Proses Pembentukan Identitas Diri Setelah Masuk PKBM Emphaty

IV.2.2 Proses Pembentukan Identitas Diri Setelah Masuk PKBM Emphaty

Medan Keempat informan mempunyai banyak faktor yang melatarbelakangi mereka untuk bersekolah di PKBM Emphaty, baik dari ekonomi yang kurang mampu, bermasalah di sekolah formal, dan pernah berhenti sekolah selama 1 tahun karena alasan tertentu. Mereka mengetahui tentang PKBM Emphaty pertama sekali dari teman mereka. Dan setelah mengetahui tentang PKBM Emphaty tidak lama kemudian mereka bergabung dengan PKBM Emphaty dan bersekolah disana. Informan pertama mengenal PKBM Emphaty melalui teman abangnya yang juga pernah bersekolah di PKBM Emphaty. Ia memutuskan untuk bersekolah disini karena ia tidak bisa masuk ke sekolah formal. Ini disebabkan karena informan pertama sempat berhenti bersekolah selama 1 tahun. “ mui tau Emphaty dari temen-temen abang mui kak. Temen-temen abang mui banyak sekolah disini. Mui dulu sempat nganggur setahun kak, jadi gak bisa lagi masuk ke sekolah formal, makanya mui jadi sekolah disini” Informan kedua mengenal PKBM Emphaty melalui temannya. Informan kedua mendapat persetujuan dari orang tuanya untuk melanjutkan sekolah di PKBM Emphaty. Karena memang orang tua informan juga kesulitan untuk membiayai informan kalau ia bersekolah di sekolah formal. “masalah biasalah kak, ya duit..orang tua kan kerjanya gak tetap, kalau ibu hanya sebagai ibu rumah tangga” Informan ketiga juga mengenal PKBM Emphaty dari temannya Dani yang tidak lain juga adalah tetangganya yang juga bersekolah di PKBM Emphaty. Awalnya orang tua informan tidak suka dia bersekolah di PKBM Emphaty. Tetapi informan lansung meminta untuk pindah dan lansung mendaftar ke PKBM Universitas Sumatera Utara Emphaty. Informan tertarik dengan PKBM Emphaty karena di PKBM Emphaty tidak ada uang sekolah, dan tidak diwajibkan membeli buku, juga bebas dalam artian tidak diikat oleh peraturan-peraturan seperti di sekolah formal. Dengan kata lain informan mendapat kemudahan dalam hal ekonomi dan juga dapat lebih bebas dalam belajar. “disini uang sekolah gak bayar kak..buku juga udah disediakan. Paling cuman bayar uang daftar aja 75.000, sama ngasi ijazah terakhir. Di PKBM itu bebas kak, gak dikekang sama gurunya. Bisa juga pakai pakaian biasa, asal sopan dan rapi” Informan keempat mengenal PKBM Emphaty melalui sepupunya yang bernama Hepi yang juga bersekolah di PKBM Emphaty. Kemudian setelah sepupunya memberitahukan tentang seperti apa PKBM Emphaty, informan memberitahukan kepada orang tuanya tentang rekomendasi untuk bersekolah di sekolah tersebut. “aku tau dari sepupu ku kak, dari hepi. Waktu aku bilang mau lanjut kesekolah mana aku gak tau,karna orang tua ku uangnya uda abis, ku bilang kan. Dia langsung bilang ke aku, dia bilang sekolah ku aja dek enak, katanya. Disitu kita bisa mencurahkan diri kita, pokoknya enaklah disana” Mendengar penjelasan itu orang tua informan pun akhirnya setuju kalau informan akan melanjutkan sekolahnya di PKBM Emphaty. Dan informan pun langsung mendaftar bersama ibunya dan juga sepupunya yang bernama Hepi itu. Dari pernyataan keempat informan tersebut, terlihat bahwa particular others seperti keluarga, teman dan orang lain yang ada disekitar informan memiliki peran yang kuat dalam membentuk pemahaman diri informan terhadap PKBM Emphaty. Informasi yang mereka dapat dari teman-teman ataupun tetangganya itu akhirnya membawa mereka bersekolah di PKBM Emphaty. Dengan memberikan solusi dalam masalah pendidikan mereka, disaat para