BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Setiap individu pada dasarnya dihadapkan pada suatu keadaan yang krisis. Keadaan krisis itulah yang menjadi tugas bagi seseorang untuk dapat dilaluinya
dengan baik. Menurut Erik Erikson Hall, Lindzey dan Champbell, 1998 pada diri remaja yang mengalami krisis, berarti menunjukkan bahwa dirinya sedang
berusaha mencari jati dirinya. Yang dimaksud dengan krisis dalam hal ini adalah suatu masalah yang berkaitan dengan tugas perkembangan yang harus dilalui oleh
setiap individu, yang dalam kategori penelitian ini adalah remaja. Keberhasilan seorang individu dalam menghadapi krisis akan meningkatkan dan
mengembangkan kepercayaan dirinya. Keberhasilan ini berarti individu tersebut mampu mewujudkan jati dirinya self-identity sehingga ia merasa siap untuk
menghadapi tugas perkembangan. Tugas perkembangan dalam hal ini adalah tugas yang harus dilaljui oleh seorang individu sesuai dengan tahap
perkembangan individu itu sendiri. Tugas perkembangan tersebut yakni, menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis-psikologis, belajar bersosialisasi
sebagai seseorang laki-laki maupun wanita, memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lain, remaja bertugas untuk menjadi
warga negara yang bertanggung jawab, serta memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis Dariyo, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Perubahan peran dan status pada diri remaja yang pada akhirnya membuka perspektif kesadaran tentang diri dan lingkungannya dipengaruhi oleh kapasitas
intelektual, faktor biologis, dan faktor sosial dalam Steinberg, 2002, www.pdf- finder.comPROSES-PENCARIAN-IDENTITAS-REMAJA-MUALLAF-
STUDI...html. Perkembangan identitas diri pada remaja menjadi hal yang penting karena adanya kesadaran atas interaksi, dan beberapa perubahan signifikan secara
biologis, kognitif, dan sosial. Perubahan biologis selama masa pubertas membawa perubahan nyata secara fisik yang membuat remaja mendefinisikan kembali
konsep diri dan hubungan sosialnya dengan orang lain. Bertambahnya kapasitas intelektual menyediakan berbagai cara pandang baru bagi remaja dalam
memandang perubahan diri, orang lain, dan lingkungan sekitarnya. Perubahan cara pandang ini juga termasuk penilaian terhadap berbagai masalah, nilai-nilai,
aturan dan pilihan yang ditawarkan padanya. Interaksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas memungkinkan remaja
untuk memainkan berbagai peran dan status baru dalam masyarakat. Masa remaja merupakan masa dimana banyak keputusan penting menyangkut masa depan
harus ditentukan, misalnya tentang pekerjaan, sekolah dan pernikahan Steinberg, 2002:257, www.pdf-finder.comPROSES-PENCARIAN-IDENTITAS-REMAJA-
MUALLAF-STUDI...html. Para remaja diharapkan mampu membuat pilihan yang tepat tentang berbagai pilihan yang menyangkut dirinya dan orang lain.
Tampaknya remaja semakin sering memikirkan pertanyaan tentang “siapakah saya sebenarnya?”, “apa yang sebenarnya saya inginkan dalam hidup?”,
“kemanakah saya akan pergi?” dan berbagai pertanyaan lain yang membuka kesadaran yang lebih luas tentang dirinya self awareness.
Universitas Sumatera Utara
Pertanyaan semacam ini tampaknya tidak begitu penting dan signifikan pada masa anak-anak, namun menjadi kian umum pada masa remaja. Karena itu
Santrock 2002 menganggap salah satu tugas penting yang dihadapi para remaja adalah mencari solusi atas pertanyaan yang menyangkut identitas dan
mengembangkan identitas diri yang mantapsense of individual identity. Karena itu identitas diri biasanya juga berisi harga diri seseorang self esteem. Konsep ini
menunjukkan bahwa identitas diri merupakan sesuatu yang berperan sebagai motivator perilaku dan menyebabkan keterlibatan emosional yang mendalam
dengan individu tentang apa yang dianggapnya sebagai identitas diri. Terbentuknya identitas diri pada dasarnya dipengaruhi secara intensif oleh
interaksi seseorang dengan lingkungan sosialnya. Interaksi yang dilakukan oleh individu ini tidak lain adalah interaksi yang dilakukannya melalui proses
komunikasi.
