Hubungan Menonton Televisi dengan Kegiatan Mengemil pada Anak Obesitas di Sekolah Dasar Harapan Medan

(1)

Lembar Persetujuan Penelitian (Informed Consent) Salam sejahtera,

Saya, Shiva Shanker A/L Mathaven, NIM 120100519, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Menonton Televisi Dengan Kegiatan Mengemil Pada Anak Obesitas di Sekolah Dasar Harapan Medan”.Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan menonton televisi dengan kegiatan ngemil pada anak obesitas di Sekolah Dasar Harapan Medan.

Pada penelitian ini, saya akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada para bapak/ibu/saudara, dan saya mengharapkan keikutsertaan dan kerjasama dari para bapak/ibu/saudara untuk memberikan jawaban yang sebenar-benarnya untuk

kepentingan penelitian ini dan tidak akan disalahgunakan untuk maksud-maksud lain. Identitas pribadi akan tetap dirahsiakan dan tidak akan dipublikasikan. Keikutsertaan para bapak/ibu/saudara dalam penelitian ini sangat saya harapkan. Partisipasi

bapak/ibu/saudara adalah bersifat bebas dan tanpa ada paksaan. Bapak/ibu/ saudara berhak untuk menolak berpartisipasi tanpa dikenakan sanksi apapun.

Demikian penjelasan ini saya sampaikan. Atas perhatian dan kesediaan para bapak/ibu/saudara menjadi responden dalam penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.

Medan, 2015 Peneliti, Responden


(2)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : SHIVA SHANKER A/L MATHAVEN

Tempat / tanggal lahir : Kedah / 12 Julai 1993

Pekerjaan : Mahasiswa Kedokteran

Agama : Hindu

Alamat : Jalan Dr Mansyur Gg Sehat No.29

No.Telefon : 087867337425

Orang Tua : Mathaven A/L Narayanasamy (Bapa)

Yesotha A/P Damodharan (Ibu) Riwayat Pendidikan :-Tadika Kemas

-Sekolah Kebangsaan Yaacob Latiff -Sekolah Kebangsaan Seri Tasik (UPSR) -Sekolah Menengah Kebangsaan Seri Tasik (PMR, SPM)

-Berlin Malaysia College (Foundation in Science)

Kegiatan :-Mahasiswa Kedokteran

- Ahli Kelab Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia Indnesia (PKPMI)


(3)

Lampiran 2

Lembar Persetujuan Penelitian (Informed Consent) Salam sejahtera,

Saya, Shiva Shanker A/L Mathaven, NIM 120100519, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Menonton Televisi Dengan Kegiatan Mengemil Pada Anak Obesitas di Sekolah Dasar Harapan Medan”.Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan menonton televisi dengan kegiatan ngemil pada anak obesitas di Sekolah Dasar Harapan Medan.

Pada penelitian ini, saya akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada para bapak/ibu/saudara, dan saya mengharapkan keikutsertaan dan kerjasama dari para bapak/ibu/saudara untuk memberikan jawaban yang sebenar-benarnya untuk

kepentingan penelitian ini dan tidak akan disalahgunakan untuk maksud-maksud lain. Identitas pribadi akan tetap dirahsiakan dan tidak akan dipublikasikan. Keikutsertaan para bapak/ibu/saudara dalam penelitian ini sangat saya harapkan. Partisipasi

bapak/ibu/saudara adalah bersifat bebas dan tanpa ada paksaan. Bapak/ibu/ saudara berhak untuk menolak berpartisipasi tanpa dikenakan sanksi apapun.

Demikian penjelasan ini saya sampaikan. Atas perhatian dan kesediaan para bapak/ibu/saudara menjadi responden dalam penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.

Medan, 2015 Peneliti, Responden


(4)

Lampiran 3

HEALTH RESEARCH ETHICAL COMMITTEE

Of North Sumatera

c/o MEDICAL SCHOOL, UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jl. Dr. Mansyur No. 5 Medan, 20155 – INDONESIA

Tel: +62-61-8211045; 8210555 Fax: +62-61-8216264, E-mail: komet_fkusu@yahoo.com

FORMULIR ISIAN OLEH PENELITI

Nama lengkap Anda:

Alamat (harap ditulis dengan lengkap):

Telp/Fax/HP/E-mail/lain-lain:

Alamat lain yang dapat dihubungi :

Telp/Fax/HP/E-mail/lain-lain:

Nama Institusi Anda (tulis beserta alamatnya) :

Judul Penelitian :

DAFTAR PERTANYAAN :

1. Subjek yang digunakan pada penelitian Anda:

Penderita Non Penderita Hewan

2. Jumlah subjek yang digunakan dalam penelitian Anda: 100 pasien yang menderita

Penyakit Obesitas.

HUBUNGAN MENONTON TELEVISI DENGAN KEGIATAN MENGEMIL PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR HARAPAN MEDAN

7

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, JL. DR. MANSUR NO. 5 MEDAN 20155

6 5 4

0850 087867337425 / lordshiva.7869@yahoo.com 3 JL DR MANSYUR,GG SEHAT NO 29, MEDAN 2

SHIVA SHANKER A/L MATHAVEN 1


(5)

3. Keterangan : Subjek dikumpulkan berdasarkan data sekolah yang ada masalah kegemukan.

4. Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini (perkiraan) untuk setiap

subjek : 20 (detik/menit/jam/hari/bulan/tahun)*

5. Rangkaian usulan penelitian mencakup objektif penelitian, manfaat/relevansi dari

hasil penelitian disertai alasan/motivasi dilakukannya penelitian dan resiko yang mungkin timbul disertai cara penyelesaian masalahnya (ditulis dengan bahasa yang dapat dimengerti secara umum).

Berhubungan dengan Penyakit Obesitas atau masalah kegemukan yang merupakan masalah kesehatan global di Indonesia, maka peneliti tertarik untuk melakukan kajian ini supaya dapat mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku penderita kegemukan tentang penyakit yang mereka hidapi.

6. Apakah masalah etik menurut Anda dapat terjadi pada penelitian Anda ini.

a. Masalah etik yang dapat terjadi adalah terbukanya data-data responden yang

seharusnya merupakan rahasia pihak peneliti dan responden

7. Jika subjeknya manusia, apakah percobaan terhadap hewan sudah pernah

dilakukan?.Jika tidak, sebutkan alasan mengapa langsung dilakukan terhadap manusia (berikan argumentasi Anda secara jelas dan mudah dimengerti).

a. Penelitian ini hanya perlu dilakukan pada penderita yang menghidap

penyakit kegemukan untuk menilai tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku,maka tidak cocok jika dilakukan pada hewan coba.

8. Prosedur pelaksanaan penelitian atau percobaan (frekwensi, interval, dan jumlah total

segala tindakan invasif yang dilakukan, dosis dan cara penggunaan obat, isotop, radiasi atau tindakan lainnya) sebutkan!.

a. Prosedur penelitian adalah dengan cara memberikan kuesioner pada

responden

9. Bahaya potensial yang langsung atau tidak langsung, segera atau kemudian dan cara

yang digunakan untuk pencegahannya (disebutkan jenis bahayanya).

a. Bahaya potensial yang mungkin terjadi adalah terbukanya data-data

responden. Pencegahannya adalah dengan merahasiakan identitas subjek penelitian yang terdapat dalam data tersebut


(6)

10. Pengalaman terdahulu sebelum atau sesudah penelitian dari tindakan yang akan dilakukan (baik sendiri ataupun perorangan).

a. Belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya

11. Jika penelitian dilaksanakan pada orang sakit, sebutkan apa kegunaan bagi si sakit, dan bagaimana pula kompensasi yang diberikan jika terjadi kerugian pada jiwanya.

a. Kegunaannya adalah dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai

Penyakit Obesitas atau masalah kegemukan dan pendeteksian faktor risikonya sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup penderita.

12. Bagaimana cara memilih penderita dan sukarelawan yang sehat?.

a. Dengan pengisian kuesioner

13. Apa hak dan kewajiban yang bisa Anda berikan sebagai jaminan dan imbalan bagi

subjek/objek tersebut?.Jika terdapat ganti rugi, sebutkan pula berapa jumlah yang diberikan?

a. Hak peneliti : mendapatkan informasi yang sebenarnya dari subjek penelitian

berupa data primer yang dijawab oleh subjek melalui kuesioner.

b. Kewajiban peneliti : menjaga kerahasiaan identitas subjek

14. Sejauh mana hubungan antara subjek manusia yang diteliti dengan peneliti? (ceklis

yang benar):

a. Hubungan dokter – pasien

b. Hubungan guru – murid

c. Hubungan majikan – anak buah

d. Mitra

e. Keluarga

f. Lain-lain

15. Jelaskan cara pencatatan selama penelitian, termasuk efek samping dan

komplikasinya bila ada?

a. Data yang diperoleh merupakan data primer dari responder sendiri melalui

kuesioner, kemudian dicatat dan dianalisis dengan menggunakan program komputer yang sesuai

16. Jelaskan cara memberitahu dan mengajak subjek (lampirkan contoh surat persetujuan

penderita)!.Bila memberitahukan dan kesediaannya secara lisan, tulisan atau karena sesuatu hal penderita tidak dapat dimintakan pernyataan ataupun persetujuannya, beri pula alasan untuk itu.