Universitas Sumatera Utara informan tidak tahu harus melanjut kesekolah mana, teman-teman informan particular others telah memberi perasaan mengenai bagaimana mereka bereaksi kepada para informan. Sementara itu, lingkungan eksternal society yakni orang- orangmasyarakat yang berada disekitar informan, seperti pada informan pertama yang mengetahui tentang PKBM Emphaty dari teman-teman abangnya. Pandangan dari masyarakat sekitar tentang PKBM Emphaty yang memberikan informasi mengenai peranan, aturan, dan sikap yang dimiliki oleh PKBM Emphaty. Masyarakat lain ini secara umum memberikan perasaan mengenai bagaimana mereka bereaksi kepada para informan dan harapan sosial secara umum. Dalam kasus ini misalnya, informan pertama yang menyatakan bagaimana pengaruh lingkungan yang mempengaruhinya untuk bergabung dengan PKBM Emphaty, tempat dimana ia dapat melanjutkan sekolah, yakni : “mui tau Emphaty dari temen-temen abang mui kak. Temen-temen abang mui banyak sekolah disini” Terkait dengan seragam sekolah yang selalu dipakai mereka ke sekolah, informan keempat mengatakan: “sebenarnya disini diwajibkan pakek baju seragam kak. Tapi pakek baju bebas juga bisa. Karna ka nada juga gitu kak murid lain yang gak ada baju sekolahnya, trus ada juga yang Cuma punya seragam satu, jadi kalau kotor yah pakek baju biasa” Interaksi dan komunikasi yang berkesinambungan yang mereka lakukan akhirnya akan membentuk konsep diri mereka, di tambah juga dengan latar belakang mereka yang berbeda-beda membuat mereka dapat saling memahami satu sama lain, sehingga memberikan konstruksi identitas baru bagi mereka. Dimana mereka yang tadinya memandang rendah terhadap anak-anak jalanan Universitas Sumatera Utara ataupun anak-anak punk sekarang tidak lagi. Karena mereka telah dipersatukan di dalam sebuah wadah yang membuat mereka satu yaitu PKBM Emphaty. Identitas diri yang merupakan bagian mendasar dari konsep diri adalah sebuah bagian yang penting dalam membentuk perilaku seseorang. Pemikiran bahwa nilai, perasaan, dan penilaian-penilaian tentang diri mereka akan mempengaruhi perilaku mereka. Konsep diri yang dimiliki oleh keempat informan dinyatakan sebagai berikut: “ mui juga gak tau juga kak, ya heran koq aku gampang berkawan sama orang. Kalau mui berkawan sama anaknya, keluarganya juga mui dekatin. Jadi sama keluarganya berkesan juga, mui sering ditanya kalau misalnya mui gak ikut kerumah temen mui itu,padahal temen yang laen ada tapi gak ditanya. Cuman dirumah jarang ngomong, paling dengan adek-adek yang masi SD bercanda”. Informan 1 “saya orangnya suka bergaul dan suka dikumpulin sama kawan-kawan, sama ramah”. Informan 2 “saya orangnya yah ceria, kalau dirumah sih lebih banyak diam, ramah, gak supel”. Informan 3 “Cerewet, mentel, tapi yang jelas ramah sama orang, gak pendiam”.Informan 4 Setiap individu biasanya menafsirkan dirinya berdasarkan bagaimana orang lain melihat atau menafsirkan dirinya Looking glass self. Mereka cenderung melihat bagaimana orang lain memaknai dirinya, bagaimana penilaian orang terhadap dirinya. Dengan demikian identitas diri dibentuk sebagai usaha untuk memenuhi harapan dan tarfsiran orang lain tersebut kepada dirinya sendiri. Semua pernyataan informan di atas mereka peroleh dari penilaian orang lain terhadap mereka. Bagaimana teman-temannya memandang mereka, seperti itu juga mereka melihat diri mereka. Bagaimana informan merasakan dalam pikiran orang lain beberapa pemikiran tentang penampilannya, sikapnya, tujuannya, perbuatannya, karakternya, dan berbagai hal