

R2 = 0.474

Adjusted R2 = 0.442 DW- statistik = 0.725 F- statistik = 14.872 Prob. Statistik = 0.000

Keterangan:

(**) : signifikan pada α = 5% (***) : signifikan pada α = 1%

4.5.1 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) 4.5.1.1 Koefisien Determinasi (��)

Dari tabel regresi di atas diperoleh koefisien determinas (R2) sebesar 0.474 atau 47,4%. Artinya variabel suku bunga deposito dan kurs secara bersama menjelaskan permintaan SUN oleh investor asing sebesar 47,4% sedangkan sisanya 52,6% dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya yang tidak diikutsertakan dalam model estimasi.


(32)

4.5.1.2 Uji F- statistik

Uji F- statistik ini ditujukan untuk mengetahui apakah variabel suku bunga deposito dan nilai kurs dapat secara bersama-sama mempengaruhi peningkatan permintaan SUN oleh investor asing.

Berdasarkan hasil estimasi diperoleh nilai F- hitung > F- tabel (14.872 > 5.390), dengan demikian H0 ditolak. Artinya, suku bunga deposito dan kurs secara bersama-sama berpengaruh nyata pada peningkatan permintaan SUN oleh investor asing dengan tingkat kepercayaan 99%.

Gambar 4.3 Uji F- statistik 4.5.1.3 Uji t- statistik

Berdasarkan hasil estimasi yang telah diperoleh, dapat diinterpretasikan hasil model metode penelitian sebagai berikut:

a. Tingkat suku bunga deposito (X1)

Tingkat suku bunga deposito (X1) berpengaruh negatif terhadap permintaan SUN oleh investor asing dengan koefisien -1.79. Artinya, setiap kenaikan suku bunga

0 Ftabel=5,390

Penerimaan H0

Ha diterima

Fhitung= 14,872


(33)

deposito sebasar 1 persen akan menurunkan permintaan asing terhadap SUN sebesar 1,79 miliar Rupiah.

Dari analisis regresi diperoleh t- hitung = -2.435 α = 5%, df = n – k – 1 = 36 – 2 – 1

df = 33 maka t- tabel = -2.042

Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa suku bunga deposito signifikan pada α = 5% dengan t- hitung < t- tabel ( -2.435 < -2.042 ). Dengan demikian Ho

ditolak, Ha diterima, yang artinya variabel suku bunga deposito (X1) berpengaruh signifikan terhadap perkembangan variabel (Y) permintaan asing terhadap SUN di Indonesia dengan tingkat kepercayaan 95%.

-2,435

Gambar 4.4

Uji t- statistik pada suku bunga deposito

Hal ini juga sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa apabila terjadi kenaikan pada suku bunga deposito, maka permintaan SUN oleh investor asing akan menurun, ceteris paribus.

b. Nilai Kurs

0

H0 diterima Ha diterima

Ha diterima

2,042 -2,042


(34)

0

H0 diterima Ha diterima

Ha diterima

2,750 -2,750

Nilai kurs (X2) berpengaruh positif terhadap perkembangan permintaan SUN oleh investor asing dengan koefisien sebesar 4.726. artinya, setiap kenaikan nilai kurs sebesar 1 rupiah akan meningkatkan permintaan asing terhadap SUN di Indonesia sebesar 4,726 miliar Rupiah.

Dari analisis regresi diperoleh t- hitung = 4.233 α = 1%, df = n – k – 1 = 36 – 2 – 1

df = 33 maka t- tabel = 2.750

Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa nilai kurs signifikan pada α = 1% dengan t- hitung > t- tabel ( 4.233 > 2.750 ). Dengan demikian Ho ditolak, Ha diterima, yang artinya variabel nilai kurs (X2) berpengaruh signifikan terhadap perkembangan variabel (Y) permintaan asing terhadap SUN di Indonesia dengan tingkat kepercayaan 99%.

4,233

Gambar 4.5 Uji t- statistik pada kurs

Hal ini juga sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa apabila terjadi kenaikan pada nilai kurs atau nilai rupiah mengalami apresiasi, maka permintaan SUN oleh investor asing akan meningkat, ceteris paribus.


(35)

(36)

4.5.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 4.5.2.1 Uji Normalitas

Untuk melihat apakah data terdistribusi normal maka perlu dilakukan uji Normalitas dengan menggunakan Jarque-Bera Test (J-B test) dengan melihat probability. Apabila angka probability > 0,05 maka data berdistribusi normal, sebaliknya apabila angka probability < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

Gambar 4.6 Uji Normalitas

Dari hasil uji normalitas diperoleh nilai probability yang lebih besar dari 0,05 (0,183 > 0,05). Dengan demikian data-data pada penelitian ini berdistribusi normal.

0 1 2 3 4 5 6 7

-0.4 -0.2 -0.0 0.2 0.4 0.6

Series: Residuals

Sample 2009M01 2011M12 Observations 36

Mean -7.89e-16 Median -0.007908 Maximum 0.688677 Minimum -0.447077 Std. Dev. 0.228781 Skewness 0.626600 Kurtosis 3.833344 Jarque-Bera 3.397457 Probability 0.182916


(37)

4.5.2.2 Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan suatu kondisi dimana terdapat korelasi variabel independen di antara satu dengan yang lainnya. Dalam penelitian ini terdapat multikolinearitas di antara variabel-variabel independennya. Hal ini dapat dilihat dari setiap koefisien masing-masing variabel.

Y = α + β���� + β���� + µ...(1)

Permintaan SUN oleh investor asing = f (Suku bunga deposito, Kurs)

Kemudian dilakukan pengujian di antara masing-masing variabel independen, hal ini ditujukan untuk melihat apakah ada hubungan antara variabel independen. Sehingga diperoleh hasil analisis regresi variabel independen sebagai berikut:

a) Suku bunga deposito = f (Kurs)

Suku bunga deposito = α + β����(Kurs) + µ...(2)

Dari hasil analisis regresi diperoleh R2 sebesar 0,83. Artinya, variabel kurs (X2) mampu menjelaskan variabel nilai suku bunga deposito sebesar 83%. R2 Y, X1, X2 <

R2 X1, X2 (47,4% < 83%). Dengan demikian terdapat gejala multikolinearitas dalam penelitian ini.

b) Kurs = f (suku bunga deposito)

Kurs = α + β����(Suku bunga deposito) + µ...(3)

Dari hasil analisis regresi diperoleh R2 sebesar 0,829. Artinya, variabel suku bunga deposito (X1) mampu menjelaskan variabel nilai kurs sebesar 82,9%. R2 Y, X1,

X2 < R2 X1, X2 (47,4% < 82,9%). Dengan demikian terdapat gejala multikolinearitas dalam penelitian ini.