(7)

a. Dengan data dari kusioner

17. Apakah subjek diasuransikan? (pilih salah satu)

a. Ya

b. Tidak Medan, 07 JULI 2015

Mengetahui, Menyatakan :

Dosen Pembimbing KTI Peneliti Utama

(dr. Rusdiana, M.Kes) (Shiva Shanker A/L Mathaven)


(8)

Lampiran 4

DAFTAR PERTANYAAN

I. Identitas Responden

1. Nomor kode responden : 2. Nama responden : 3. Tanggal Lahir

4. Hari/tanggal wawancara 5. Berat badan responden

II. Gambaran Umum Responden

1. Apakah adik pernah menderita suatu penyakit? a. Ya

b. Tidak

2. Apakah adik punya kegiatan selain pergi ke sekolah? a. Ya

b. Tidak

3. Jika ya, kegiatan apa saja? a. Olah raga

b. Kursus


(9)

Intensitas Menonton televisi

Hari Sekolah Hari Libur

Waktu Jam Jumlah jam Jam Jumlah Jam

Total

III. Kegiatan Ngemil Saat Menonton Televisi

1. Apakah waktu menonton televise adik selalu mengkonsumsi makanan kecil

a. Ya b. Tidak

2. Jika Ya, makanan apa yang sering adik konsumsi a. Jenis coklat

b. Jenis biskuit c. Kacang-kacangan

d. ...(sebutkan)

IV. Hal-hal yang Mempengaruhi Kegiatan Ngemil

1. Apakah adik pernah melihat iklan makanan di televise? a. Pernah

b. Tidak pernah

2. Jika pernah, iklan makanan apa saja yang adik lihat? ...(sebutkan)


(10)

3. Apakah yang membuat adik tertarik pada iklan makanan? a. Jenis Makananya

b. Model pada iklan makanan tersebut c. ...(sebutkan)

4. Berapa uang yang adik belanjakan untuk membeli makanan kecil (snack)

Rp. ...

5. Jika tidak jajan diluar, apakah dirumah adik selalu tersedia makanan kecil (snack).

a. Ya b. Tidak

6. Jika Ya, sebutkan makanan kecil (snack) apa yang tersedia. ...(sebutkan)

7. Berapa frekuensi adik membeli makanan tersebut dalam seminggu a. 1-2 kali

b. 3 kali c. >3 kali

8. Jika tidak dijajan diluar, apakah dirumah adik selalu tersedia makanan kecil (snack)?

a. Ya

b. Tidak

9. Jika Ya, sebutkan makanan kecil(snack) apa yang sering tersedia? ...(sebutkan)


(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

Lampian 9

Rincian Biaya Penelitian

Besar biaya yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini sebesar Rp. 410.000.- dengan rincian berikut:

1. Cenderahati pada anak anak sekolah Rp. 150.000.-

2. Biaya Literatur

- Internet Rp. 50.000.-

- Fotokopi Rp. 60.000.-

- Printing Rp. 100.000.-

3. Penjilidan Rp. 50.000.-


(20)

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Jawa Timur, Bidang PPKM, Seksi Gizi. Laporan Hasil Pemantauan Status Gizi Anak Kelas 1 Baru SMA/SMK/MA di Provinsi Jawa Timur. 2010

Elma Sayuti, 2000. Hubungan Aktivitas Menonton Televisi Dengan Kecenderungan Terjadinya Obesitas Pada Anak Di SD NO. 1 Baiturrahmah Kotamadya Padang Provinsi Sumatera Barat Tahun 2000.

Hartadi, C, dan Taarea, R. H, Penanggulan Obesitas Menuju Gaya Hidup Sehat, FKUI, Jakarta, 1988

Jamil, R, Simposium Obesitas dan Penyakit Penyerta, “Penatalaksanaan Obesitas dan Olah Raga”, FK-UNAND, Padang, 1995.

Kementerian Kesehatan. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2010. Jakarta, 2011

Kementerian Kesehatan. Petunjuk Teknis Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Lanjutan.Jakarta, 2010.

Kementerian Kesehatan RI.2011 “Pedoman Pencegahan dan Penanggulan Kegemukan dan Obesitas pada Anak Sekolah

Kementerian Kesehatan. Pedoman untuk Tenaga Kesehatan. Usaha kesehatan Sekolah di Tingkat Sekolah dasar, Sekolah Menengah dan Pondok Pesantren. Jakarta, 2011.


(21)

M. Julia a M.M. van Weissenbruch b E.P. Prawirohartono a ,et al. Tracking for Underweight, Overweight and Obesity from Childhood to Adolescence: A 5- Year Follow-Up Study in Urban Indonesian Children.a Department of Child Health, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University. Hormon Research. Februari 6, 2008

Pudjiadi, S, Obesitas, Obesitas Pada Anak, Komisi Pengembangan Riset dan Perpustakaan FK-UI, 1981.

Rasyid, R, Kebijaksanaan Pemerintah Dalam Upaya Mencegah dan Menanggulangi Masalah Gizi Ganda, Seminar Sehari Tuntunan Islam Tentang Masalah Gizi Ganda dan Keterkaitan dengan Kualitas Umat, Padang, 1997.

WHO. 2006. Protein and Amino Acid Requirements in Human Nutrition: Report of a Joint FAO/WHO/UNU expert Consulation. Geneva: WHO Library Cataloguing- in-Publication Data WHO.2006. Obesity and overweight.Fact Sheet WHO/311. Geneva: World Health Organization.


(22)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka konsep

Merupakan kerangka konsep pada penelitian ini adalah :

Aa

Gambar 3.1: Kerangka konsep

3.2. Definisi operasional

No. Variable Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Skala 1. Obesitas Peningkatan lemak

tubuh yang

berlebihan pada anak yang bersifat subyektif, diukur berdasarkan

kuesioner melalui wawancara

BMI Mengukur

berat badan dan tinggi badan kuesionar

Nominal

Kebiasaan anak menonton

televisi

- Durasi

- Acara tv

Kegiatan ngemil pada anak


(23)

2. Lama menonton televisi

Pengalaman

individu tentang

ukuran lama

menonton televisi

Kuesioner Wawancara langsung dengan panduan kuesioner

Ordinal

3. Jam menonton televisi sehari

Waktu yang

ditentukan untuk menonton televisi pada setiap hari.

Kuesioner Wawancara langsung dengan panduan kuesioner

Ordinal

4. Intensitas ngemil

Gambaran tentang seberapa kali individu tersebut

ngemil waktu

menonton televisi

Kuesioner Wawancara langsung dengan panduan kuesioner

Ordinal


(24)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan penelitian

Penelitian ini merupakan metode deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional, dimana penelitian ini mengetahui hubungan menoton televisi dengan kegiatan mengemil pada anak obesitas di Sekolah Dasar Harapan Medan.

4.2 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan di sekitar sekolah Sekolah Dasar Harapan Medan. Waktu penelitian direncanakan pada bulan Oktober-November 2015.

4.3 Populasi dan sampel penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah anak sekolah dasar di Sekolah Dasar Harapan Medan.

4.3.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara acak. Sampel dari penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus data proposi (populasi infinit) seperti berikut :


(25)

n = besar sampel minimum

Z1-/2 = standar deviasi normal untuk 1,96 dengan Convidence Level 95%

P = Proporsi (0,33)

d = derajat kesalahan yang diterima (0,1)

Dengan menggunakan rumus besar sampel tersebut diperoleh jumlah sampel minimal 100 orang. Sampel minimal yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut :

Kriteria Inklusi, meliputi: a.Berumur 7 hingga 12 tahun b.Rajin menonton televisi c.Aktivitas normal

Kriteria Eksklusi

a.Pelajar yang tidak bersedia untuk menjadi responden b.Pelajar yang sakit waktu penelitian

1,9621-/2 0,5 (1- 0,33) n = 0.12


(26)

4.4 Teknik pengumpulan data

Data dari penelitian ini diperoleh melalui wawancara langsung pada responden dengan menggunakan alat bantu kuesioner penelitian. Kuesioner yang digunakan berdasarkan atas obesitas dan kuesioner tambahan yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang dibuat untuk melengkapi hasil penelitian. Kuesioner untuk mengetahui identitas responden, usia, lama menonton televisi, jam menonton televisi dan intensitas mengemil pada anak di sekolah Sekolah Dasar Harapan Medan

4.5 Teknik pengolahan dan analisa data 4.5.1 Pengolahan data

Data tentang intensitas menonton televisi yang dikumpulkan, selanjutnya dikelompokkan. Pedoman penggelompokkan diambil dari hasil Survei Riset Indonesia tahun 1992. Pada survei itu dinyatakan bahwa intensitas menonton TV yang ideal adalah 2 jam perhari. Kalau intensitas itu dijadikan untuk kelompok yang “sedang”. Maka intensitas menonton TV pada penelitian ini diklasifikasikan atas 3 kategori yaitu berat, sedang dan ringan dengan ketentuan seperti berikut:

 Berat : > 17 jam/minggu  Sedang : 14 – 17 jam/minggu  Ringan : < 14 jam/minggu

Langkah-langkah dalam menganalisa data dalam penelitian ini adalah: 1. Editing

Peneliti memeriksa data awal yang telah ada. Bertujuan untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada.

2. Koding

Memberikan kode pada masing-masing variabel penelitian untuk memudahkan dalam analisis data.


(27)

3. Entri

Memasukan data dalam program komputer untuk dilakukan pengolahandata sesuai dengan variabel yang sudah ada.

4. Tabulasi

Pengelompokan data sesuai dengan tujuan penelitian kemudian menyusunnya ke dalam tabel unutuk mempermudah dalam pembacaan hasilpenelitian.

Daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik dimana responden(anak sekolah) dan interview tinggal memberikan jawaban dengan wawancara langsung pada responden dengan menggunakan alat bantu kuesioner.

4.5.2 Analisa data 1. Analisis Univariat

Adalah analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisa ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian yang disajikan dalam distribusi frekuensi dalam bentuk presentase dari tiap variabel.