yang dipengaruhi olehnya. Universitas Sumatera Utara Sama halnya dengan informan yang cenderung untuk memposisikan diri mereka ke dalam diri orang lain, dan ingin melihat bagaimana pandangan orang tersebut ketika memandang diri mereka. Dengan kata lain, ia bertindak terhadap dirinya sendiri dan membimbing dirinya sendiri dalam tindakannya terhadap orang lain atas dasar pemikiran dia menjadi objek bagi dirinya sendiri. Keempat informan menyadari bahwa sebagai bagian dari PKBM Emphaty yang merupakan lembaga pendidikan non formal, pandangan saudara-saudara mereka, ataupun teman-teman mereka yang lain diluar PKBM Emphaty dapat dilihat dari pernyataan mereka sebagai berikut: “yang jelas kakak ku sering gni, sekolah mu sekolah gembel, katanya. Terus ku bilang, ya lah sekolahmu yang mantap. Tapi kak lebih cantik rasa ku sekolahku dari sekolahnya” Tapi semua yang mereka dengar dari orang lain itu tidak menjadikan mereka malu ataupun menjadi kecil hati karena mereka bersekolah di sekolah non formal. Informan juga menempatkan dirinya apabila dia berada diposisi orang tua, mereka menganggap kalau anak yang bersekolah di sekolah non formal itu seperti nurid yang tidak benar, seperti tidak bersekolah, dan cenderung terlalu bebas. Seperti pengakuan informan ke tiga tentang tanggapan orantuanya, sebagai berikut: “ ya, pertamanya orang tua kurang suka gitu kak. Gak setuju. Karena bebas gitu, macam apa..macam gak sekolah, gak bener” Dan informan kedua menyatakan bagaimana orang tuanya melihat dirinya dan berharap agar anaknya bisa belajar dengan lebih baik dan lebih rajin lagi, dan supaya tidak bergaul dengan muri-murid yang nakal. Informan juga mengaku bahwa orang tuanya juga menasihati dia agar tidak lagi terpengaruh oleh pergaulan yang tidak baik. Universitas Sumatera Utara Informan pertama juga sangat mengetahui harapan ayahnya terhadap dirinya yaitu informan dapat memperoleh pendidikan yang baik. Dan informan menyatakan kalau ayahnya berpendapat bahwa sekolah dimana pun tidak masalah asalkan masuk ke sekolah tersebut murni dengan kemampuan diri sendiri. “kalau ayah orangnya itu kak,gak mau gitu kalau anaknya ada yang nyogok-nyogok gitu kalau masuk ke sekolah, lebih bagus murni. Ayah tu gak sukak, kalau misalnya kami masuk kesekolah pakek-pakek duit” Walaupun banyak pandangan negatif orang-orang sekitar terhadap tempat mereka bersekolah, namun mereka tidak lantas berhenti dan keluar dari PKBM Emphaty. Mereka sama sekali tidak merasa minder dengan sekolah mereka yang merupakan sekolah non formal. Mereka senang bisa bersekolah di PKBM Emphaty walaupun dengan keadaan PKBM Emphaty yang terbatas, baik dari segi gedung sekolah, dari tenaga pengajar, dan juga buku-buku pelajaran yang kurang lengkap. Ada sisi lain yang mereka dapat di PKBM Emphaty yang tidak mereka dapat di sekolah formal. Contohnya, dengan guru-guru mereka yang baik dan ramah terhadap mereka, yang mengajati mereka dengan sepenuh hati sampai mereka mengerti. Seperti yang dikatakan olah informan 1 dan 4: “disini enak, disini yang penting dalam belajar kita itu gak usah pigi-pigi, belajar aja gitu. Disini macem rumah aja, tapi besar. Guru-gurunya bertanggung jawab, gurunya pun gitu besar rasa cintanya, kita dianggap anaknya. Kalau kita gak tau kita ya kan disini dijelaskan sampek tau” Selain itu, mereka juga menunjukkan kepada orang tua mereka, saudara- saudara mereka, dan teman-teman mereka kalau mereka bukanlah murid yang tidak benar. Mereka menunjukkan walaupun mereka bersekolah di sekolah non formal, tetapi