(38)

Tabel 4.5

Korelasi Parsial Antar Variabel Independen LDEPOSITO LKURS LDEPOSITO 1.000000 0.910764

LKURS 0.910764 1.000000

Dari tabel hasil estimasi di atas dapat dilihat bahwa antara variabel suku bunga deposito dan nilai kurs memiliki hubungan linier yang kuat karena angka korelasinya lebih besar dari 0,85 (0,91 > 0,85). Karena terdapat multikoliniearitas, maka harus dilakukan penyembuhan multikolinearitas. Penyembuhan multikoliniearitas dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya dengan cara menghilangkan salah satu variabel independen yang mempunyai hubungan linier kuat. Namun dalam penelitian ini hanya digunakan dua variabel independen yaitu suku bunga deposito (X1) dan nilai kurs (X2) dalam menjelaskan variabel dependen yakni permintaan SUN oleh investor asing (Y), sehingga untuk mengatasi multikolinearitas penulis akan mengganti salah satu variabel independen tersebut dengan variabel lain.

Variabel independen yang digunakan untuk mengatasi multikolinearitas pada penelitian ini adalah inflasi. Penulis akan menguji variabel baru tersebut dengan variabel nilai kurs.

Dengan demikian diperoleh hasil:

Tabel 4.6

Korelasi Parsial Nilai Kurs dan Inflasi LKURS LINFLASI LKURS 1.000000 0.165790 LINFLASI 0.165790 1.000000


(39)

Dari hasil estimasi di atas tidak ada multikolinearitas antara variabel bebas (nilai kurs dan inflasi). Hasil estimasi korelasi antara variabel-variabel tersebut ttidak lebih besar dari 0,85. Sehingga dalam penelitian ini sebaiknya menggunakan variabel inflasi untuk mengganti salah satu variabel bebas yaitu suku bunga deposito.

Dengan demikian dilakukan pengujian kembali pengaruh nilai kurs dan inflasi terhadap permintaan SUN oleh investor asing. Sehingga diperoleh hasil estimasi sebagai berikut:

Tabel 4.7 Hasil Estimasi

LogSUN= -19.62552 + 2.504468LogKurs – 0.361069LogInflasi

Std. Error (3.926) (0.432) (0.102)

t- statistik (-4.998) (5.799)*** (-3.553)***

R2 = 0.551

Adjusted R2 = 0.524 DW- statistik = 0.884 F- statistik = 20.266 Prob. Statistik = 0.000

Keterangan:


(40)

*Interpretasi Model

1. Dari tabel regresi di atas diperoleh koefisien determinas (R2) sebesar 0.551 atau 55,1%. Artinya variabel kurs dan inflasi secara bersama menjelaskan permintaan SUN oleh investor asing sebesar 55,1% sedangkan sisanya 44,9% dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya yang tidak diikutsertakan dalam model estimasi.

2. Nilai kurs berpengaruh positif terhadap perkembangan permintaan SUN oleh investor asing dengan koefisien sebesar 2.504. Artinya, setiap kenaikan nilai kurs sebesar 1 rupiah akan meningkatkan permintaan asing terhadap SUN di Indonesia sebesar 2,504 miliar Rupiah.

3. Inflasi berpengaruh negatif terhadap perkembangan permintaan SUN oleh investor asing dengan koefisien sebesar -0.361. Artinya, setiap kenaikan inflasi sebesar 1 persen akan menurunkan permintaan asing terhadap SUN di Indonesia sebesar 0,361 miliar Rupiah.

Uji Normalitas

Untuk melihat apakah data nilai kurs dan inflasi terdistribusi normal maka perlu dilakukan uji Normalitas dengan menggunakan Jarque-Bera Test (J-B test) dengan melihat probability.


(41)

Gambar 4.7 Uji Normalitas

Dari hasil uji normalitas diperoleh nilai probability yang lebih besar dari 0,05 (0,1 > 0,05). Dengan demikian data-data pada penelitian ini berdistribusi normal.

Uji F- statistik

Berdasarkan hasil estimasi diperoleh nilai F- hitung > F- tabel (20.266 > 5.390), dengan demikian H0 ditolak. Artinya, suku bunga deposito dan kurs secara bersama-sama berpengaruh nyata pada peningkatan permintaan SUN oleh investor asing dengan tingkat kepercayaan 99%.

Uji t- statistik 1. Nilai Kurs

Dari analisis regresi diperoleh t- hitung = 5.799 α = 1%, df = n – k – 1 = 36 – 2 – 1

df = 33 maka t- tabel = 2.750

0 2 4 6 8 10

-0.4 -0.2 -0.0 0.2 0.4 0.6

Series: Residuals

Sample 2009M01 2011M12 Observations 36

Mean -9.24e-16 Median -0.034955 Maximum 0.637878 Minimum -0.434102 Std. Dev. 0.211332 Skewness 0.726822 Kurtosis 3.973893

Jarque-Bera 4.592325 Probability 0.100644


(42)

Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa nilai kurs signifikan pada α = 1% dengan t- hitung > t- tabel ( 5.799 > 2.750 ). Yang artinya nilai kurs berpengaruh signifikan terhadap perkembangan permintaan asing terhadap SUN di Indonesia dengan tingkat kepercayaan 99%.

2. Inflasi

Dari analisis regresi diperoleh t- hitung = -3.553 α = 1%, df = n – k – 1 = 36 – 2 – 1

df = 33 maka t- tabel = 2.750

Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa nilai kurs signifikan pada α = 1% dengan t- hitung < t- tabel ( -3.553 < -2.750 ). Yang artinya inflasi berpengaruh signifikan terhadap perkembangan permintaan asing terhadap SUN di Indonesia dengan tingkat kepercayaan 99%. Hal ini juga sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa apabila terjadi kenaikan pada inflasi, maka permintaan SUN oleh investor asing akan menurun, ceteris paribus.

4.5.2.3 Autokorelasi

Uji DW digunakan untuk mengetahui apakah di dalam model terdapat autokorelasi di antara variabel-variabel yang diamati.

Hipotesis:

Ho : ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi Ha : ρ ≠ 0, artinya ada autokorelasi


(43)

Dari hasil analisis regresi diketahui DW- hitung = 0.884. Sementara nilai-nilai tabel yang diperoleh adalah:

k = 2 ; n = 36 α = 1% du = 1.587 dl = 1.353

4 – du = 2.413 4 – dl = 2.647 Kesimpulan:

DW < dl = 0.884 < 1.353, artinya Ho ditolak (terdapat autokorelasi).