2. Analisis Bivariat


(28)

Bab V Hasil Penelitian

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Sekolah

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Harapan yang terletak di jalan Imam Bonjol No. 35 Medan yang merupakan sekolah swasta. Sistem pendidikan yang diterapkan di sekolah ini adalah model Sekolah Kategori Mandiri – Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal – Pusat Sumber Belajar (SKM-PBKL-PSB) dimana sumber pembelajaran bukan hanya berasal dari guru tapi juga dari murid dan sumber lainnya yang memenuhi unsur edukatif. Siswa-siswi yang belajar di sekolah ini tergolong mudah untuk memperoleh informasi dan pengetahuan di berbagai bidang karena selain terletak di ibukota provinsi dan bahkan tidak jauh dari pusat kota, sekolah ini juga telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas.

5.1.2 Gambaran Umum Responden 5.1.2.1 Jenis Kelamin

Table 5.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di SD Harapan Medan Tahun 2015

No Jenis Kelamin Jumlah %

1 Laki-laki 45 45

2 Perempuan 55 55

Jumlah 100 100

Jumlah murid yang dijadikan responden pada penelitian ini adalah sebanyak 100 orang, yang terdiri dari 45 orang (45%) murid laki-laki dan 55 orang (55%) murid perempuan, seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini


(29)

5.1.2.2 Umur

Tabel 5.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di SD Harapan Medan Tahun 2015

NO Umur(tahun) Jumlah %

1 7-9 28 28

2 10-12 72 72

Jumlah 100 100

Umur responden dalam penelitian ini antara 7 hingga 12 tahun, dengan persentase umur terendah adalah kelompok umur 7- 9 sebanyak 28%, seperti yang terlihat pada tabel berikut ini.

5.1.2.3 Tingkat Obesitas

Tabel 5.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Obesitas di SD Harapan Medan Tahun 2015

NO Tingkat Obesitas Jumlah %

1 I 62 62

2 II 32 32

3 III 6 6

Jumlah 100 100

Tingkat obesitas responden dalam penelitian ini dari tingkat I hingga tingkat III. Persentase tertinggi adalah 62% pada tingkat I dan yang terendah adalah 6% pada tingkat III.


(30)

5.1.3 Aktivitas Menonton Televisi 5.1.3.1 Intensitas Menonton Televisi

Table 5.1.4 Distribusi Intensitas Menonton Televisi pada Anak di SD Harapan Medan Tahun 2015

NO Intensitas Menonton Televisi (Minggu)

Jumlah %

1 Ringan 24 24

2 Sedang 16 16

3 Berat 60 60

Jumlah 100 100

Intensitas menonton televisi responden berkisar antara 0,5 jam sampai dengan 3 jam untuk hari sekolah dan 1 jam sampai 5 jam untuk hari libur. Presentase yang terendah adalah responden yang intensitas menonton televisi pada tingkat yang sedang yaitu 16%. Manakala pada tingkat berat, jumlahnya besar yaitu 60 orang (60%). Perinciannya dapat dilihat pada tabel di atas ini.

Jika dibedakan intensitas menonton televisi responden berdasarkan kelompok umur, maka dapat dilihat pada tabel berikut ini


(31)

5.1.3.2 Kegiatan Ngemil

Kegiatan ngemil pada penelitian ini menjelaskan tentang kegiatan mengkonsumsi makanan ringan (snack) saat menonton televisi. Kegiatan ngemil pada responden dibagi atas dua kategori yaitu ya (selalu ngemil) dan tidak (tidak selalu ngemil). Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.1.5 Distribusi Kegiatan Ngemil pada Anak di SD Harapan Medan Tahun 2015

No Kegiatan Ngemil Jumlah %

1 Ya 66 66

2 Tidak 34 34

Jumlah 100 100

Pada tabel 5.1.5 terlihat bahwa kegiatan ngemil pada anak sebagian besar berada pada kategori ya sebanyak 66 orang (66%). Dari kategori tidak yaitu 34 orang (34%). Selain kegiatan ngemil saat menonton televisi, diteliti juga frekuensi membeli makanan diluar rumah dalam seminggu. Pada penelitian ini frekuensi tersebut dibagi atas tiga kategori yaitu “rendah” bila frekuensinya < 2 kali, “sedang” bila frekuensinya 3 kali dan “tinggi” bila frekuensinya > 3 kali. Untuk jelasnya dapat dilihat di tabel dibawah ini.

Tabel 5.1.6 Distribusi Frekuensi Membeli Makanan Diluar Rumah Pada Anak di SD Harapan Medan Tahun 2015

No

Frekuensi Membeli Makanan Di Luar Dalam Seminggu

Jumlah %

1 < 2 kali 73 73

2 3 kali 25 25

3 > 3 kali 2 2


(32)

Dari tabel 5.1.6 dapat dilihat bahwa anak yang membeli makanan diluar rumah frekuensi < 2 kali dalam seminggu menunjukkan jumlah yang paling tinggi yaitu 73 orang (73%). Sementara itu anak dengan frekuensi > 3 kali, jumlahnya tidak begitu besar yaitu 2 orang (2%).

Selanjutnya frekuensi membeli makanan diluar rumah dibedakan berdasarkan kelompok umur, seperti yang terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.1.7 Distribusi Frekuensi Membeli Makanan di Luar Rumah Berdasarkan Kelompok Umur Anak di SD Harapan Medan Tahun 2015

Membeli Makanan Di Luar Rumah NO Kelompok Umur

(Tahun) <2 kali 3 kali > 3 kali

Jumlah

n % n % n % n %

1 7-9 23 82.1 4 14.3 1 3.6 28 100

2 10 - 12 50 69.4 21 29.2 1 1.4 72 100

Jumlah 73 75.8 25 21.8 2 2.5 100 100

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa sebahagian besar anak pada kelompok umur 7 – 9 tahun, frekuensi membeli makanan diluar rumah 1 kali dalam seminggu yaitu 23 orang (82,1%). Namun dijumpai juga 1 orang (3,6%) dengan frekuensi > 3 kali dalam seminggu. Selain itu pada kelompok umur 10 – 12 tahun, jumlahnya jauh berbeda, frekuensi yang < 2 kali dalam seminggu sebanyak 50 orang (69,4%) dan yang > 3 kali dalam seminggu yaitu 1 orang (1,4%).


(33)

5.1.4 Hubungan Antara Dua Variabel

5.1.4.1 Hubungan Intensitas Menonton Televisi dengan Kegiatan Ngemil Tabel 5.1.8 Distribusi Intensitas Menonton Televisi dengan Kegiatan Ngemil pada Anak SD Harapan Medan 2015

Kegiatan Ngemil

NO Intensitas

Menonton Televisi (minggu)

Ya Tidak

Jumlah

N % n % n %

1 Ringan 14 58.3 10 41.7 24 100

2 Sedang 7 43,8 9 56,2 16 100

3 Berat 45 75 15 25 60 100

Jumlah 66 59 34 41 100 100

Dari tabel diatas dapat dilihat, bahwa anak dengan intensitas menonton televisi dalam tingkat berat, sebahagian besar melakukan kegiatan ngemil yaitu 45 orang (75%). Namun masih dijumpai yang tidak selalu melakukan kegiatan sebanyak 15 orang (25%). Pada tingkat sedang, antara anak yang tidak selalu dan selalu melakukan kegiatan ngemil, jumlahnya hampir berimbang yaitu 9 orang (56,2%) dan 7 orang (43,8%). Sedangkan untuk intensitas menonton televisi pada tingkat ringan, jumlah yang tertinggi pada anak yang selalu melakukan kegiatan ngemil yaitu 14 orang (58,3%).


(34)

Setelah dilakukan analisa statistik dengan menggunakan Chi Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara intensitas menonton televisi dan kegiatan ngemil pada anak dengan p = 0.042 (p < 0.05).

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap aktivitas menonton televisi (intensitas menonton televisi dan kegiatan ngemil) dan hubungan antara dua variabel tersebut pada anak di SD Harapan Medan, maka dapat dijelaskan sebagai berikut: 5.2.1 Aktivitas Menonton Televisi

5.2.1.1 Intensitas menonton Televisi

Intensitas menonton televisi pada anak di SD Harapan Medan dibagi atas tiga kategori yaitu rendah (< 14 jam/minggu), sedang (14 – 17 jam/minggu) dan berat (> 17 jam/minggu). Pada penelitian didapatkan bahwa jumlah yang terbesar adalah anak dengan intensitas menonton televisi dalam kategori berat yaitu 60 orang (60%). Dijumpai juga dalam kategori sedang sebanyak 24 orang (24%).

Hal ini menunjukkan bahwa anak yang intensitas menonton televisi dalam kategori ringan dan berat jauh berbeda. Faktor penyebab anak cukup banyak peluang untuk menonton televisi, karena aktivitas yang terlalu sedikit, seperti hanya mengerjakan pekerjaan rumah. Selain itu juga disebabkan kemajuan pertelevisian yang menyajikan acara yang menarik dan memukau, seperti film dan iklan-iklan (termasuk iklan makanan), membuat anak lebih senang memilih menonton televisi daripada melakukan kegiatan lain yang bersifat positif.

Jika dilihat intensitas menonton televisi anak berdasarkan kelompok umur, maka dari 28 orang anak pada kelompok 7 – 9 tahun, sebagian besar berada pada kategori berat yaitu 19 orang (67,9%). Untuk kategori ringan dan sedang, masing-masing adalah 7 orang (25%) dan 2 orang (7,1%). Sedangkan pada kelompok umur 10 – 12 tahun, intensitasnya jauh berbeda antara yang ringan yaitu 17 orang (23,6%) dan berat sebanyak 41 orang (56,9%).