Dalam menciptakan identitas diri yang kuat pada diri murid maka pendidikan yang tepat adalah pendidikan yang bersifat menyeluruh dan
memperhatikan berbagai segi kepribadian secara seimbang. Hal itu jelas mengindikasikan bahwa peserta didik tidak dipahami hanya sebagai objek dalam
pendidikan tetapi sebagai subjek. Untuk itu, diperlukan pemahaman dari kalangan pendidik bahwa eksploitasi murid yang menjurus pada pemaksaan, intimidasi atau
pemasungan ide harus segera diakhiri. Pendekatan yang digunakan pun harus bersifat multikultural dan multidimensional. Perlakuan murid sebagai pribadi yang
unik dan menarik juga menjadi perhatian khusus dan keharusan untuk dipahami oleh seluruh komponen pendidik.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan utama pendidikan adalah menghasilkan perubahan-perubahan yang positif di dalam diri peserta didik sehingga mereka mampu tumbuh dan
berkembang menjadi pribadi yang memiliki identitas diri dan warga masyarakat yang efektif. Dengan memperhatikan kenyataan tersebut maka pendidikan sangat
penting demi menumbuh kembangkan kemampuan murid yang lebih komplek dan mempunyai kecakapan hidup yang lebih baik. Peserta didik harus mampu
menunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya menunju pada pendewasaan diri.
Masa remaja menjadi perhatian khusus bagi orang tua maupun guru-guru di sekolah. Perlu diingat bahwa pada masa ini remaja akan merasa dirinya ingin
bebas berbuat sesuatu sesuai dengan kehendak sendiri dan teman sebayanya. Pada masa ini tidak jarang remaja akan melanggar norma atau etika yang sudah lama
terbentuk dan terkadang mereka tidak mau menerima saran dan masukan dari guru atau orang tua. Disinilah sebenarnya letak peran pendidikan untuk membantu
pencarian identitas diri murid yang terkadang mulai “ hilang “ oleh arus mode atau gaya hidup.
Menurut Anita Lie 2004 dalam bukunya Cara menumbuhkan kecerdasan Anak, pada masa ini murid diberi kesempatan untuk belajar membedakan yang
baik dan buruk, sehingga dikemudian hari secara bertahap dia tidak lagi membutuhkan peraturan dari orang tua karena sudah bisa menentukan yang
terbaik untuk dirinya. Ini berarti murid dilatih dan disiapkan untuk menentukan jalan hidupnya sendiri sejak dini agar tidak selalu tergantung dari orang tua
maupun lingkungan keluarga. Hal ini dilakukan dengan penuh kesadaran untuk membantu proses penemuan dan penyadaran murid, bukan dengan ancaman,
Universitas Sumatera Utara
hujatan atau intimidasi yang dibungkus dengan kata “ wajib “ dan atau “ harus”. Setiap anak remaja tentunya juga ingin menemukan jati dirinya dengan dibantu
orang sekitarnya termasuk guru agar mereka bisa menemukan konsep diri self concept yang akan menuntun mereka pada keberhasilan. Konsep diri self
concept akan menjadikan pribadi lebih menarik dan sukses http:petakonsepanakbangsa.org20080429pembelajaran-ppkn-smp.
Dalam buku Gunawan 2003 Born to be a Genius dikatakan bahwa untuk memahami keberadaan konsep diri self concept yang baik maka seseorang perlu
men-set ulang atau memprogram ulang mentalnya sehingga dia akan tahu cara menggunakan atau membuat konsep diri yang akan digunakan dalam menuntun
atau memenejemen dirinya. Dalam hal ini sekolah harus berani memfasilitasi segala bentuk aktifitas murid dalam rangka mencari atau menemukan dirinya
sendiri sebagai makluk yang sempurna. Murid akan merasa bangga dan senang seandainya ternyata dirinya manusia yang bermartabat. Untuk itu diperlukan
pendampingan dari para pendidik sehingga dalam penemuan jati dirinya murid tidak merasa digurui, penuh dengan keterpaksaan. Mereka akan merasa bangga
seandainya dalam pendampingan dan penemuan jati dirinya mereka tidak tercerabut dari akar masa periodenya sebagai seorang remaja
http:petakonsepanakbangsa.org20080429pembelajaran-ppkn-smp. Melihat kondisi pendidikan yang semakin lama semakin jauh dari
masyarakat, maka saat ini semakin banyak pula lembaga yang dibentuk untuk menanggulangi masalah pendidikan tersebut, seperti PKBM Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat salah satunya.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sebuah kasus pada lembaga pendidikan non formal, yakni Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM.