Berdasarkan hasil estimasi pengaruh inflasi dan nilai kurs terhadap permintaan SUN oleh investor asing diperoleh DW- statistik sebesar 0.884. Sedangkan pada tingkat signifikan α = 5%, k = 2, dan n = 36 diperoleh nilai dl = 1.354, dan du = 1.587.

Berdasarkan hasil perbandingan nilai DW hitung dan DW tabel, terdapat autokorelasi positif dalam model regresi di atas.

Cara Mengatasi Autokorelasi

Untuk mengatasi autokorelasi, dimulai dari model persamaan berikut:

Y = α - β1 X1 - β2 X2+ μ

Dan μ = ρμ + v

Selanjutnya model persamaan menjadi:


(44)

µ merupakan error term yang mengandung autokorelasi murni, ρ adalah koefisien autokorelasi, dan v adalah term of error yang memenuhi asumsi klasik. Jika kita dapat menghilangkan ρµ dari persamaan di atas, maka masalah autokorelasi akan hilang karena term of error yang tinggal hanya v yang tidak mengandung autokorelasi. Untuk menghilangkan ρµ, maka persamaan di atas akan dikalikan dengan ρ dan dibuat log-nya. Jika diasumsikan ρ = 1, maka persamaan di atas menjadi:

Y – Yt= αt (X1 – X1t) - (X2 – X2t) +μ

Pada persamaan di atas, nilai intercept / konstanta sudah tidak ada lagi, sehingga hanya regresi antar variabel Y, X1, dan X2.

Diperoleh hasil estimasi sebagai berikut:

Tabel 4.8

Hasil Estimasi Uji Autokorelasi

Dependent Variable: D(LSUN) Method: Least Squares Date: 04/10/12 Time: 21:30

Sample (adjusted): 2009M02 2011M12 Included observations: 35 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LKURS) 2.939088 1.478406 1.988012 0.0552 D(LINFLASI) -0.092613 0.240556 -0.384995 0.7027 R-squared 0.107001 Mean dependent var 0.001730 Adjusted R-squared 0.079940 S.D. dependent var 0.208411 S.E. of regression 0.199908 Akaike info criterion -0.326478 Sum squared resid 1.318781 Schwarz criterion -0.237601 Log likelihood 7.713362 Durbin-Watson stat 1.964253


(45)

Hasil estimasi di atas menunjukkan nilai DW- stat sebesar 1.964. Hal ini mengindikasikan bahwa upaya mengatasi autokorelasi telah dilakukan. Dapat dilihat du < DW < (4 – dl) = 1.587 < 1.964 < 2.647, yang artinya sudah tidak terdapat lagi autokorelasi.


(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

3. a) Kenaikan suku bunga deposito akan mengakibatkan investor berpindah ke deposito sehingga akan menurunkan permintaan SUN oleh investor asing, demikian sebaliknya. Jika suku bunga deposito turun akan meningkatkan permintaan SUN oleh investor asing.

b) Depresiasi rupiah akan menurunkan daya tarik investor karena menurunkan total imbalan bagi investor asing, demikian sebaliknya. Penguatan nilai rupiah akan meningkatkan daya tarik investasi bagi investor karena menambah total imbalan bagi investor asing.

2. Variabel-variabel independen yaitu suku bunga deposito dan nilai kurs secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel dependen yaitu permintaan SUN oleh investor asing.

a) Suku bunga deposito memiliki pengaruh negatif terhadap permintaan Surat Utang Negara oleh investor asing.

b) Nilai kurs memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan Surat Utang Negara oleh investor asing.

5.2 Saran

1. Pemerintah hendaknya terus berusaha dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan menjaga kestabilan ekonomi untuk tetap menjaga kepercayaan investor asing yang menanamkan investasinya baik secara


(47)

langsung maupun tidak langsung di pasar modal Indonesia dalam mendukung pembangunan di Indonesia.

2. Bank Indonesia dalam hal ini sebagai pembuat kebijakan moneter hendaknya menjaga kestabilan tingkat suku bunga karena tingkat suku bunga yang terlalu tinggi akan berdampak pada kurangnya minat investor untuk berinvestasi dan biasanya investor akan berpindah ke deposito.

3. Pemerintah dan Bank Indonesia harus tetap menjaga kestabilan nilai rupiah terhadap dollar AS. Karena berdasarkan hasil penelitian ini, nilai kurs berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan SUN oleh investor asing karena akan berpengaruh pada imbalan yang diperoleh oleh investor. 4. Pemerintah harus tetap memberi perhatian pada penanaman modal asing di

Indonesia, khususnya pada pasar surat utang. Pemerintah juga harus menjaga agar kepemilikan asing terhadap Surat Utang Negara tidak terlalu mendominasi karena akan mengurangi kemandirian pemerintah dalam melakukan kegiatan pembangunan di Indonesia.

5. Kestabilan politik, stabilitas keamanan, dan fakto internal lainnya seperti kestabilan bisnis, keuangan, dan likuiditas juga hendaknya diperhatikan oleh pemerintah untuk tetap menjaga ketertarikan investor asing membeli surat utang Indonesia.


(48)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pasar Modal

2.1.1.1 Definisi Pasar Modal

Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) dan sarana bagi kegiatan berinvestasi.

Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 memberikan pengertian yang lebih spesifik mengenai pasar modal, yaitu “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.”

A. Bursa Utama

Sesuai dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, proses perdagangan surat berharga di pasar modal mengarah pada sistem scripless trading (perdagangan tanpa warkat) dan remote trading (perdagangan jarak jauh). Bursa seperti ini dikategorikan sebagai bursa utama (main board).


(49)

B. Over the Counter Market (OTC)

OTC memiliki peran yang sangat penting dalam transaksi surat-surat berharga sebab sebagian besar transaksi terjadi di sini, baik transaksi besar, dalam arti nilai transaksi, maupun mengenai frekuensi transaksinya. Transaksi yang terjadi tidak menempati tempat tertentu. Pike (dalam Widoatmodjo, 2009 : 15) mengungkapkan “apabila suatu saham tidak tercatat di bursa manapun (yang dimaksud bursa utama), ini berarti tidak ada counter tertentu, di mana penjual dan pembeli secara bersama-sama dapat melakukan jual-beli. Untuk dapat melakukan transaksi, dapat menggunaka OTC, yaitu dengan cara melakukan hubungan telepon guna menginformasikan posisinya, jual atau beli.”

2.1.1.2 Manfaat Pasar Modal

Pasar modal memberikan banyak manfaat, diantaranya:

• Bagi dunia usaha sebagai sumber pendanaan atau pembiayaan (jangka panjang) sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.

• Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi.

• Menyediakan indikator utama (leading indicator) bagi tren ekonomi negara.

• Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah.