Data-data diatas menunjukkan bahwa anak pada kelompok umur 7 – 9 tahun cenderung selalu menghabiskan waktunya dengan menonton televisi. Hal ini


(35)

disebabkan kemungkinan walaupun anak-anak tersebut tidak terlalu memahami informasi yang diberikan televisi, namun mereka begitu tertarik dengan acara yang ditayangkan televisi dan melakukan kegiatan lain yang biasa dilakukan untuk anak umur tersebut. Malah sama juga dengan anak kelompok umur 10 – 12 tahun yang sudah lebih mudah memahami informasi yang diberikan televisi dan acara menarik, sehingga anak lebih memilih untuk berlama-lama didepan televisi. Selain itu anak pada kelompok umur 10 – 12 tahun, terdapat juga jumlah yang cukup besar anak dengan intensitas menonton televisi dalam kategori ringan. Penyebab tidak lain karena aktivitas yang cukup banyak dan sedikit peluang untuk menonton televisi. 5.2.1.2 Kegiatan Ngemil

Kegiatan ngemil didapat dari pertanyaan melalui kuesionar tentang konsumsi makanan ringan (snack) saat menonton televisi. Kegiatan ngemil dikategorikan menjadi 2 jenis yaitu yang tidak selalu (tidak), dan selalu mengkonsumsi snack (Ya). Dari hasil penelitian didapatkan sebahagian besar anak selalu mengkonsumsi snack yaitu 66 orang (66%), dan yang tidak selalu mengkonsumsi snack yaitu 34 orang (34%). Hal ini menunjukkan cukup tingginya keinginan anak untuk mengkonsumsi snack saat menonton televisi. Pada umumnya faktor penyebabnya adalah ketersediaan snack dirumah. Dari 100 orang anak, yang selalu tersedia snack dirumah adalah 70 orang (70%) dan yang tidak tersedia sebanyak 30 orang (30%).

Kemungkinan lain penyebabnya adalah karena intensitas menonton televisinya yang cukup banyak, sehingga menimbulkan keinginan anak untuk mengkonsumsi snack sambil menikmati acara televisi yang memukau dan menarik.

Jika dilihat keinginan ngemil berdasarkan kelompok umur, maka antara kelompok umur 7 – 9 tahun dan 10 – 12 tahun anak selalu mengkonsumsi snack dengan jumlah yang paling banyak dan tidak jauh berbeda yaitu 16 orang (57,1%) dan 50 orang (69,4%). Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan ngemil saat menonton televisi tidak dapat dibedakan berdasarkan kelompok umur.

Selain kegiatan ngemil saat menonton televisi, diteliliti juga frekuensi anak membeli makanan diluar rumah. Dari hasil penelitian didapatkan sebahagian besar


(36)

anak dengan frekuensinya rendah (< 2 kali) yaitu 73 orang (73%) yang membeli makanan di luar rumah dalam seminggu, yang (3 kali) sebanyak 25 orang yang membeli makanan di luar rumah dalam seminggu dan ditemukan dengan frekuensi tinggi (> 3 kali) sebanyak 2 orang (2%) yang membeli makanan di luar rumah dalam seminggu.

5.2.2 Hubungan Antara Dua Variabel

5.2.2.1 Hubungan Intensitas Menonton Televisi dengan kegiatan Ngemil

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap hubungan intensitas menonton televisi dengan kegiatan ngemil anak didapatkan bahwa anak yang intensitas menontonnya pada tingkat berat (> 17 jam/minggu), sebahagian besar selalu melakukan kegiatan ngemil yaitu 44 orang (73,3%). Sedangkan yang intensitas menontonnya pada tingkat ringan (< 14 jam/minggu), jumlahnya yang terbanyak adalah yang tidak selalu melakukan kegiatan ngemil yaitu 14 orang (58,3%). Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak anak menonton televisi akan semakin besar keinginannya untuk melakukan kegiatan ngemil.

Kalau dilihat dari hasil statistik dengan menggunakan Chi Square, ternyata ada hubungan yang bermakna antara intensitas menonton televisi dengan kegiatan ngemil pada anak dengan p=0,042 (p < 0,05).

Lamanya waktu yang digunakan untuk menonton televisi membuat anak lebih banyak melihat acara-acara yang menarik, seperti film anak-anak dan iklan makanan. Dengan seiringnya melihat iklan makanan tersebut akan dapat menjadi pemicu anak untuk mengkonsumsi makanan seperti yang ditanyangkan di televisi.

Menurut Dr, Willian Dietz Jr dan Dr. Gortmaker pada penelitiannya (Yahya, L.R.S, 1999), didapatkan bahwa setiap jam yang dilewati oleh seorang anak akan menambah resiko untuk menjadi obesitas. Lebih lanjut dijelaskan bahwa semakin lama anak menonton televisi, semakin meningkatkan keinginan untuk mengkonsumsi makanan kecil (snack) yang diiringi berkurangnya aktivitas fisik. Hal inilah akhirnya menyebabkan terjadinya obesitas.


(37)

Bab VI

Kesimpulan Dan Saran

6.1 Kesimpulan

1. Intensitas menonton televisi pada anak di SD Harapan Medan terlalu jauh perbedaannya antara kategori ringan (< 14 jam/minggu) yaitu 24% dan kategori berat (> 17 jam/minggu) sebanyak 60%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari 100 orang anak Sekolah Dasar tersebut, sebahagian anak intensitas menontonnya cenderung ke arah ideal ( rata-rata 2 jam/hari) dan ada yang melebihi ideal.

2. Kegiatan ngemil anak saat menonton televisi, sebahagian besar berada pada kategori selalu mengkonsumsi snack yaitu 75%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa cukup tinggi keinginan anak untuk mengkonsumsi snack saat menonton televisi. Terdapat juga jumlah yang cukup yang tidak begitu besar anak membeli makanan di luar rumah dalam frekuensi yang tinggi (> 3 kali) yaitu 2%. Dapat disimpulkan, bahwa keinginan anak untuk membeli makanan di luar rumah cukup tinggi, hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh iklan makanan yang ada di televisi.

3. Terdapat hubungan yang bermakna antara intensitas menonton televisi dengan kegiatan ngemil pada anak di SD Harapan Medan dengan p = 0,042 (p < 0,05).


(38)

6.2 Saran

1. Kepada pihak sekolah, harus melakukan kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) agar meningkatkan penyuluhan kepada siswa terutama mengenai gizi seimbang, sehingga pengetahuannya tentang makanan yang dianjurkan lebih baik dan dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Kepada orang tua, diharapkan agar lebih meningkatkan perhatian kepada anak-anak, salah satunya tentang pengaturan jadwal menonton televisi. Hal ini disebabkan media televisi saat ini menyajikan acara-acara menarik, seperti fim kartun dan iklan makanan, sehingga dapat meningkatkan intensitas menonton dari anak-anak.

3. Kepada siswa, diharapkan agar lebih dapat mengatur waktu antara menonton televisi dengan kegiatan lainnya, seperti olahraga, kursus dan mengerjakan pekerjaan rumah. Di samping itu dianjurkan agar mengganti kebiasaan mengkonsumsi snack yang berenergi dan berlemak tinggi dengan makanan yang mengandung energi rendah seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. 4. Bagi pengelola televisi, jasa periklanan dan produsen makanan diharapkan

dalam mengelola periklanannya agar lebih selektif dan sebaiknya jangan hanya mempertimbangkan rasa makanan saja, tetapi kalau dapat nilai gizi yang terkandung di dalam makanan tersebut perlu diperhatikan.


(39)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Penyebab Obesitas

Obesitas adalah peningkatan lemak tubuh yang berlebihan.Obesitas disebabkan adanya keseimbangan energi positif, sebagai akibat ketidakseimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Obesitas merupakan penyakit multifaktorial yang diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktivitas fisik,gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional yaitu perilaku makan dan pemberian makanan padat terlalu dini pada bayi (Nugraha, 2009).

Menurut Solihin Pujiadi “obesitas merupakan keadaan patologik dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh.”

Definisi obesitas dikaitkan dengan adanya ketidakseimbangan antar porsi badan, dimana berat badan melebihi ukuran persentase tertentu (Hartadi, C, dkk, 1988).

Dari sudut ilmu gizi, definisi obesitas yang baik adalah bila tercakup pengertian terjadinya penimbunan trigliserida yang berlebihan dan terdapat di seluruh tubuh (Rahmat, 1981).

Menurut Ruslan Djamil, “obesitas adalah kelebihan lemak badan”. Selain itu obesitas dapat disebabkan karena ketidakseimbangan energi, yaitu pemasukan energi yang lebih besar dari yang dibutuhkan tubuh.


(40)

Dari beberapa pengertian obesitas di atas dapat diambil suatu kesimpulan, bahwa obesitas merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh adanya penimbunan lemak yang berlebihan dalam jaringan lemak di bawah kulit dan dalam organ tubuh.

2.1.1 Faktor genetik

Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan besar.Bila kedua orang tua obesitas, 80% anaknya menjadi obesitas.Bila salah satu orang tua obesitas, kejadian obesitas menjadi 40% dan bila kedua orang tua tidak obesitas, prevalensi menjadi 14% (Mustofa, 2010).

2.1.2 Faktor lingkungan a. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan energi, sehingga apabila aktivitas fisik rendah maka kemungkinan terjadinya obesitas akan meningkat. Misalnya pada anak seperti berkurangnya lapangan tempat bermain serta tersedianya hiburan dalam bentuk game elektonik atau playstation dan tontonan televise (Nugraha, 2009). Kurangnya aktivitas fisik inilah yang menjadi penyebab obesitas karena kurangnya pembakaran lemak dan sedikitnya energi yang dipergunakan (Mustofa, 2010).

b. Gaya hidup

Kecenderungan anak-anak sekarang suka makan “fast food” yang berkalori tinggi seperti hamburger, pizza, ayam goring dengan kentang goring, es krim, aneka macam mie dan lain-lain (Soetjiningsih, 1995).