mereka bisa seperti murid-murid yang lainnya. Mereka bisa tetap belajar dan mempelajari mata pelajaran yang dipelajari di sekolah formal. Mereka juga masi bisa mendapat teman yang senasib dan sepenanggungan dengan Universitas Sumatera Utara mereka. Mereka juga menunjukkan kepada masyarakat bahwa mereka sama seperti murid-murid di sekolah formal lainnya yang juga memakai seragam sekolah ke sekolah. Mereka juga menunjukkan bahwa sekolah mereka adalah sekolah yang memiliki tujuan yang baik yakni untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. PKBM Emphaty juga membuat program-program lain seperti seminar, pelatihan, dan pengobatan gratis bagi mereka. Para informan juga telah mengikuti seminar yang dilakukan tersebut, berupa seminar HIV AIDS, dan juga pelatihan tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan P3K. Walaupun hanya sebagai peserta, tetapi mereka tetap senang mengikuti seminar dan pelatihan tersebut. Seorang individu tentunya membutuhkan the generalized other, yaitu berbagai hal baik orang, objek ataupun peristiwa yang mengarahkan bagaimana individu itu berpikir dan berinteraksi dalam sebuah kelompok. Maka sangat penting bagi murid-murid di PKBM Emphaty untuk terlibat dalam aktivitas yang terorganisir yang dapat mengembangkan diri mereka. Misalnya mengikuti program-program yang diselenggarakan oleh PKBM Emphaty, sehingga dengan mengikutinya diharapkan mereka dapat lebih meningkatkan interaksi dan komunikasi mereka satu sama lain. Setiap individu harus memiliki konstruksi identitas diri, sehingga mereka tahu apa yang harus mereka lakukan terhadap diri mereka. Identitas diri seorang individu merupakan suatu hal yang dapat dijadikan sebagai suatu identifikasi bagi mereka dalam mendefenisikan keberadaannya dalam sebuah kelompok yang beragam. Identifikasi ini dapat berupa simbol, kata-kata, dan dan makna yang mereka interpreatasikan antara seorang dengan orang lain terhadap benda-benda. Universitas Sumatera Utara Setiap individu memerlukan identitas agar keberadaannya dapat diakui dan diterima dalam sebuah masyarakat. Baik sebagai makhluk individu maupun sosial. Namun sebagai makhluk sosial yang memerlukan interaksi orang lain membuat setiap individu harus bisa dinamis dan kreatif dalam menjalin sebuah hubungan. Karena ia juga berinteraksi dengan individu lain, maka identitas dirinya pun dapat mengalami perubahan. Sama halnya juga yang terjadi pada keempat informan setelah mereka bergabung dan bersekolah di PKBM Emphaty. Informan pertama sebelum bersekolah di PKBM Emphaty, dia tidak pernah berpikir bahwa dia akhirnya akan memiliki teman-teman yang memiliki latar belakang seperti teman-temannya yang ada di PKBM Emphaty, diantaranya anak-anak jalanan, dan anak-anak yang kurang mampu. Sebelum bersekolah di PKBM Emphaty dia cenderung memandang rendah sekolah untuk anak-anak jalanan. Tetapi semenjak bersekolah di PKBM Emphaty, ia menjadi lebih menghargai orang lain, terutama teman-temannya yang ada di PKBM Emphaty yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Informan mencoba untuk bisa mengakrabkan diri dengan mereka, dan itu justru memacu adrenalin informan untuk berteman dengan mereka. Informan mencoba untuk bisa beradaptasi dengan murid-murid lainnya yang ada di PKBM Emphaty, dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda pula. Informan kedua adalah seorang murid yang dahulunya sangat nakal. Sewaktu dia bersekolah di sekolah formal dia adalah orang yang suka berkelahi dengan teman-temannya. Tidak hanya itu, informan