• Menciptakan lapangan kerja / profesi yang menarik.


(50)

• Alternativ investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi.

• Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses kontrol sosial.

• Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim terbuka, pemanfaatan manajemen profesional, dan penciptaan iklim berusaha yang sehat.

2.1.1.3 Struktur Pasar Modal Indonesia dan Pelaku Pasar Modal A. Struktur Pasar Modal Indonesia

Struktur pasar modal Indonesia diatur dalam undang-undang No. 8 Tahun 1995. Kebijakan di Pasar Modal ditetapkan oleh Menteri keuangan. Pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari Pasar Modal dilakukan oleh Badan Pelaksanaan Pasar Modal (Bapepam) sebagai salah satu di lingkungan Departemen Keuangan. Bapepam mempunyai kewenangan untuk memberikan izin, persetujuan dan pendaftaran kepada para pelaku Pasar Modal, memproses pendaftaran dalam rangka penawaran umum, menerbitkan peraturan pelaksanaan dari undang-undang di bidang Pasar Modal, dan melakukan penegakan hukum atas setiap pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal.


(51)

Badan Usaha

Struktur Pasar Modal Indonesia dapat terlihat pada gambar di bawah ini :

Menteri Keuangan

Bapepam

Pasar Perdana Pasar Sekunder

Gambar 2.1

Struktur Pasar Modal Indonesia

B. Pelaku Pasar Modal

Pelaku pasar modal adalah seluruh unsur, individu atau organisasi, yang melakukan kegiatan di bidang pasar modal sehingga pasar modal dapat melakukan kegiatannya. Menurut bidang tugasnya, pelaku pasar modal dikelompokkan menjadi:

Perusahaan Efek Lembaga

Penunjang Pasar Modal

Agen/Sub Agen Agen/Penjualan

Bursa Efek Indonesia KPEI, KSEI,

PEFINDO Reksa Dana

Profesi Penunjang

Pemodal/Masyarakat Perusahaan Efek Lembaga

Penunjang Pasar Modal

Profesi Penunjang


(52)

a. Pengawas

Tugas pengawasan dilakukan secara resmi oleh Bapepam-LK (Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan). Bapepam-LK adalah lembaga pemerintah di bawah Departemen Keuangan yang bertugas membuat peraturan-peraturan sebagai pedoman bagi seluruh pelaku pasar modal.

b. Penyelenggara Bursa

Yang mempunyai tugas menyelenggarakan bursa (perdagangan surat berharga) adalah bursa efek. Di Indonesia, sekarang ini hanya ada satu bursa, yaitu Bursa Efek Indonesia. Tugas utama bursa adalah menyediakan fasilitas perdagangan agar proses transaksi dapat berjalan dengan efisien.

c. Pelaku Utama

Di pasar modal, pelaku inti tidak dapat melakukan transaksi secara langsung, mereka harus dibantu oleh tenaga profesional yang dinyatakan telah lulus ujian profesi dan dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat.

Secara lengkap, para pelaku utama terdiri atas: 1. Emiten

Emiten adalah perusahaan swasta atau BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang mencari modal dari bursa efek dengan cara menerbitkan efek (saham, obligasi, right issue, dan waran).

2. Investor

Investor adalah individu atau organisasi yang membelanjakan uangnya di pasar modal.


(53)

3. Penjamin Emisi (Underwriter)

Penjamin emisi adalah perusahaan swasta atau BUMN yang menjadi penaggung jawab atas terjualnya efek emiten kepada investor.

4. Pialang

Pialang atau broker adalah perusahaan swasta atau BUMN yang aktivitas utamanya adalah melakukan penjualan atau pembelian efek di pasar sekunder (setelah efek dicatatkan di bursa). Peranannya juga diperlukan pada pasar perdana, yaitu membantu penjamin emisi dalam memasarkan efek; sebagai agen penjual.

5. Manajer Investasi

Manajer investasi (MI) adalah perusahaan yang kegiatannya menyelenggarakan pengelolaan portofolio efek. Perusahaan inilah yang menerbitkan sertifikat reksa dana.

6. Penasihat Investasi

Penasihat investasi (PI) adalah perusahaan atau perorangan yang kegiatan usahanya memberi nasihat, membuat analisis, dan membuat laporan mengenai efek kepada pihak lain.

d. Lembaga dan Profesional Penunjang Pasar Modal

Tugas utama penunjang penerbitan adalah membantu terselenggaranya penerbitan efek. Penunjang atau pendukung ini terdiri atas dua kelompok, yaitu lembaga penunjang pasar modal dan profesi penunjang pasar modal.


(54)

1. Biro Administrasi Efek (BAE)

Biro Administrasi Efek (BAE) adalah perusahaan yang berdasarkan kontrak tertentu dengan emiten, menyediakan jasa-jasa berupa melaksanakan pembukuan, transfer dan pencatatan, pembayaran dividen, pembagian hak opsi, dan emisi sertifikat atau laporan tahunan untuk emiten.

2. Tempat Penitipan Harta

Tempat Penitipan Harta (TPH) atau custodian adalah perusahaan yang memberikan jasa menyelenggarakan penyimpangan harta yang dititipkan oleh pihak lain.

3. Wali Amanat

Wali amanat (trust agent) adalah perusahaan yang dipercaya untuk mewakili kepentingan seluruh investor obligasi atau sekuritas kredit.

4. Penanggung

Penanggung adalah perusahaan yang menanggung pembayaran kembali jumlah pokok dan bunga emisi obligasi atau sekuritas kredit dalam hal emiten cidera janji.

5. Lembaga Kliring dan Penjaminan

Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP) adalah perusahaan yang tugas utamanya mencatat transaksi yang dilakukan perusahaan pialang. Sekarang ini, di Indonesia hanya ada satu LKP, yaitu PT Kliring dan Penjaminan Efek Indonesia (KPEI).


(55)

(56)

6. Lembaga Penyelesaian dan Penyimpanan

Lembaga Penyelesaian dan Penyimpanan (LPP) adalah perusahaan yang mempunyai tanggung jawab menyelesaikan semua transaksi yang sudah dicatat oleh LKP.

7. Akuntan Publik

Akuntan publik adalah pihak yang memiliki kewenangan melakukan pemerikasaan atas keuangan emiten guna memberikan pendapat atas laporan keuangan yang dipublikasikan oleh emiten.

8. Konsultan Hukum

Konsultan hukum adalah pihak yang memberikan dan menandatangani pendapat hukum mengenai emisi efek yang dilakukan emiten.

9. Notaris

Notaris adalah pihak yang berwenang membuat akta otentik mengenai perjanjian dan pernyataan yang dibuat oleh pelaku pasar modal, terutama emiten dalam rangka go public.