(41)

c. Sosial ekonomi

Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi (Syarif, 2003).

d. Nutrisi

Peranan faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan dimana jumlah lemak tubuh dan pertumbuhan bayi dipengaruhi berat badan ibu.Kenaikan berat badan dan lemak anak dipengaruhi oleh waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi kalori dari karbohidrat dan lemak (Syarif, 2003).

Terjadinya obesitas merupakan dampak dari terjadinya kelebihan asupan energy (energy intake) dibandingkan dengan yang diperlukan (energyexpenditure) oleh tubuh sehingga kelebihan asupan energi disimpan dalam bentuk lemak (Nugraha, 2009).

Makanan merupakan sumber dari asupan energi. Di dalam makanan yang akan diubah menjadi energii adalah karbohidrat, protein dan lemak. Apabila asupan karbohidrat, protein dan lemak berlebih, maka karbohidrat akan disimpan sebagai glikogen dalam jumlah terbatas dan sisanya lemak, protein akan dibentuk sebagai protein tubuh dan sisanya lemak, sedangkan lemak akan disimpan sebagai lemak. Tubuh memiliki kemampuan menyimpan lemak tidak terbatas (Nugraha, 2009). Faktor-faktor yang berpengaruh dari asupan makanan yang menyebabkan obesitas adalah kuantitas, porsi sekali makan, kepadatan energi dari makanan yang dimakan, kebiasaan makan (Nugraha, 2009).

Regulasi dan metabolism di dalam tubuh terdiri dari dua faktor yaitu controller (otak) dan controlled system/nutrient partitioning yaitu organ lain di luar otak yang berperan dalam menggunakan dan menyimpan energi seperti saluran cerna, liver, otot, ginjal dan jaringan adiposa (Nugraha, 2009)

Otak akan menerima sinyal (input) dari lingkungan ataupun dari dalam tubuh sendiri dalam bentuk menghambat atau mengaktivasi motor sistem dan memodulasi system saraf dan hormonal untuk mencari atau menjauhi makanan. Hasil (output) dari sinyal


(42)

yang diterima oleh otak akan mempengaruhi pemilihan jenis makanan, porsi makan, lama makan, absorpsi serta metabolism zat gizi di dalam tubuh. Zat gizi tertentu yang secara khusus berpengaruh terhadap otak untuk meningkatkan asupan makanan adalah zat lemak (Nugraha, 2009)

Sinyal neural dan humoral yang mempengaruhi otak diantaranya berasal dari saluran cerna. Saluran cerna diketahui mengeluarkan beberapa peptide yang mempengaruhi asupan makanan diantaranya adalah kolesistokinin, gastrin-releasing peptide, oksintomodulin, neuromedin B dan neuropeptida YY3-36 yang akan mengurangi asupan makanan. Terdapat pula hormom-hormon yang mempengaruhi asupan makanan melalui rangsangan ke otak baik meningkatkan ataupun menurunkan yaitu norepinefrin, serotonin, dopaminin dan histamine. Diantaranya histamin, apabila sekresi histamine berkurang, maka asupan makanan akan meningkat (Nugraha, 2009).

Peptida lain adalah leptin. Leptin terutama disekresi oleh sel adiposa meskipun juga dapat dihasilkan oleh plasenta dan gaster. Leptin akan bekerja pada reseptor leptin di otak yang akan menghambat produksi peptide neuropeptida Y (NPY) dan peptide agouti-related (AGRP) yang merupakan peptin yang poten untuk merangsang makanan. Gangguan pada produksi leptin atau reseptornya akan mengakibatkan keinginan makan yang berlebihan (Nugraha, 2009).

Orang gemuk dapat menjadi resisten terhadap insulin, menyebabkan penambahan insulin dalam sirkulasi.Insulin mengurangi lipolisis dan menambah sintesis dan ambilan lemak (Barness dan Curran, 1999).

2.2 Prevalensi Obesitas

Obesitas telah menjadi pandemi global di seluruh dunia dan dinyatakan oleh World HealthOrganization (WHO) sebagai masalah kesehatan kronis terbesar pada orang dewasa (Soegih, 2009).Pada tahun 1998 WHO menyatakan bahwa obesitas merupakan penyebab kematian kedua didunia setelah merokok (Mustofa,


(43)

2010). Obesitas kini bukan lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang lazim ditemukan di negara-negara maju tapi telah merambah ke negara-negara berkembang (Arisman, 2010).

Di Amerika Serikat lebih dari 50% orang dewasa menderita berat badan lebih dan obesitas (Soegih, 2009). Sedangkan, prevalensi obesitas pada anak di New York sebesar 17,8-19,9% (Melnik et al, 1998 dalam Arisman 2010). Prevalensi obesitas pada anak dan remaja usia 6-18 tahun di Bangkok sebesar 14,3% (Suttapreyasri et al, 1990 dalam Arisman 2010).

Prevalensi nasional anak usia sekolah (6-14 tahun) gemuk laki-laki adalah 9,5% sedangkan prevalensi nasional anak usia sekolah (6-14 tahun) gemuk perempuan adalah 6,4%. Sebanyak 16 provinsi mempunyai prevalensi anak usia sekolah gemuk laki-laki di atas prevalensi normal yaitu Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jambi, Papua, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Riau, dan Maluku Utara. Sedangkan prevalensi anak usia sekolah perempuan di atas prevalensi normal sebanyak 17 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengngkulu, Lampung, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jaa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Maluku dan Papua (Riskesdas, 2007)

Di Indonesia khususnya di Jakarta, prevalensi obesitas pada anak usia 2-5 tahun sebesar 16,1% (Droomers et al, 1995). Penelitian yang dilakukan Soegih dkk (2004) pada 6318 orang pengunjung suatu laboratorium dari berbagai daerah, pekerjaan dan kelompok umur (20 sampai dengan 55 tahun) diperoleh hasil 48,97% pria dan 40,65% wanita mengalami obesitas (Nugraha, 2009).

Penelitian epidemiologi yang dilakukan di daerah sub urban di daerah Koja, Jakarta Utara pada tahun 1982, didapatkan prevalensi obesitas sebesar 4,2%, di daerah Kayu Putih, Jakarta Pusat, yaitu pada tahun 1992, prevalensi obesitas mencapai 17,1% dimana pada laki-laki sebesar 10,9% dan pada perempuan sebesar 24,1%. Pada penelitian epidemiologi di daerah Abadijaya, Depok pada tahun 2001 didapatkan


(44)

48,6%, pada tahun 2002 didapat 45% dan tahun 2003 didapat 44% orang dengan berat badan lebih dan obes (Sugondo, 2007)

Bappenas (2004), mengemukakan bahwa dari 4.747 orang siswa/siswi SLTP Yogyakarta dan 2% di Kabupaten Bantul mengalami obesitas.

Hasil penelitian Ariani dan Sembiring (2007) di beberapa sekolah dasar di kota Medan, menunjukkan 17,75% siswa-siswi sekolah dasar mengalami obesitas.

2.3 Diagnosis obesitas pada anak

Untuk menentukan obesitas pada anak diperlukan kriteria berdasarkan pengukuran antropometri, pada umumnya digunakan:

a. Pengukuran berat badan (BB) dan hasilnya dibandingkan dengan standar. Disebut obesitas bila BB > 120% BB standar, sedangkan disebut overweight bila BB antara 110-120% (Taitz, 1991 dalam Hidayati et al, 2006)

b. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan petunjuk dasar untuk memantaustatus gizi, baik yang kekurangan berat badan maupun yang kelebihan berat badan. Pengukuran IMT yaitu berat badan dibagi tinggi badan kwadrat (dalam kilogram per meter persegi). Dikatakan obesitas bila BB/TB2> persentile ke 95 atau > 120% atau Z-score = + 2 SD. Dikatakan overweight jika IMT ≥ persentile 85 (Barness dan Curran, 1999).


(45)

Kategori IMT berdasarkan umur dan jenis kelamin menurut United State Department of Health and Human Service Tahun 2000, adalah :

Tabel 2.1. Kategori IMT menurut

Kategori status gizi

umur dan jenis kelmian

IMT Gizi kurang

Gizi normal Gizi lebih Obesitas

< 5 persentile 5-84 persentile 85-94 persentile 95 persentile

Sumber :United State Department of Health and Human Service Tahun 2000 c. Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness (tebal lipatan

kulit/TLK). Sebagai indikator obesitas bila TLK Triceps > persentil ke 85 (Suandi, 2010)

2.4 Komplikasi

2.4.1 Terhadap kesehatan

Obesitas ringan sampai sedang, morbiditasnya kecil pada masa anak-anak. Tetapi bila obesitas masih terjadi setelah masa dewasa, maka morbiditas dan mortalitasnya akan meningkat (Soetjiningsih, 1995)

2.4.2 Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskular

Faktor risiko ini meliputi peningkatan kadar insulin, trigliserida, LDL (lowdensity lipoprotein) kolesterol, dan tekanan darah sistolik serta penurunan kadar HDL (high density lipoprotein) kolesterol (Soetjiningsih, 2010). IMT mempunyai hubungan yang kuat dengan kadar insulin. Anak dengan IMT > persentile ke 99, 40% diantaranya mempunyai kadar insulin tinggi, 15% mempunyai kadar HDL-kolesterol yang rendah dan 33% dengan kadar trigliserida tinggi (Freedman, 2004). Anak obesitas cenderung


(46)

mengalami peningkatan tekanan darah dan denyut jantung, sekitar 20-30% menderita hipertensi (Syarif, 2003).