PKBM merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keberadaan Pendidikan Non formal di Indonesia. Perkembangan dan pertumbuhan PKBM di lapisan
masyarakat dewasa ini telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan. PKBM secara hierarkis struktural berada di bawah naungan Direktorat Jenderal
Pendidikan Non formal dan Informal PNFI Kementerian Pendidikan Nasional. Hal yang menjadi pemicu berdiri dan berkembangnya PKBM yaitu
kekhawatiran terhadap tingginya angka putus sekolah yang salah satu imbas dari pelaksanaan Ujian Nasional dan rendahnya minat masyarakat awam untuk
melanjutkan pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga dengan keberadaannya PKBM dapat menjembatani masyarakat awam yang hendak
melanjutkan pendidikan kesetaraan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Saat ini angka putus sekolah setingkat SD pada 2010 sekitar 0,09 persen,
sementara angka putus sekolah untuk setingkat SMP diperkirakan mencapai 0,34 persen, sedangkan angka putus sekolah tingkat SMA sebanyak 0,83 persen
www.waspadaonline.com.
PKBM adalah suatu wadah berbagai kegiatan pembelajaran masyarakat diarahkan pada pemberdayaan potensi untuk menggerakkan pembangunan di
bidang sosial, ekonomi dan budaya. PKBM merupakan salah satu lembaga pendidikan non formal yang saat ini sedang berkembang pesat dalam menjalankan
peranan dan fungsinya sebagai lembaga pendidikan non formal yang ada di Indonesia http:id.wikipedia.orgwikiPusat_Kegiatan_Belajar_Masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Sampai saat ini tercatat bahwa terdapat sebanyak 4690 lembaga PKBM yang ada di Indonesia http:nilem-pkbm.dikmas.netindex.php?pg=2. Sementara
itu untuk di daerah kawasan Sumatera Utara sendiri ada terdapat sebanyak 117 lembaga PKBM http:nilem-pkbm.dikmas.netindex.php?pg=13. Salah satunya
adalah PKBM Emphaty. PKBM Emphaty mendapat sambutan yang baik dari pemerintah dan instansi terkait untuk bergandengan tangan memikul harapan
masyarakat guna mengantisipasi kondisi yang ada. Dengan adanya program Pendidikan Luar Sekolah PLS harapan sebagian masyarakat kurang mampu
dapat terpenuhi baik di dalam jalur pendidikan maupun keterampilan yang kelak bisa dijadikan bekal oleh warga belajar untuk lebih mandiri, yang akhirnya
tercipta manusia yang handal, kreatif, terampil dan siap bersaing dengan mereka dari jalur pendidikan formal.
Dalam penelitian ini, peneliti memilih PKBM Emphaty Medan sebagai subjek penelitian. PKBM Emphaty Medan ini adalah salah satu cabang dari
PKBM yang ada di Indonesia. Peneliti memilih PKBM Emphaty Medan sebagai subjek penelitian karena berbagai alasan tertentu, diantaranya karena PKBM
Emphaty Medan memiliki tujuan untuk meningkatkan pendidikan, pengetahuanketerampilan masyarakat bidang pendidikan non formal seperti
pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan, pendidikan anak-anak, dan kursus. Selain itu murid binaannya merupakan orang-orang yang berasal dari latar
belakang yang bervariasi, yakni dari anak jalanan, anak-anak yang putus sekolah formal, orang-orang yang berasal dari ekonomi yang kurang mampu yang datang
dari berbagai daerah di Kota Medan http:pkbmemphaty.ads4blog.netabout.
Universitas Sumatera Utara
Dengan latar belakang yang berbeda ini, maka konstruksi identitas diri individu ataupun murid yang ada di PKBM tentu berbeda-beda pula.
Dengan demikian, dari berbagai variasi latar belakang murid-murid yang ada di PKBM Emphaty peneliti ingin melihat bagaimana konstruksi identitas diri
yang ada dalam diri murid-murid tersebut. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di PKBM Emphaty sekaligus melihat sejauh mana para
murid tersebut dapat menerima program-program pendidikan yang dilakukan PKBM Emphaty Medan Sumatera Utara. Dimana mereka kebanyakan dari yang
putus sekolah dan bahkan kurang mendapat pendidikan karena diharuskan untuk bekerja. Yayasan ini mewujudkan keinginan masyarakat yang tidak sempat
memperoleh pendidikan atau putus sekolah karena perekonomian keluarga.
I.2 Perumusan Masalah