10. Penilai

Penilai adalah pihak yang menerbitkan dan menandatngai laporan penilaian atas nilai aktiva, yang disusun berdasarkan pemeriksaan menurut keahlian dari penilai.

2.1.2 Surat Utang Negara (SUN)

2.1.2.1 Pengertian Surat Utang Negara (SUN)

Menurut Nurwadono (dalam Lubis, 2008 : 205) Surat Utang Negara adalah surat berharga yang berupa pengakuan hutang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing


(57)

yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia sesuai dengan masa berlakunya. Surat Utang Negara merupakan surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia yang dimaksudkan untuk membiayai kebutuhan pembangunan nasional.

Surat utang negara yang dikenal saat ini pada awalnya merupakan obligasi rekapitalisasi perbankan yang diterbitkan pemerintah pada tahun 1998/1999. SUN pada awalnya diterbitkan untuk menyelamatkan sistem perbankan sehubungan krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997. Pemerintah melakukan rekapitalisasi perbankan pada tahun 1998/1999 dengan memindahkan kredit bermasalah perbankan nasional ke Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Selanjutnya, pemerintah menerbitkan obligasi rekapitalisasi yang kemudian diserahkan ke bank yang direkapitalisasi sebagai pembayaran dari kredit yang dipindahkan tersebut. Obligasi rekapitalisasi dimaksud diterbitkan dengan berbagai tingkatan suku bunga, terdiri dari suku bunga tetap (fixed rate), suku bunga mengambang (variable rate), serta obligasi lindung nilai (hedge bond). Pemerintah juga menerbitkan skema penjaminan (blanket guarantee) untuk semua jenis simpanan masyarakat yang ada perbankan nasional dengan maksud untuk memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional, terutama untuk membangun kembali kepercayaan dari lembaga keuangan dan perbankan asing (Sihombing, 2008).


(58)

Setiap penerbitan SUN ysng dilakukan pemerintah pada dasarnya telah memenuhi unsur-unsur:

a. Authorized, karena penerbitannya telah mendapatkan persertujuan dari parlemen lebih dahulu, sebagaimana yang berlaku umum di sebagian besar negara-negara maju.

b. Responsible, karena penatausahaannya dilaksanakan oleh Bank Indonesia yang mempunyai pengalaman yang luas, fasilitas jaringan dan infrastruktur, dan personalia yang baik serta terampil untuk melaksanakan kegiatan penatausahaan dan lelang surat utang negara.

c. Accountable, karena penggunaan hasil penerbitan surat utang negara setiap tahunnya dipertanggungjawabkan oleh pemerintah ke DPR.

d. Fairness, karena metode penerbitannya dilakukan secara lelang, dan penyimpanannya dilakukan secara ganda (dual ownership), dan penitipan utama (central registry) yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia mengikuti ketentuan yang berlaku umum di kebanyakan negara. (Sihombing, 2008 : 243).

Central Registry, 2003 (dalam Lubis, 2008 : 68) menyatakan SUN yang telah diterbitkan dapat dikelompokkan menjadi:

1. SUN yang diterbitkan untuk Bank Indonesia yang terdiri dari:

a. untuk menutupi dana talangan yang disebut dengan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), diterbitkan dari September 1998 sampai September 1999.

b. untuk membiayai program penjaminan, diterbitkan Mei 1999.


(59)

c. dalam rangka membiayai kredit program, diterbitkan 29 Desember 1999.

2. SUN yang diterbitkan untuk kepentingan Bank.

SUN yang dapat diperdagangkan di pasar sekunder antara lain:

1. Fixed Rate Bond (FR), diterbitkan untuk meningkatkan Capital Adequacy

Ratio (CAR) bank dari 0% menjadi 4% yang terdiri :

a. FR0001 - FR0005 dengan jangka waktu 5-10 tahun. Pada Desember 2000 ditukar seri FR0001 – FR0003 dengan tingkat bunga 12%.

b. FR0006 – FR0009 dengan tingkat bunga 10%-16,5% dikenal dengan bonds exchange offer atau staple bond.

c. FR0010 – FR0020 dengan jangka waktu 8-11 tahun untuk mengganti seri-seri dengan sisa jangka waktu 2-7 tahun.

d. FR0021 – FR0024 disebut juga dengan T Bonds, diterbitkan melalui lelang.

2. Variable Rate Bonds (VR), diterbitkan untuk mengembalikan CAR perbankan yang negatif menjadi 0% terdiri dari 16 seri, yaitu VR0001-VR0016 dengan jangka waktu 3-10 tahun. Seri VR0017 dan VR0018 diterbitkan dalam rangka konversi atas pelunasan hedge bonds. VR0019-VR0031 diterbitkan pemerintah dalam rangka revolving dengan jangka waktu 12-18 tahun untuk mengganti seri-seri dengan sisa jangka waktu 1-7 tahun.


(60)

3. Hedge Bond (HB), diterbitkan untuk menjaga Net Open Position (NOP) bank. Nilai nominal obligasi dikaitkan dengan nilai tukar rupiah. Seri HB tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

2.1.2.2 Dasar Hukum Penerbitan Surat Utang Negara

Surat Utang Negara (SUN) dan pengelolaannya diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 memberi kepastian bahwa:

• Penerbitan SUN hanya untuk tujuan-tujuan tertentu

• Pemerintah wajib membayar bunga dan pokok SUN yang jatuh tempo

• Jumlah SUN yang akan diterbitkan setiap tahun anggaran harus memperoleh persetujuan DPR dan dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Bank Indonesia • Perdagangan SUN diatur dan diawasi oleh instansi berwenang

• Memberikan sanksi hukum yang berat dan jelas terhadap penerbitan oleh pihak yang tidak berwenang dan atau pemalsuan SUN.

Selain Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002, berbagai peraturan pelaksanaan telah diterbitkan untuk mendukung pengelolaan SUN, antara lain:

• Keputusan Menteri Keuangan Nomor 66/KMK.01/2003 tentang Penunjukan Bank Indonesia sebagai Agen untuk melaksanakan Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana.

• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 209/PMK.08/2009 tentang Lelang Pembelian Kembali Surat Utang Negara.


(61)

• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 50/PMK.08/2008 tentang Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana.

• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.08/2008 tentang Penjualan SUN dalam Valuta Asing di Pasar Perdana Internasional, sebagaimana terakhir kali diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 170/PMK.08/2009

.• Peraturan-peraturan lain yang diterbitkan oleh Bank Indonesia yang meliputi Peraturan Bank Indonesia atau PBI dan Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI), terkait dengan peran Bank Indonesia sebagai agen lelang, registrasi, kliring, setelmen SUN dan central register.