2.4.3 Saluran Pernafasan

Pada bayi, obesitas merupakan risiko terjadinya saluran pernafasan bagian bawah, karena terbatasnya kapasitas paru-paru.Adanya hipertrofi dan adenoid mengakibatkan obstruksi saluran nafas bagian atas, sehingga mengakibatkan anoksia dan saturasi oksigen rendah, disebut sindrom Chubby Puffer. Obstruksi ini dapat mengakibatkan gangguan tidur, gejala-gejala jantung dan kadar oksigen dalam darah yang abnormal serta nafas yang pendek (Soetjiningsih, 1995).

2.4.4 Diabetes Mellitus tipe-2

Diabetes Mellitus tipe-2 jarang ditemukan pada anak obesitas (Syarif, 2003).Prevalensi penurunan uji toleransi glukosa pada anak obesitas adalah 25% sedangkan Diabetes Mellitus tipe-2 hanya 4%.Hampir semua anak obesitas dengan Diabetes Mellitus tipe-2 mempunyai IMT > + 3SD atau > persentile ke 99 (Bluher et al, 2004).

2.4.5 Obstruktif Sleep Apnea

Sering dijumpai pada anak obesitas dengan kejadian 1/100 dengan gejala mengorok (Syarif, 2003).Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak didaerah dinding dada dan perut yang mengganggu pergerakan dinding dada dan diafragma, sehingga terjadi penurunan volume dan perubahan pola ventilasi paru serta meningkatkan beban kerja otot pernafasan. Pada saat tidur terjadi penurunan tonus otot dinding dada yang disertai penurunan saturasi oksigen dan peningkatan kadar CO2, serta penurunan tonus otot yang mengatur pergerakan lidah yang menyebabkan lidah jatuh ke arah dinding belakang faring yang mengakibatkan obstruksi saluran nafas intermiten dan menyebabkan tidur gelisah, sehingga keesokan harinya anak cenderung mengantuk dan hipoventilasi. Gejala ini berkurang seiring dengan penurunan berat badan (Kopelman, 2000 dalam Hidayati et al 2006).


(47)

2.5 Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan obesitas pada anak adalah menghambat laju kenaikan berat badan yang pesat dan tidak boleh diet terlalu ketat.Sehingga pengaturan dietnya harus dipertimbangkan bahwa anak masih dalam masa pertumbuhan sesuai tingkat usianya (Soetjiningsih, 1995).

Mengingat penyebab obesitas bersifat multifaktor, maka penatalaksanaan obesitas seharusnya dilaksanakan secara multidisiplin dengan mengikut sertakan keluarga dalam proses terapi obesitas. Prinsip dari tatalaksana obesitas adalah mengurangi asupan energi serta meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan diet dan peningkatan aktivitas fisik(Syarif, 2003).

a. Pengaturan diet

Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan Recommended Dietary Allowance(RDA), hal ini karena anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan (Syarif, 2003). Intervensi diet harus disesuaikan dengan usia anak, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta. Pada obesitas sedang dan tanpa penyakit penyerta, diberikan diet seimbang rendah kalori dengan pengurangan asupan kalori sebesar 30%. Sedang pada obesitas berat (IMT > 97 persentile) dan yang disertai penyakit penyerta, diberikan diet dengan kalori sangat rendah (very lowcalorie diet) (Kiess et al, 2004).

Dalam pengaturan diet ini perlu diperhatikan tentang

• Menurunkan berat badan dengan tetap mempertahankan pertumbuhan normal

• Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 20-30% dengan lemak

jenuh < 10% dan protein 15-20% energi total serta kolesterol < 300 mg per hari (Syarif, 2003)

b. Pengaturan aktivitas fisik

Peningkatan aktivitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju metabolisme.Latihan fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan fisik dan umurnya.Aktivitas fisik untuk anak usia 6-12 tahun lebih tepat yang


(48)

menggunakan keterampilan otot, seperti bersepeda, berenang, menari dan senam. Dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik selama 20-30 menit per hari (Syarif, 2003).

c. Peran serta orang tua, anggota keluarga, teman dan guru

Orang tua menyediakan diet yang seimbang, rendah kalori dan sesuai petunjuk ahli gizi.Anggota keluarga, guru dan teman ikut berpartisipasi dalam program diet, mengubah perilaku makan dan aktifitas yang mendukung program diet (Kiess et al., 2004 dalam Hidayati et al, 2006)

2.6 Pencegahan

Pencegahan obesitas pada saat remaja penting diantisipasi sejak bayi.Untuk mencegah obesitas pada masa bayi tersebut, perlu diperhatikan hal-hal dibawah ini: a. Setiap bayi dianjurkan untuk diberi ASI saja paling sedikit sampai 4-6 bulan b. Pemberian makanan padat mulai diberikan sekitar 4-6 bulan

c. Penyuluhan tentang kebutuhan diet bayi, percepatan pertumbuhan bayi

d. Biasakan mengukur BB dan TB secara rutin sekali dalam sebulan (menggunakan KMS)

e. Evaluasi kualitas pengasuhan anak, menganjurkan/membiarkan anak bergerak bebas, aktifitas fisik merupakan faktor pencegahan obesitas (Suandi, 2010)


(49)

2.7 Media Televisi

Media adalah semua alat, bahan atau apapun yang digunakan untuk menyampaikan pesan dengan maksud lebih memperjelas pesan-pesan tersebut. Klasifikasi media terdiri atas visual aids, audia aids dan audia visual aids. Media visual aids seperti papan tulis, poster, leafletdan model. Media audio aids seperti radio dan yang termasuk media audio visual seperti televisi dan sound slides ( Sulaiman, A.H, 1988).

Kemajuan dalam menggunakan media atau alat peraga meningkat seiring dengan perkembangan teknologi dan era globalisasi. Begitu juga dengan penggunaan media Audio Visual Ava(AVA) seperti televisi sebagai salah satu alat bantu yang memberikan informasi dan pesan dalam bentuk gambar dan suara. Informasi yang diberikan lebih nyata daripada yang dapat disampaikan dengan kata-kata yang diucapkan, dicetak atau ditulis.

Oleh karena itu media AVA membuat suatu pengertian menjadi lebih berati. Media AVA juga dapat mendorong keinginan untuk mengetahui lebih banyak terhadap sesuatu yang diperlukan (Suleiman, A,H.,1988).

Televisi pada dasarnya merupakan sumber informasi yang sangat penting bagi anak-anak, baik sebagai sumber informasi untuk hal-hal yang baik dan cocok maupun hal-hal yang kurang cocok bagi anak-anak sesuai mereka (Sobur, A, 1991).

Sekarang ini televisi bukan lagi merupakan benda asing bagi anak. Hampir tiap rumah memiliki televisi dan hampir tiap hari pula anak-anak menontonnya. Sehingga menonton televisi adalah kegiatan nomor satu bagi anak-anak selama jam-jam antara pulang sekolah dan makan malam (Sobur, A, 1991).


(50)

2.8 Beberapa Penelitian yang Berkaitan dengan Pengaruh Televisi 2.8.1 Intensitas menonton televisi

Newsweek pada tahun 1992 mengungkapkan bahwa 49 % dari orang-orang yang disurvei menganggap televisi sebagai pemberi pengaruh terbesar pada anak- anak karena mereka lebih banyak meluangkan waktu untuk menonton televisi daripada melakukan kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas fisik. (Chen, M, 1996). Antara tahun 1986- 1990 peneliti Harvard School of Public Health di Boston, Massachussetts meneliti hubungan antara menonotn televisi dengan obesitas pada 746 anak-anak. Rata-rata anak yang berumur 11 tahun menghabiskan waktu 48 jam sehari untuk menonton televisi.

Hasil survei atas 1.200 anak oleh Yankelovich Youth tahun 1993 menunjukkan bahwa anak menhabiskan waktu untuk menonton televisi dalam mengisi kegiatan mereka (Laksono. N, 1997).

Ahli Pediatrik Universitas Tufts, Dr. William Diets Jr dan Dr.Steven Gortmaker dari Harvard School of Public Health mempelajari kesehatan dan kebiasaan menonton televisi pada 1.500 anak Amerika. Penemuan mereka menegaskan terlalu banyak menonton televisi menyisakan hanya sedikit waktu untuk kegiatan fisik. Setiap jam yang dilewatkan seorang anak untuk menonton televisi bertambah pula resiko untuk menjadi obesitas (Yahya, L.R.S, 1999).

Pada saat ini intensitas anak sekolah menonton televisi menunjukkan peningkatan dari batas ideal, seharusnya anak menonton televisi 2 jam/hari (Pujilestari, P, dkk, 1996).

2.8.2 Pengaruh Iklan Makanan terhadap Pengetahuan Anak

Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dalam pemilihan makanan antara lain karena menyukai rasa, tektur, bau dan penampilan makanan. Pemilihan makanan tersebut disebabkan juga karena tertarik terhadap iklan makanan dalama majalah atau televisi (Suharjo, dkk, 1997).


(51)

Iklan televisi akan menambah pengetahuan anak sehingga berpengaruh terhadap kebiasaan makan anak. Anak cenderung memilin makanan yang pernah dilihatnya di televisi yang pada umumnya banyak mengandung energi dan lemak tinggi. Hal ini akan berakibat buruk pada anak karena energi yang masuk akan disimpan dalm bentuk lemak. Penumpukan lemak dalam tubuh nantinya akan menyebabkan kelebihan berat badan pada anak (Pujilestari, P,dkk, 1996).

2.8.3 Kegiatan Anak Saat Menonton Televisi

Kegiatan yang dilakukan anak saat menonton televisi adalah cenderung memkan makanan kecil(Snack) seperti permen, kue-kue yang gurih dan manis serta es krim. Biasanya makanan yang dimakan untuk snack mengandung energi dan lemak tinggi berupa makanan basah (seperti roti, bolu) dan makanan ringan seperti kacang-kacangan. (Pujilestari, P,dkk, 1996).