juga berani melawan gurunya, dan juga sampai beradu fisik dengan gurunya. Sikapnya selama bersekolah di sekolahnya yang terdahulu sangat buruk. Hal itu juga yang Universitas Sumatera Utara menyebabkan ia dikeluarkan dari sekolah tersebut. Dan akhirnya dia berujung di PKBM Emphaty dan menyambung sekolahnya di tempat ini. Selama di PKBM Emphaty, informan mengatakan bahwa dia mendapat perubahan sikap dan perilaku, walaupun tidak berubah secara keseluruhan. Perubahan-perubahan itu dia rasakan setelah dia mendapatkan nasihat-nasihat yang diberikan oleh guru- guru di PKBM Emphaty dalam setiap kelas yang diikutinya. Nasihat-nasihat dan motivasi yang diberikan menyadarkannya untuk menjadi lebih baik. Selain itu dia juga melihat bahwa teman-temannya di PKBM Emphaty adalah teman-teman yang baik, dan juga bisa dijadikan sahabat baik. Informan ketiga adalah orang yang cenderung biasa-biasa saja dalam menjalani kehidupannya. Namun dia adalah orang yang ceria, ramah, tapi juga lebih banyak diam dirumah, dan kurang cepat beradaptasi dalam sebuah komunitas yang baru. Sewaktu bersekolah di sekolah formal, informan adalah orang yang tidak bergaul dengan murid-murid yang lain, ini dikarenakan teman- temannya yang disekolah formal terdahulu cenderung bersikap sombong. Selain itu mereka juga memiliki group-group genk tersendiri. Itu merupakan salah satu hal yang tidak informan sukai dari teman-temannya di sekolah formal. Di samping guru-gurunya yang juga bersikap keras, dan juga mau bertindak keras terhadap murid, yang membuat informan tidak betah berada di sekolah itu. Hal ini jugalah yang membuat informan akhirnya memutuskan untuk pindah dari sekolah tersebut. Setelah bersekolah di PKBM Emphaty informan merasa senang, karena di PKBM Emphaty informan dapat merasakan kebebasan. Di PKBM Emphaty tidak ada guru yang mengekang murid dan bersikap keras kepada murid. Selain itu Universitas Sumatera Utara teman-temannya juga tidak sesombong teman-temannya di sekolah formal. Setelah bersekolah di PKBM Emphaty dia juga menjadi lebih mengerti tentang pelajaran, dan mudah untuk menangkap pelajaran. Namun, dibandingkan ketiga informan lainnya, informan ketiga ini tidak terlalu memiliki perubahan yang signifikan dari identitasnya yang terdahulu. Sementara informan yang terakhir, yakni informan yang keempat adalah remaja yang supel, ramah, dan juga centil. Sebelum bersekolah di PKBM Emphaty, ia sempat bersekolah di SD Islam sampai tamat. Dahulunya dia adalah murid manja, pemalas, malas untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Ia juga malas dalam kebersihan kelas. Di rumah juga dia malas membantu orang tuanya untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Namun setelah ia berada di PKBM Emphaty ia merasa pikirannya dibukakan. Motivasi dari guru-guru di PKBM Emphaty membuat dia lebih rajin dan menjadi pembersih. Selain itu juga, karena ia melihat murid-murid lainnya rajin, maka dia juga berusaha untuk menjadi rajin. Dia merasa kalau PKBM Emphaty itu adalah rumah kedua baginya. Guru-gurunya yang bertanggung jawab, dan juga menganggap mereka seperti anaknya sendiri, dan juga mengajari dengan sepenuh hati. Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa keempat informan memiliki perubahan identitas diri. Baik itu besar ataupun kecil, yang positif ataupun negatif setelah mereka bersekolah di PKBM Emphaty. Dengan kata lain, mereka telah mengalami perubahan konstruksi identitas diri. Universitas Sumatera Utara

IV.2.3 Proses Interaksi Antara Murid dengan Guru