2.1.2.3 Tujuan dan Manfaat Penerbitan Surat Utang Negara

Pasal 4 UU No. 24 Tahun 2002 menyebutkan tujuan dari penerbitan SUN ialah untuk:

1. Membiayai defisit APBN

2. Menutup kekurangan kas jangka pendek akibat pengeluaran dari rekening Kas Negara dalam satu tahun anggaran

3. Mengelola portofolio utang negara.

Pemerintah pusat berwenang menerbitkan SUN setelah mendapat persetujuan DPR yang disahkan dalam kerangka pengesahan APBN dan setelah berkonsultai dengan Bank Indonesia. Atas penerbitan tersebut, Pemerintah berkewajiban membayar bunga dan pokok pada saat jatuh tempo. Dana untuk pembayaran bunga dan pokok SUN disediakan di dalam APBN.


(62)

(63)

Manfaat penerbitan SUN adalah:

• Sebagai Instrumen Fiskal

Penerbitan SUN diharapkan dapat menggali potensi sumber pembiayaan APBN yang lebih besar dari investor pasar modal.

• Sebagai Instrumen Investasi

Menyediakan alternatif investasi yang relatif bebas risiko gagal bayar dan memberikan peluang bagi investor dan pelaku pasar untuk melakukan diverifikasi portofolio guna memperkecil risiko investasi. Selain itu, investor SUN memiliki potential capital gain dalam transaksi perdagangan di pasar sekunder SUN tersebut. Potential capital gain ialah potensi keuntungan akibat lebih besarnya harga jual obligasi dibandingkan harga belinya.

• Sebagai Instrumen Pasar Keuangan

Surat Utang Negara dapat memperkuat stabilitas sistem keuangan dan dapat dijadikan acuan (benchmark) bagi penentuan nilai instrumen keuangan lainnya.

2.1.2.4 Jenis dan Bentuk Surat Utang Negara

Secara umum jenis SUN dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Surat Perbendaharaan Negara (SPN); jangka waktu sampai dengan 12 bulan, pembayaran bunga secara diskonto (discounted paper). Di beberapa negara SPN lebih dikenal dengan sebutan T-Bills atau Treasury Bills.

2. Obligasi negara (Treasury Bonds); jangka waktu diatas 12 bulan dengan kupon atau dengan pembayaran bunga secara diskonto (zero coupon bonds).


(64)

Obligasi Negara dengan kupon memiliki jadwal pembayaran kupon yang periodik (tiga bulan sekali atau enam bulan sekali). Sementara ON tanpa kupon tidak memiliki jadwal pembayaran kupon, dijual pada harga diskon dan pokoknya akan dilunasi pada saat jatuh tempo. Berdasarkan tingkat kuponnya ON dapat dibedakan menjadi (1) Obligasi Berbunga Tetap, yaitu obligasi dengan tingkat bunga tetap setiap periodenya (atau Fixed Rate Bonds) dan (2) Obligasi Berbunga Mengambang, yaitu obligasi dengan tingkat bunga mengambang (atau Variable Rate Bonds) yang ditentukan berdasarkan suatu acuan tertentu seperti tingkat bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia).

Bentuk dari SUN antara lain:

1. Warkat diperdagangkan atau tidak diperdagangkan di Pasar Sekunder.

2. Tanpa warkat (scripless), diperdagangkan atau tidak diperdagangkan di Pasar Sekunder.

2.1.2.5 Pengelolaan Surat Utang Negara

Berdasarkan UU Nomor 24 Tahun 2002, pengelolaan SUN diselenggarakan oleh Menteri Keuangan. Pengelolaan SUN sendiri telah dilakukan sejak tahun 2000 dengan dibentuknya tim Debt Management Unit (DMU) berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) nomor 101/KMK.017/2000.

Selanjutnya pada tahun 2001, melalui KMK nomor 2/KMK.01/2001, tim DMU berubah menjadi Pusat Manajemen Obligasi Negara (PMON). Dan berubah lagi menjadi Direktorat Pengelolaan Surat Utang Negara (DPSUN) berdasarkan Keputusan


(65)

Menteri Keuangan nomor 302/KMK.01/2004. Seiring dengan proses reorganisasi ditubuh Kementerian Keuangan, pada tahun 2006 organisasi ini berkembang menjadi setingkat eselon I berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 466/KMK.01/2006 dengan nama Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) dan terakhir telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 143.1/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan.

Tugas DJPU yang terkait dengan pengelolaan SUN ialah menyiapkan perumusan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan SUN yang meliputi: perencanaan struktur portofolio yang optimal; pelaksanaan penerbitan, penjualan, pembelian kembali dan penukaran; pengelolaan risiko portofolio SUN; pengembangan infrastruktur dan institusi pasar SUN; dan publikasi informasi tentang pengelolaan SUN berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan Direktur Jenderal.

Strategi jangka pendek dan menengah pengelolaan SUN saat ini ialah: menurunkan refinancing risk terutama pada jangka pendek, memperpanjang rata-rata jangka waktu jatuh tempo (average maturity) SUN, menyeimbangkan struktur jatuh tempo portofolio SUN sehingga selaras dengan perkembangan anggaran negara dan daya serap pasar, serta mengembangkan dan meningkatkan likuiditas pasar sekunder SUN, sehingga dalam jangka panjang dapat menurunkan biaya pinjaman (cost of borrowings).


(66)

2.1.2.6 Penatausahaan Surat Utang Negara

Sampai saat ini SUN diterbitkan tanpa warkat (scripless securities). Pencatatan kepemilikan dilakukan secara elektronik. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 24 tahun 2002 tentang Surat Utang Negara, kegiatan penatausahaan yang mencakup pencatatan kepemilikan, kliring dan setelmen, serta agen pembayar bunga dan pokok SUN dilaksanakan oleh Bank Indonesia.

Dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai central registry tersebut, BI telah membuat sistem setelmen surat berharga yang disingkat dengan BI-SSSS yaitu Bank Indonesia–Scripless Securities Settlement System. Sistem ini merupakan sistem yang menatausahakan pencatatan dan penyelesaian transaksi SUN secara menyeluruh. Bank Indonesia sebagai central registry bertanggung jawab untuk menyimpan catatan kepemilikan SUN, pembayaran kupon dan pokok yang jatuh tempo, serta menatausahakan perpindahan hak kepemilikan obligasi.