(52)

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1LATAR BELAKANG

Obesitas atau kegemukan secara umum didefinisikan sebagai peningkatan berat badan yang disebabkan oleh peningkatan lemak tubuh secara berlebihan.Obesitas pada anak merupakan suatu penyakit yang mudah didiagnosis tetapi sulit untuk ditangani.Asupan energi tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan sumber energy dan lemak tinggi,sedangkan pengeluaran energi yang rendah disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan sedentary life style.

Kegemukan atau obesitas telah menjadi masalah kesehatan global di dunia.Masalah kesehatan ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju tetapi juga di negara berkembang. Sebanyak 10% dari anak usia sekolah di dunia diperkirakan memiliki kelebihan lemak tubuh, dengan peningkatan risiko mengalami penyakit kronis (Lobstein et al., 2004).

Hasil RISKESDAS tahun 2010 menunjukkan prevalensi kegemukan dan obesitas pada anak sekolah(6-12 tahun) sebesar 9,2%.Sebelas provinsi seperti D.I. Aceh (11,6%), Sumatera Utara (10,5%) ,Sumatera Selatan (11,4),Ria (10,9%), Lampung(11,6%), Kepulauan Riau(9,7%), DKI Jakarta(12,8%),Jawa Tengah(10,9%) Jawa Timur (12,4%), Sulawesi Tenggara (14,7%), Papua Barat (14,4%) berada di atas prevalansi nasional.

Hasil penelitian di beberapa kota menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan prevalensi kegemukan dan obesitas. Hasil penelitian di Yogyakarta (M. Julia,et al, 2008) menunjukkan adanya peningkatan prevalensi hampir dua kali lipat dalam waktu lima tahun. Prevalensi kegemukan dan obesitas pada anak sekolah di Yogyakarta pada tahun 1999 sebesar 8,0%, meningkat menjadi 12,3% pada tahun 2004.

Pola makan yang merupakan pencetus terjadinya kegemukan dan obesitas adalah mengkonsumsi makanan porsi besar (melebihi dari kebutuhan), makanan tinggi energy, tinggi lemak, tinggi karbohidrat sederhana dan rendah serat.Sedangkan


(53)

perilaku makan yang salah adalah tindakan memilih makanan berupa junk food, makanan dalam kemasan dan minuman ringan (soft drink).

Selain itu, menonton TV juga dikaitkan dengan meningkatnya konsumsi makanan dan asupan lemak.AmericanAcademy of Pediatrics (2001) merekomendasikan untuk tidak lebih dari 1 hingga 2 jam per hari menonton televisi sebagai upaya meminimalkan dampak negative dari paparan televisi terhadap kesehatan.Pola menonton TV seperti lamanya seorang anak menonton TV dalam sehari dapat dipengaruhi oleh ada tidaknya TV yang diperuntukkan bagi anak. Adanya TV set di dalam kamar tidur anak berhubungan dengan waktu menonton TV yang lebih lama dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki TV dalam kamar tidurnya (Dennison et al., 2002). Selain itu, pengaruh orang tua seperti peraturan yang diberikan dalam menonton TV juga dapat mempengaruhi lamanya seorang anak menonton TV (Salmon et al., 2005)

Panjangnya durasi menonton TV akan meningkatkan risiko obesitas pada anak. Disamping semakin berkurangnya waktu untuk beraktivitas fisik, durasi menonton TV yang semakin panjang akan meningkatkan keterpaparan anak pada iklan makanan di televisi yang dapat mempengaruhi pola makannya. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Gantz et al. (2007) dan Batada et al. (2008) di Amerika Serikat yang menemukan bahwa sekitar 50% dari waktu untuk iklan yang ditampilkan pada program anak merupakan iklan makanan.

Berdasarkan uraian di atas serta mengingat bahwa intensitas menonton televise pada anak semakin meningkat, iklan makanan pada televisi yang sangat menarik, sehingga meningkatkan kegiatan anak untuk mengkomsumsi makanan kecil (snack) serta prevalensi obesitas pada anak dari tahun ke tahun semakin meningkat maka penuis

ingin meneliti “ Hubungan aktivitas menonton televisi dengan kegiatan mengemil pada anak obesitas di Sekolah Dasar Harapan Medan”


(54)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah bahwa anak lebih senang menonton televisi dari pada melakukan aktivitas fisik dan juga iklan makanan yang ditampilkan di TV yang sangat menarik, sehingga akan mempengaruhi kebiasaan makan anak yang cenderung pada makanan yang tinggi energi, maka perumusan

masalah pada peneliti ini adalah “ Bagaimana hubungan aktivitas menonton televisi

dengan kegiatan mengemil pada anak obesitas di sekolah dasar”

1.3. TUJUAN Umum

 Untuk mengetahui apakah adanya hubungan menonton televisi dengan kegiatan mengemil pada anak obesitas di Sekolah Dasar Harapan Medan. Khusus

 Untuk mengetahui intensitas menonton televisi pada anak Sekolah Dasar Harapan Medan

 Untuk mengetahui lamanya durasi anak Sekolah Dasar Harapan Medan menonton televisi.

 Untuk mengetahui pola makan anak Sekolah Dasar Harapan Medan

 Untuk mengetahui kegiatan apa selain menonton televisi yang meningkatkan pola makan si anak.

 Untuk mengetahui distribusi proporsi anak obesitas berdasarkan usia, lama menonton televisi dan jumlah jam menonton televisi dalam sehari.


(55)

1.4 Manfaat penelitian

 Menambah referensi dan bahan kajian fakultas dalam bidang ilmu penyakit dalam dan gizi, mengenai obesitas pada anak.

 Diharapkan hasil penelitian dapat meningkatkan informasi tentang obesitas sehingga dapat diminimalkan dengan metode yang efektif dan efisien.

 Dapat memberikan pengalaman, pengetahuan dan informasi yang sangat berharga bagi peneliti untuk dapat berguna dalam melaksanakan tugas nantinya.

 Diharapkan dapat memberi masukan pada institusi pendidikan tentang obesitas pada anak sehingga informasi ini dapat digunakan untuk menyusun langkah-langkah strategi dalam mencegah terjadinya obesitas yang diakibatkan oleh kelamaan menonton televise sambil mengemil yang memperhatikan dampak pada kesehatan.


(56)

ABSTRAK

Kemajuan dalam pertelevisian terutama dengan berkembangnya beberapa stasiun televisi akan berpengaruh kepada intensitas menonton dan berkurangnya aktivitas fisik anak serta energi yang dikeluarkan sedikit. Hal ini cenderung akan menyebabkan terjadinya kenaikan berat badan dan berlanjut menjadi obesitas. Untuk itu diadakan penelitian tentang hubungan menonton televisi dengan kegiatan mengemil pada anak obesitas di SD Harapan Medan.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara aktivitas menonton televisi dengan kegiatan mengemil pada anak obesitas di SD Harapan Medan. Aktivitas menonton televisi diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner dan obesitas diukur dengan BMI. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 100 orang dan analisa data dilakukan dengan menggunakan uji independensi Chi-Square.

Dari hasil penelitian diperoleh, intensitas menonton televisi anak dengan kategori ringan yaitu 16% jauh berbeda dengan kategori berat yaitu 60%. Kegiatan ngemil, sebahagian besar berada pada kategori selalu mengkonsumsi snack yaitu 66%. Kegiatan membeli makanan di luar rumah, persentase yang tinggi pada frekuensi < 2 kali yaitu 73%. Setelah dianalisa dengan statistik, maka didapatkan hubungan yang bermakna antara aktivitas menonton televisi dengan kegiatan mengemil pada anak obesitas di SD Harapan Medan.

Berdasarkan hal di atas, disarankan kepada anak didik agar mengatur waktu menonton televisi dan mengubah kebiasaan ngemil dengan makanan yang lebih baik. Kepada guru, dianjurkan meningkatkan penyuluhan gizi seimbang pada anak didik dalam program UKS, serta orang tua disarankan untuk meningkatkan perhatian dalam hal pengaturan waktu dan makanan bagi anak, sedangkan bagi pegelola TV agar lebih selektif dalam menayangkan iklannya, termasuk iklan makanan.


(57)

Abstract

Advances in television, especially with the development of several television stations will affect the intensity of watching and reduced physical activity of children and little energy expended. This is likely to lead to weight gain and continue to be obesity. For that, a research had been conducted in the relationship of watching television and snacking activity of obesity children in SD Harapan Medan.

The aim of this study was to determine the relationship between the activity of watching television with the snacking activity in obesity children in SD Harapan Medan. Activity watching television and snacking activity interview obtained by using questionnaires while the obesity measured by BMI. The number of samples in this study were 100 people and data analysis performed by using Chi-square a test of independence. From the results obtained, the intensity of watching television a child with mild category is 16% far different from the severe category which is 60%. Snacking activities, mostly in the category always snacking which is 66%. Buying food outside the home, the high percentage at a frequency <2 times, namely 73%. Having analyzed by statistically, there is a significant association between watching television activity with snacking activity in obesity children in SD Harapan Medan Based on the above, it is recommended to students to set the time watching television and changing snacking habits with better food. Teachers are recommended by increasing the balanced nutrition counseling to students in the UKS program, and parents are advised to increase attention in terms of timing and food for children, while for TV programmer be more selective in their advertising displays, including the food advertising.