Untuk mempermudah penatausahaan yang dilakukan oleh Bank Indonesia, Bank Indonesia menunjuk subregistry yang bertugas mencatat kepemilikan SUN untuk institusi selain bank. Sampai saat ini Bank Indonesia telah menunjuk 15 (lima belas) subregistry yaitu: Bank Central Asia – Subregistry, Bank Danamon – Custodial Services, Bank Internasional Indonesia – Agent Sub Registry ,Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, Bank CIMB Niaga, Bank Rakyat Indonesia, Bank Permata, Citibank NA – Client Account, Deutsche Bank AG, HSBC – Securities Services, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Standard Chartered – Custodial Services, Bank Panin – custodian, Bank Mega – Custodial Services. Sistem pencatatan kepemilikan dengan


(67)

pembagian menjadi central registry dan sub-registry ini dikenal dengan istilah two-tier system.

2.1.3 Tingkat Suku Bunga 2.1.3.1 Pengertian Suku Bunga

Tingkat bunga terdiri atas ukuran tingkat bunga, ukuran lain dari tingkat bunga, perbedaan tingkat bunga nominal dengan tingkat bunga riil, dan perbedaan tingkat bunga dengan tingkat imbal hasil. Pengertian tingkat bunga ini merupakan prinsip pasar keuangan sedangkan perilaku tingkat bunga merupakan alat analisis permintaan aset, permintaan dan penawaran obligasi, perubahan keseimbangan tingkat bunga dan preferensi likuiditas atau permintaan dan penawaran uang.

2.1.3.2 Teori Tingkat Suku Bunga

A. Teori Klasik tentang Tingkat Bunga

Tabungan menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga, semakin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengurangi pengeluaran konsumsi guna menambah tabungan.

Investasi juga tergantung fungsi dari tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga, maka keinginan untuk melakukan investasi juga semakin kecil. Seseorang akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dibayar untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital). Makin rendah tingkat


(68)

bunga, maka investor akan terdorong untuk melakukan investasi, karena biaya penggunaan dana juga semakin kecil.

Tingkat suku bunga

S

��

��

Dana investasi

0

Gambar 2.2

Teori Klasik Tentang Suku Bunga

B. Teori Keynesian

Menurut Keynesian tingkat bunga merupakan suatu fenomena moneter. Artinya, tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang (ditentukan dalam pasar uang). Uang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi (GNP), sepanjang uang ini mempengaruhi tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi dan degan demikian akan mempengaruhi GNP.


(69)

Bentuk kekayaan dalam uang kas tidak dapat memberikan penghasilan, sebaliknya kekayaan dalam bentuk surat berharga di mana harganya dapat naik turun tergantung dari tingkat bunga (apabila tingkat bunga naik harga surat berharga turun dan sebaliknya), sehingga ada kemungkinan pemegang surat berharga akan menderita capital loss. Surat berharga juga mendatangkan pendapatan yang berupa bunga. Dengan anggapan bahwa investor tidak suka risiko (risk averters) maka mereka akan mau memegang bentuk kekayaan yang risikonya tinggi apabila didorong dengan tingkat bunga yang tinggi pula. Semakin banyak surat berharga dalam susunan kekayaan, risikonya juga semakin tinggi.

2.1.3.3 Deposito

A. Pengertian Deposito

Undang-undang No. 14 tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan Indonesia mengemukakan bahwa “Deposito adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak ketiga dengan bank yang bersangkutan.”

Dalam Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Indonesia “Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dikalakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah dengan bank”.

B. Jenis Deposito

1. Deposito Berjangka

Deposito berjangka (DB) merupakan deposito yang diterbitkan dengan jenis jangka waktu tertentu. Jangka waktu deposito berjangka biasanya 1, 2, 3, 6,


(70)

12, 18 sampai dengan 24 bulan. Deposito berjangka diterbitkan atas nama baik perorangan maupun lembaga, artinya di dalam bilyet deposito tercantum nama perorangan atau lembaga si pemilik deposito berjangka. Penarikan bunga deposito berjangka yang diterbitkan dalam valuta asing, biasanya diterbitkan oleh Bank devisa.

2. Sertifikat Deposito

Sama seperti halnya deposito berjangka, sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk dalam bentuk sertifikat serta dapat diperjual-belikan atau dipindah-tangankan kepada pihak lain. Perbedaan lain adalah pencairan bunga sertifikat deposito dapat dilakukan di muka baik tunai disamping setiap bulan atau jatuh tempo. Kemudian penerbitan nilai sertifikat deposito sudah dicetak dalam berbagai nominal dan biasanya dalam jumlah yang bulat. Sehingga, nasabah dapat membeli dalam lembaran yang bervariasi untuk jumlah yang diinginkan. 3. Deposito on Call

Deposito on Call (DOC) merupakan deposito digunakan untuk deposan yang memiliki jumlah uang dalam jumlah uang dalam jumlah besar dan sementara waktu belum digunakan. Penerbitan deposito on Call memiliki jangka waktu minimal 7 hari dan paling lama kurang dari 1 bulan. DOC diterbitkan atas nama. Pencarian bunga dilakukan pada saat pencairan deposito on call. Besarnya bunga DOC biasanya dihitung perbulan dan untuk menentukan jumlah bunga yang diberlakukan terlebih dahulu dilakukan negosiasi antara nasabah dengan pihak Bank.


(71)

(72)

2.1.4 Nilai Tukar (Kurs)

2.1.4.1 Pengertian Nilai Tukar (Kurs)

Nilai tukar (foreign exchange rate) menurut Cornelius Luca di dalam bukunya yang berjudul “Trading in the Global Currency Markets” dapat diartikan sebagai harga suatu mata uang terhadap mata uang negara lain. Frank J. Fabozzi dan Franco Modigliani dalam buku “Capital Markets” memberikan defenisi mengenai nilai tukar yang dapat diartikan bahwa nilai tukar adalah sejumlah uang dari suatu mata uang tertentu yang dapat dipertukarkan dengan satu unit mata uang negara lain (Ming, 2001 : 7).

2.1.4.2 Teori Nilai Tukar A. Traditional Theories

Traditional Theories terdiri dari Teori Purchasing Power Parity dan Teori Elastisitas.

1. Teori Purchasing Power Parity

Teori ini menyatakan bahwa harga barang di suatu negara harus sama dengan harga barang serupa di negara lain sesuai dengan tingkat nilai tukar yang berlaku antar kedua negara tersebut.

2. Teori Elastisitas

Teori elastisitas mengatakan bahwa nilai tukar adalah harga dari valuta asing untuk mempertahankan neraca pembayaran internasional suatu negara agar tetap berada pada tingkat ekuilibrium. Dengan kata lain, respons nilai tukar terhadap perubahan dalam neraca perdagangan sangat dipengaruhi oleh elastisitas permintaan terhadap


(73)

perubahan harga. Jika elastisitas permintaan bersifat inelastis, pengaruh penurunan impor dan kenaikan ekspor dalam neraca pembayaran internasional akan sangat kecil. Akibatnya, nilai tukar harus melakukan penyesuaian secara tajam untuk menghilangkan defisit neraca pembayaran internasional. Jika elastisitas permintaan bersifat elastis, pengaruh penurunan impor dan kenaikan ekspor akan sangat berpengaruh bagi keseimbangan neraca pembayaran internasional sehingga hanya diperlukan sedikit penyesuaian dalam nilai tukar.

B. Modern Monetary Theories on Short Term Exchange Rate Volayility

Teori ini memperlihatkan adanya peran pasar modal dalam jangka pendek dan peran bursa komoditi dalam jangka panjang terhadap fluktuasi nilai tukar. Teori ini mengatakan bahwa adanya perbedaan nilai tukar dan perbedaan dalam purchasing power parity adalah karena adanya suatu perubahan dalam permintaan dan penawaran terhadap aset-aset keuangan. Teori Purchasing Power Parity juga diperluas dengan menyertakan variabel-variabel, seperti jumlah uang yang beredar, tingkat suku bunga, dan pendapatan riil, dalam menentukan tingkat nilai tukar antar dua negara.

C. Synthesis of Traditional and Modern Monetary Views

Menurut teori ini, dinamika perubahan yang terjadi di pasar keuangan (pasar modal dan pasar uang) lebih cepat jika dibandingkan dengan perubahan di pasar barang komoditi. Dalam jangka pendek, fluktuasi nilai tukar lebih dipengaruhi oleh perubahan dalam pasar modal dan dalam jangka panjang fluktuasi nilai tukar dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi di pasar barang.


(1)

9. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

10. Rekan-rekan seperjuangan di Ekonomi Pembangunan stambuk 2008 yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Mei 2012 Penulis

Kristanty Uli Arta Girsang 080501063


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 8

2.1.1 Pasar Modal ... 8

2.1.1.1 Definisi Pasar Modal ... 8

2.1.1.2 Manfaat Pasar Modal ... 9

2.1.1.3 Struktur Pasar Modal dan Pelaku Pasar Modal ... 10

2.1.2 Surat Utang Negara (SUN) ... 15

2.1.2.1 Pengertian Surat Utang Negara (SUN) ... 15

2.1.2.2 Dasar Hukum Penerbitan Surat Utang Negara ... 19

2.1.2.3 Tujuan dan Manfaat Penerbitan Surat Utang Negara ... 20

2.1.2.4 Jenis dan Bentuk Surat Utang Negara ... 21

2.1.2.5 Pengelolaan Surat Utang Negara ... 22

2.1.2.6 Penatausahaan Surat Utang Negara ... 24

2.1.3 Tingkat Suku Bunga ... 25

2.1.3.1 Pengertian Suku Bunga ... 25

2.1.3.2 Teori Tingkat Suku Bunga ... 25

2.1.3.3 Deposito ... 27

2.1.4 Nilai Tukar (Kurs) ... 29

2.1.4.1 Pengertian Nilai Tukar (Kurs) ... 29

2.1.4.2 Teori Nilai Tukar ... 29

2.1.4.3 Sistem Nilai Tukar Mata Uang ... 31

2.1.5 Investasi ... 32

2.1.5.1 Pengertian Investasi ... 32


(3)

2.1.5.3 Imbalan Hasil ... 33

2.2 Kerangka Konseptual ... 35

2.3 Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 37

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

3.3 Batasan Operasional... 37

3.4 Definisi Operasional ... 38

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 38

3.6 Jenis Data ... 38

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 39

3.8 Teknik Analisis Data... 39

3.8.1 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ... 40

3.8.1.1 Koefisien Determinasi (R-Square) ... 40

3.8.1.2 Uji F- Statistik ... 40

3.8.1.3 Uji t- Statistik ... 41

3.8.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik... 42

3.8.2.1 Uji Normalitas ... 42

3.8.2.2 Multikolinearitas ... 42

3.8.2.3 Autokorelasi (Serial Correlation) ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Ekonomi Indonesia Secara Umum ... 45

4.2 Perkembangan Permintaan SUN di Indonesia ... 47

4.2 Perkembangan Suku Bunga Deposito ... 50

4.3 Perkembangan Nilai Kurs di Indonesia ... 53

4.4 Analisis Data ... 56

4.4.1 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ... 57

4.4.1.1 Koefisien Determinasi (R2)... 57

4.4.1.2 Uji F- Statistik ... 58

4.4.1.3 Uji t- Statistik ... 58

4.4.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik... 61

4.4.2.1 Uji Normalitas ... 61

4.4.2.2 Multikolinearitas ... 62

4.4.2.3 Autokorelasi ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 71

5.2 Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(4)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

4.1 Surat Utang Negara yang Dimiliki oleh Asing Tahun

2009-2011 ... 48

4.2 Perkembangan Suku Bunga Deposito di Indonesia Tahun 2009-2011 ... 52

4.3 Nilai Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat Tahun 2009-2011 ... 54

4.4 Hasil Estimasi Tingkat Suku Bunga Deposito dan Nilai Kurs Terhadap Permintaan SUN oleh Investor Asing .. 57

4.5 Korelasi Parsial Antar Variabel Independen ... 63

4.6 Korelasi Parsial Nilai Kurs dan Inflasi ... 63

4.7 Hasil Estimasi ... 64


(5)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Struktur Pasar Modal Indonesia ... 11

2.2 Teori Klasik Tentang Suku Bunga ... 26

2.3 Kerangka Konseptual ... 35

3.1 Uji F-statistik ... 41

3.2 Uji t- statistik ... 42

4.1 Perkembangan permintaan SUN oleh investor asing ... 49

4.2 Perkembangan Nilai Kurs di Indonesia ... 55

4.3 Uji F-statistik ... 58

4.4 Uji t- statistik pada Suku Bunga Deposito ... 59

4.5 Uji t- statistik pada Kurs ... 60

4.6 Uji Normalitas ... 61

4.7 Hasil Estimasi ... 64


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Permintaan SUN oleh Investor Asing, Tingkat Suku

Bunga Deposito, dan Nilai Kurs ... 76 2 Hasil Estimasi Tingkat Suku Bunga Deposito dan

Nilai Kurs Terhadap Permintaan SUN oleh Investor Asing .. 77 3 Hasil Estimasi Tingkat Suku Bunga Deposito Terhadap

Nilai Kurs ... 78 4 Hasil Estimasi Nilai Kurs Terhadap Tingkat Suku Bunga

Deposito ... 78 5 Tingkat Inflasi di Indonesia ... 79 6 Hasil Estimasi Nilai Kurs dan Inflasi Terhadap Permintaan