(58)

HUBUNGAN MENONTON TELEVISI DENGAN KEGIATAN MENGEMIL PADA ANAK OBESITAS DI SEKOLAH DASAR HARAPAN MEDAN

OLEH:

SHIVA SHANKER A/L MATHAVEN 120100519

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(59)

HUBUNGAN MENONTON TELEVISI DENGAN KEGIATAN MENGEMIL PADA ANAK OBESITAS DI SEKOLAH DASAR HARAPAN MEDAN

Karya Tulsan Ilmiah ni sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

OLEH:

SHIVA SHANKER A/L MATHAVEN 120100519

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(60)

(61)

ABSTRAK

Kemajuan dalam pertelevisian terutama dengan berkembangnya beberapa stasiun televisi akan berpengaruh kepada intensitas menonton dan berkurangnya aktivitas fisik anak serta energi yang dikeluarkan sedikit. Hal ini cenderung akan menyebabkan terjadinya kenaikan berat badan dan berlanjut menjadi obesitas. Untuk itu diadakan penelitian tentang hubungan menonton televisi dengan kegiatan mengemil pada anak obesitas di SD Harapan Medan.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara aktivitas menonton televisi dengan kegiatan mengemil pada anak obesitas di SD Harapan Medan. Aktivitas menonton televisi diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner dan obesitas diukur dengan BMI. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 100 orang dan analisa data dilakukan dengan menggunakan uji independensi Chi-Square.

Dari hasil penelitian diperoleh, intensitas menonton televisi anak dengan kategori ringan yaitu 16% jauh berbeda dengan kategori berat yaitu 60%. Kegiatan ngemil, sebahagian besar berada pada kategori selalu mengkonsumsi snack yaitu 66%. Kegiatan membeli makanan di luar rumah, persentase yang tinggi pada frekuensi < 2 kali yaitu 73%. Setelah dianalisa dengan statistik, maka didapatkan hubungan yang bermakna antara aktivitas menonton televisi dengan kegiatan mengemil pada anak obesitas di SD Harapan Medan.

Berdasarkan hal di atas, disarankan kepada anak didik agar mengatur waktu menonton televisi dan mengubah kebiasaan ngemil dengan makanan yang lebih baik. Kepada guru, dianjurkan meningkatkan penyuluhan gizi seimbang pada anak didik dalam program UKS, serta orang tua disarankan untuk meningkatkan perhatian dalam hal pengaturan waktu dan makanan bagi anak, sedangkan bagi pegelola TV agar lebih selektif dalam menayangkan iklannya, termasuk iklan makanan.


(62)

Abstract

Advances in television, especially with the development of several television stations will affect the intensity of watching and reduced physical activity of children and little energy expended. This is likely to lead to weight gain and continue to be obesity. For that, a research had been conducted in the relationship of watching television and snacking activity of obesity children in SD Harapan Medan.

The aim of this study was to determine the relationship between the activity of watching television with the snacking activity in obesity children in SD Harapan Medan. Activity watching television and snacking activity interview obtained by using questionnaires while the obesity measured by BMI. The number of samples in this study were 100 people and data analysis performed by using Chi-square a test of independence. From the results obtained, the intensity of watching television a child with mild category is 16% far different from the severe category which is 60%. Snacking activities, mostly in the category always snacking which is 66%. Buying food outside the home, the high percentage at a frequency <2 times, namely 73%. Having analyzed by statistically, there is a significant association between watching television activity with snacking activity in obesity children in SD Harapan Medan Based on the above, it is recommended to students to set the time watching television and changing snacking habits with better food. Teachers are recommended by increasing the balanced nutrition counseling to students in the UKS program, and parents are advised to increase attention in terms of timing and food for children, while for TV programmer be more selective in their advertising displays, including the food advertising.


(63)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN... i

ABSTRAK... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR TABEL...vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 3

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.4. Manfaat Penelitian... 4

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Definisi dan Penyebab Obesitas... 5

2.1.1 Faktor genetik... 6

2.1.2 Faktor lingkungan... 6

2.2 Prevalensi Obesitas... 8

2.3 Diagnosis obesitas pada anak... 10

2.4 Komplikasi... 11

2.4.1 Terhadap kesehatan... 11

2.4.2 Faktor Resiko Penyakit Kardiovaskular... 11

2.4.3 Saluran Pernafasan... 12

2.4.4 Diabetes Mellitus tipe-2... 12


(64)

2.5 Penatalaksanaan... 13

2.6 Pencegahan... 14

2.7 Media Televisi... 15

2.8 Beberapa Penelitian yang Berkaitan dengan Pengaruh Televisi... 16

2.8.1Intensitas menonton televisi... 16

2.8.2 Pengaruh Iklan Makanan terhadap Pengetahuan Anak... 17

Bab 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka konsep... 18

3.2 Definisi operasional... 18

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian... 20

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 20

4.3 Populasi dan Sampel... 20

4.3.1 Populasi... 20

4.3.2 Sampel... 20

4.4 Tekhnik Pengumpulan Data... 22

4.5 Tekhnik Pengolahan dan Analisis Data... 22

4.5.1 Pengolahan data... 22

4.5.2 Analisa data... 23

Bab 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian ... 24


(65)

5.1.1 Gambaran Umum Sekolah... 24

5.1.2 Gambaran Umum Responden... 24

5.1.2.1 Jenis Kelamin... 24

5.1.2.2 Umur... 25

5.1.2.3 Tingkat Obesitas... 25

5.1.3 Aktivitas Menonton Televisi... 26

5.1.3.1 Intensitas Menonton Televisi... 26

5.1.3.2 Kegiatan Ngemil... 27

5.1.6 Hubungan Antara Dua Variabel... 29

5.1.6.1 Hubungan Intensitas Menonton Televisi dengan Kegiatan Ngemil... 29

5.2 Pembahasan... 30

5.2.1 Aktivitas Menonton Televisi... 30

5.2.1.1 Intensitas menonton Televisi... 30

5.2.1.2 Kegiatan Ngemil... 31

5.2.4 Hubungan Antara Dua Variabel... 32

5.2.4.1 Hubungan Intensitas Menonton Televisi dengan kegiatan Ngemil.... 32

Bab 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan... 33

6.2 Saran... 34

Daftar Pustaka... 35 Lampiran


(66)

Daftar Gambar


(67)

Daftar Tabel

Tabel 2.1 ... 13

Tabel 3.2... 20

Tabel 5.1.1... 24

Tabel 5.1.2... 25

Tabel 5.1.3... 25

Tabel 5.1.4... 26

Tabel 5.1.5... 27

Tabel 5.1.6... 27

Tabel 5.1.7... 28


(68)

Daftar Lampiran

Nomor Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian Lampiran 3 Formulir Pengisian

Lampiran 4 Lembar Kuesionar Lampiran 5 Master Data Lampiran 6 Hasil Olah Data Lampiran 7 Izin Penelitian Lampiran 8 Komisi Etik


(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN... i

ABSTRAK... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR TABEL...vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 3

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.4. Manfaat Penelitian... 4

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Definisi dan Penyebab Obesitas... 5

2.1.1 Faktor genetik... 6

2.1.2 Faktor lingkungan... 6

2.2 Prevalensi Obesitas... 8

2.3 Diagnosis obesitas pada anak... 10

2.4 Komplikasi... 11

2.4.1 Terhadap kesehatan... 11

2.4.2 Faktor Resiko Penyakit Kardiovaskular... 11

2.4.3 Saluran Pernafasan... 12

2.4.4 Diabetes Mellitus tipe-2... 12


(2)

2.5 Penatalaksanaan... 13

2.6 Pencegahan... 14

2.7 Media Televisi... 15

2.8 Beberapa Penelitian yang Berkaitan dengan Pengaruh Televisi... 16

2.8.1Intensitas menonton televisi... 16

2.8.2 Pengaruh Iklan Makanan terhadap Pengetahuan Anak... 17

Bab 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka konsep... 18

3.2 Definisi operasional... 18

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian... 20

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 20

4.3 Populasi dan Sampel... 20

4.3.1 Populasi... 20

4.3.2 Sampel... 20

4.4 Tekhnik Pengumpulan Data... 22

4.5 Tekhnik Pengolahan dan Analisis Data... 22

4.5.1 Pengolahan data... 22

4.5.2 Analisa data... 23

Bab 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian ... 24


(3)

5.1.1 Gambaran Umum Sekolah... 24

5.1.2 Gambaran Umum Responden... 24

5.1.2.1 Jenis Kelamin... 24

5.1.2.2 Umur... 25

5.1.2.3 Tingkat Obesitas... 25

5.1.3 Aktivitas Menonton Televisi... 26

5.1.3.1 Intensitas Menonton Televisi... 26

5.1.3.2 Kegiatan Ngemil... 27

5.1.6 Hubungan Antara Dua Variabel... 29

5.1.6.1 Hubungan Intensitas Menonton Televisi dengan Kegiatan Ngemil... 29

5.2 Pembahasan... 30

5.2.1 Aktivitas Menonton Televisi... 30

5.2.1.1 Intensitas menonton Televisi... 30

5.2.1.2 Kegiatan Ngemil... 31

5.2.4 Hubungan Antara Dua Variabel... 32

5.2.4.1 Hubungan Intensitas Menonton Televisi dengan kegiatan Ngemil.... 32

Bab 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan... 33

6.2 Saran... 34

Daftar Pustaka... 35 Lampiran


(4)

Daftar Gambar


(5)

Daftar Tabel

Tabel 2.1 ... 13

Tabel 3.2... 20

Tabel 5.1.1... 24

Tabel 5.1.2... 25

Tabel 5.1.3... 25

Tabel 5.1.4... 26

Tabel 5.1.5... 27

Tabel 5.1.6... 27

Tabel 5.1.7... 28


(6)

Daftar Lampiran

Nomor Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian Lampiran 3 Formulir Pengisian

Lampiran 4 Lembar Kuesionar Lampiran 5 Master Data Lampiran 6 Hasil Olah Data Lampiran 7 Izin Penelitian Lampiran 8 Komisi Etik